Di kalangan kiai banyak yang mempunyai kebiasaan menyebut atau menggunakan zikir sebagai sebutan-sebutan setiap berbicara. Misalnya, ada kiai yang setiap kali melihat, atau mendengar sesuatu bilang: “Masya Allah”. Ada juga kiai lain yang sedikit-sedikit menyebut astaghfirullah. Ada juga kiai yang selalu mengucapkan La ilaha illallah.
Ada seorang kiai di Rembang yang selalu menyebut Alhamdulillah. Sehingga, apa pun yang terjadi ya Alhamdulillah. Sampai-sampai orang menyebutnya Kiai Alhamdulillah.
Suatu ketika, rombongan kiai-kiai ini, termasuk Kiai Alhamdulillah, pergi ke salah satu acara di Semarang. Menjelang masuk Kota Demak, para kiai melewati kawasan “kamar mandi terpanjang di dunia”: sepanjang jalan itu membentang sungai yang digunakan penduduk untuk segala macam keperluan: mandi, cuci, dan kakus. Pemandangan “bidadari sedang mandi” pun terpampang di sisi kanan jalan.
Melihat pemandangan itu, seorang kiai tiba-tiba berteriak “Masya Allah!”. Ternyata, yang lain pun penasaran ingin melihat apa yang terjadi. Ternyata, di sungai itu ada bidadari mandi. Maka, kiai-kiai lain yang melihat adegan “buka-bukaan” mengucapkan astaghfirullah. Ada pula yang menyebut Innalillah.
Tapi, kiai yang satu ini memang Kiai Alhamdulillah. Melihat adegan tadi, beliau tetap mengucapkan “Alhamdulillah…”. (Sumber: TawaShow di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF)