Ini kitab berjudul at-Tabyinul Ajla wal Ahla karangan ulama besar Sunda asal Pesantren Sukamiskin (Bandung, Jawa Barat), KH. Raden Ahmad Dimyati (w. 1946). Kitab ini merupakan tafsir Alquran surat al-A’la berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon).
Menariknya, penafsiran yang dilakukan oleh pengarang dalam at-Tabyinul Ajla wal Ahla adalah dengan menggunakan model purwakanti (sastra prosa berima, terdiri dari penggalan-penggalan kalimat yang kaya akan rima dan irama). Hal ini melengkapi karya tafsir Alquran berbahasa Sunda yang telah ada sebelumnya, yaitu Quranul Adhimi, karangan Haji Hasan Mustapa Garut, yang menafsirkan Alquran dengan model danding (sejenis puisi Sunda).
Kitab ini dicetak dalam format litografi (cetak batu) oleh percetakan al-Ikhtiyariyyah Sukamiskin dan diusahakan oleh kolega pengarang, KH. Ahmad Zarkasi Sindanglaya (Bandung), dengan tahun cetak 1350 Hijri (1931 Masehi). Tebal keseluruhan kitab sebanyak 24 halaman.
Saya mendapatkan naskah kitab ini dari guru saya, Prof. Dr. H. I. Syarief Hidayat, guru besar filologi Universitas Padjadjaran Bandung yang juga alumni pesantren Sukamiskin Bandung (1950-1960-an) pada hari Selasa 1 Mei 2018 di kediaman beliau.
Pada halaman sampul naskah kitab, tertulis keterangan seperti berikut:
كتاب التبيين الأجلى والأحلى في تفسير سورة الأعلى// بسا سوندا غغكو رندك فرواكنتي سبن أوفت رندك دي دمل فجي جندك كيغغ غارجيك ردين حج أحمد دمياطي سكامسك بندوغ// دي جتك كو أحمد زركشي سندغلايا
Kitab al-Tabyinul Ajla wal Ahla fi Tafsir Suratil A’la, basa Sunda nganggo rindik purwakanti saban opat rindik didamel hiji candek, kenging ngaracik Raden Haji Ahmad Dimyati Sukamiskin Bandung, dicetak ku Ahmad Zarkasyi Sindanglaya// )
Keterangan titimangsa cetak dan tempat percetakannya terdapat pada halaman paling akhir naskah. Tertulis di sana dalam bahasa Arab:
طبع بالمطبعة الإختيارية السوكامية سنة 1350 (هـ). كتبه الراجي عفو ذي الجمال والثناء الحسن، أحمد زركشي بن عبد ربه محمد حسن
Dicetak oleh Percetakan al-Ikhtiyariyyah Sukamiskin pada 1350 Hijri. Diusahakan oleh seorang yang mengharap pengampunan Tuhannya Sang Pemilik Keindahan dan Pujian Keelokan, Ahmad Zarkasyi anak Abdu Rabbihi Muhammad Hasan).
Pada halaman yang sama, didapati juga informasi jika KH. R. Ahmad Dimyati Sukamiskin menulis kitab tafsir Alquran atas surat yang lain, yaitu Bustanul Fawakihil Ghaliyah yang merupakan tafsir Alquran berbahasa Sunda Pegon atas Surat al-Ghasyiah. Sayangnya, saya belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait keberadaan kitab Bustanul Fawakihil Ghaliyah ini.
أيا دئي تفسير سوندا ججتاننا كتراغن دي أتور سفرتوس آي، يايت تفسير سورة الغاشية، دي نمين بستان الفواكه الغالية في تبيين تفاسير سورة الغاشية إن شاء الله سفرنتوس آي بدي دي جتك
Aya deui tafsir Sunda catetanana katerangan diatur sapertos ieu, nyaeta tafsir surat al-Ghasyiah, dinamian Bustan al-Fawakih al-Ghaliyah fi Tabyin Tafasir Surah al-Ghasyiah, insyaAllah sapertos ieu bade dicetak// Ada juga tafsir berbahasa Sunda ditulis penjelasaannya seperti kitab tafsir ini, yaitu tafsir surat al-Ghasyiah, diberi judul al-Fawakih al-Ghaliyah fi Tabyin Tafasir Surah al-Ghasyiah, insyaAllah seperti inihalnya ia juga akan dicetak.
Kitab al-Tabyinul Ajla dan juga Bustanul Fawakih karya KH. R. Ahmad Dimyati Sukamiskin Bandung ini melengkapi koleksi kitab-kitab tafsir Alquran lainnya yang ditulis oleh ulama Sunda dalam bahasa Sunda aksara Arab, seperti tafsir Alquran yang ditulis oleh Haji Hasan Mustapa Garut (Quranul Adhimi, 1921), A. Hassan Bandung (Tafsir al-Foerqan Basa Seonda, 1929), KH. Ahmad Sanusi Gunung Puyuh, Sukabumi (Raudhahul Irfan fi Ma’rifatil Qur’an, 1930-an), R.A.A. Wiranatakoesoemah (Tafsir Soerat al-Baqarah, 1949), dan lain-lain.
