Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) menggelar Seminar Pendidikan Agama dan Keagamaan di Bogor. Seminar ini berlangsung 3 hari, 11 – 13 November 2019 di Hotel Grand Savero Bogor diikuti sekitar 70 peserta; para peneliti, pemerhati pendidikan dan perwakilan guru dari Jabotabek dan Banten.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta Nurudin dalam sambutan pembukaan mengatakan kegiatan ini termasuk dalam kegiatan pengembangan isu-isu aktual Bidang Pendidikan. Seminar ini menampilkan ekspose hasil-hasil penelitian yang diharapkan bisa memberi kontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan agama dan keagamaan serta bisa memberi masukan bagi pemangku kebijakan.
“Seminar ini baru pertama kali dilakukan oleh BLAJ. Dalam seminar ini kami juga mengundang pihak-pihak lain yang merupakan praktisi pendidikan untuk ikut mengirimkan tulisan dan mempresentasikan hasil studinya. Kedepan harapannya kita bisa melakukan forum yang seperti ini lagi dan jumlah peserta yang mengirimkan hasil-hasil kajiannya bertambah,” ujarnya.
Narasumber dalam seminar ini antara lain Muhbib Abdul Wahab (UIN Syarif Hidayahtullah), Marbawi (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam), Imam Tholkhah (Badan Standar Nasional Pendidikan), Didin Hafidudin (Guru Besar IPB dan UIKA Bogor), Khamimi Zada (UIN Syarif Hidayahtullah), Adlin Sila (peneliti senior Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI)
Ketua kegiatan Seminar Pendidikan Agama dan Keagamaan BLAJ, Neneng Habibah mengatakan ada 10 naskah penelitian dari luar BLAJ yang akan dipresentasikan dalam seminar Pendidikan Agama dan Keagamaan BLAJ ini. Sepuluh pemakalah ini merupakan hasil seleksi tim peneliti BLAJ lewat Call For Paper yang disebarkan di melalui sosial media pertengahan 2019. Nantinya seminar akan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama 11-13 November, dan tahap kedua rencananya 26 November 2019.
“Dalam seminar tahap pertama ini ada lima pemakalah dari luar BLAJ yang memaparkan hasil penelitiannya. Mereka memaparkan hasil temuan didamping peneliti BLAJ dan narasumber yang berkompeten dengan isu yang ditelitinya,” tutur Neneng Habibah.
Seminar ini dibagi menjadi 5 sesi; tema sesi pertema tentang pendidikan karakter, sesi kedua ketersediaan guru agama, sesi ketiga akses pendidikan, sesi keempat tetang moderasi beragama di lingkungan pendidikan, dan sesi kelima tentang penguatan pendidikan keluarga dan masyarakat.
Susiana Manisih dari MAN 14 Jakarta dalam pemaparan makalah di sesi pertama mengangkat judul Self Determination Sebagai Indikator Motivasi Guru Madrasah Di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi berprestasi guru madrasah di DKI Jakarta. Dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi berprestasi antara guru yang sudah bersertifikasi dengan yang belum bersertifikasi. Hasil penelitian menunjukkan skor self determination responden sebesar 4,7. Dimensi competence memiliki skor tertinggi 5,34, autonomy 5,16 dan relatedness 3,8. Motivasi intrinsik guru MTs di DKI paling tinggi dibanding guru MA dan MI.
Disesi kedua, Sugiandi Surya Atmaja memaparkan tentang, Tak kunjung bersemi: Formasi Guru Agama Khonghucu di Sekolah Formal di Provinsi Bangka Belitung. Lokus penelitian di Bangka Belitung dan Jawa Barat. Menurutnya belum ada sekolah Khonghuchu di Indonesia. Miniminya guru agama Khonghuchu membuat proses pendidikan tidak berjalan maksimal di tambah penguasaan Bahasa Mandarin, ini karena guru agama bukan pendidikan agama Khonghuchu. Solusinya pemerintah harus mendirikan perguruan tinggi Khonghuchu.
Di sesi ketiga, Efa Ida Amaliyah IAIN Kudus memaparkan makalah Perempuan Dan Moderasi Agama (Kontribusi PSGA Iain Kudus Merespon Moderasi Agama). Penelitian mengkaji kontribusi PSGA (Pusat Studi Gender dan Anak) IAIN Kudus dalam merespon moderasi agama. PSGA IAIN Kudus ingin menunjukkan bahwa mereka merupakan bagian yang mengenalkan tentang agama yang ramah terhadap rasa kemanusiaan, terutama untuk kalangan perempuan dan anak-anak. Hal ini senada dengan program dari DIKTIS Kemenag Pusatyaitu Implementasi Moderasi Agama (IMA). Program ini untuk “meng-counter” yang selama ini marak terjadi.
Sesi keempat, Fathimatuz Zahra Dosen STAI Pati mempresentasikan tulisanya tentang Peranan Cerita Rakyat Sebagai Nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pendidikan Agama. Penelitian ini mengulas mengenai peranan cerita rakyat, yang selama ini hanya dianggap sebagai bagian dari dongeng fiksi atau bagian bahasa Indonesia saja. Padahal, banyak sekali muatan nilai moderasi beragama yang terkandung dalam kisah-kisah cerita rakyat. Penelitian ini dilakukan di wilayah Pati Jawa Tengah di mana kisah mengenai syiar Islam dan agama masuk dalam cerita rakyat, namun hal ini belum dianggap sebagai bagian pendidikan agama. Menurutnya, Latar belakang penelitian karena kegelusahannya di daerah Pati, banyak sekali pemandu karaoke yang merupakan alumni-alumni sekolah yang bernasiskan agama.
Sesi terakhir, Wati Susiawati, MA UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta mengangkat paper berjudul Kompetensi Guru Bahasa Arab Man Di Dki Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi Profesional Guru Bahasa Arab MAN DKI Jakarta pada aspek penguasaan materi (konten) Bahasa Arab berada pada kategori “kurang sekali”. Hal ini didukung oleh nilai rerata hasil tes Bahasa Arab mereka yaitu 52, 23. Sementara kompetensi Profesional perspektif Penilaian Atasan (Kepala Madrasah Aliyah Negeri) berada pada kategori“baik/tinggi” dengan nilai rerata 4, (baik/tinggi), perspektif teman sejawat dalam kategori “baik/tinggi (nilai rerata 4). Selain itu data juga menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru Bahasa Arab MAN DKI Jakarta perspektif siswa berada dalam kategori “sangat baik/sangat tinggi” dengan skor rerata 90.