Adalah Dr. Jajang A. Rohmana, dosen tafsir Alquran pada Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang menulis buku Sejarah Tafsir Alquran di Tatar Sunda (Bandung: Mujahid Press, 2014). Dalam karya tersebut, Ruhmana mendata sebanyak 28 (dua puluh delapan) buah karya tafsir Alquran yang ditulis dalam bahasa Sunda. Karya terakhir yang didata oleh Ruhmana adalah Tafsirur Razi Juz ‘Amma jeung al-Fatihah karya Uu Suhendar dan diterbitkan pada tahun 2011.
Sayangnya, dalam karya Rohmana yang luar biasa itu, tafsir al-Tabyinul Ajla dan juga Bustanul Fawakih karya KH. R. Ahmad Dimyati Sukamiskin belum termasukkan dan belum terkaji.
Sejarah tafsir Alquran dalam bahasa Sunda terhitung baru muncul pada awal abad ke-20 M hingga masa sekarang ini. Kesemua tafsir Alquran berbahasa Sunda tersebut mayoritas ditulis dalam bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon), dan sedikit dalam aksara Latin. Tidak ada tafsir Alquran yang ditulis dalam bahasa Sunda beraksara Sunda Kuno atau Jawa. Corak ideologis yang terkandung dalam karya-karya tafsir berbahasa Sunda pun tampak beragam, mulai dari corak sufistik seperti dalam tafsir karya Hasan Mustapa Garut, corak Islam Tradisionalis (Aswaja) sebagaimana dalam tafsir karya A. Sanusi Sukabumi, corak Islam Modernis sebagaimana dalam tafsir karya A. Hassan Bandung, ataupun corak sastrawi seperti dalam tafsir karya Muhammad E. Hasim (Ayat Suci Leunyeupaneun).
Titimangsa cetak kitab al-Tabyinul Ajla karya KH. R. Ahmad Dimyati ini, yaitu 1931, bersamaan dengan dicetaknya kitab tafsir Alquran berbahasa Sunda karya KH. Ahmad Sanusi Gunungpuyuh Sukabumi, yaitu Raudhahul Irfan fi Ma’rifatil Qur’an, yang juga pada tahun 1930-an. Antara KH. R. Ahmad Dimyati Sukamiskin Bandung dengan KH. Ahmad Sanusi Gunungpuyuh memang terjalin hubungan persahabatan yang dekat, sekaligus terkoneksi dalam jaringan intelektual ulama Sunda pada paruh pertama abad ke-20 M. Pada awal-awal abad tersebut, dua ulama besar Sunda itu sama-sama menuntut ilmu di Makkah dan menjadi murid dari Syaikh Mukhtar ‘Atharid Bogor (w. 1930), ulama besar Makkah asal Sunda yang mengajar di Masjidil Haram hingga wafat di kota suci itu.
Sejak didirikannya pada akhir abad ke-19 hingga paruh kedua abad ke-20, Pesantren Sukamiskin Bandung menjadi salah satu pesantren terpenting dalam sejarah perkembangan agama Islam di Tatar Sunda. Banyak alumni pesantren tersebut yang kemudian menjadi para ulama terkemuka yang tersebar di hampir seluruh wilayah Jawa Barat. Di masa kejayaannya pada paruh pertama abad ke-20, Pesantren Sukamiskin memiliki jaringan intelektual yang sangat kuat dengan beberapa pesantren tua lainnya di Sunda-Jawa-Madura, seperti Pesantren Gentur (Cianjur, Jawa Barat), Pesantren Sempur (Purwakarta, Jawa Barat), Pesantren Babakan (Cirebon, Jawa Barat), Pesantren Darat (Semarang, Jawa Tengah), Pesantren Tebuireng (Jombang, Jawa Timur), Pesantren Lirboyo (Kediri, Jawa Timur), Pesantren Tremas (Pacitan, Jawa Timur), Pesantren Bangkalan (Madura), dan lain-lain.
Bandung-Bogor, Mei 2018
Subhanallah…..sungguh sangat mulianya Ahli ilmu yang meninggalkan jejak2 keilmuan dan karangannya…kemuliaannya harum dan terasa sampai sekarang…semoga Allah senantiasa memberikannke berkahan….kepada keturunannya, dan mudah2an sampai kepada kami para santri walau pun tak sempat bersua karena Allah sudah memanggil lebih dulu…Aamiin