Sedang Membaca
Istigfar Rutin, Dosan Jalan Terus

lulusan S1 jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Pekerjaan : Musyrif, juga penulis dan peneliti sosial-sejarah.

Istigfar Rutin, Dosan Jalan Terus

Istiaghfar

Seperti apa yang dikatakan Rabiah Al-Adawiyah ‘’ Istigfar kita membutuhkan istigfar lagi. Aku istigfar kepada Allah dari ucapanku: ‘aku beristigfar kepada Allah’’.

Dalam dunia tasawuf, sufi menyuguhkan konsep regional-moral yakni maqamat. Maqamat ini bertingkat-tingkat, paling banyak digunakan sufi seperti taubat, zuhud, wara’, sabar, tawakal. Istigfar sebagai salah satu cara bertaubat. Istigfar seperti wadah yang kotor, kemasukan air yang bersih maka akan menghasilkan air yang kotor. Maka siapa yang disalahkan, wadah atau airnya?

Istigfar secara makna arab ghafara-yagfiru yang berarti menutupi atau menyembunyikan. Ibarat perban seperti sesuatu yang menutup luka, begitupun helm yang menutupi kepala. Maka tak heran orang yang melakukan kesalahan ingin ditutupi, agar tidak tercipta imbas buruk dan dosa. Leptop yang banyak virus ingin diinstal ulang agar seperti baru lagi, layaknya orang yang beristigfar menginginkan dosanya diampuni oleh Allah supaya baru lagi.

Berbeda pada zaman modern banyak orang yang mendesain untuk mengatakan istigfar. Setiap melakukan kesalahan berkata ‘’astagfirullahaladzim’’, melihat video, foto wanita yang kurang busana di sosial media beristigfar. Setelah beristigfar besoknya melihat lagi, sebaliknya wanita yang melihat foto Korea yang lewat di Instagram beristigfar, namun bilamana sendiri melihatnya berulangkali.

Seorang beristigfar berarti orang itu meminta ampunan. Ampunan untuk dilindungi dan ampunan dari dosa-dosa. Seringkali kita menyepelekan Istigfar, ketika seorang kaget bukan berucap Istigfar melainkan Masya Allah. Orang yang berkamuflase bisa membungkus apapun dengan agama. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengatakan Istigfar didepan seseorang agar menarik perhatian lawan jenis. Agar orang itu dianggap seorang yang taat pada agama, bukan malah taubat. Melainkan menambah dosa.

Baca juga:  Melawan Syahwat dengan Syahwat

Variabel Istigfar menurut Imam Al-Ghozali ada tiga, diantaranya pertama, pengetahuan tentang dosa atau tidak. Kita dapat menilai dosa dari sesuatu yang dikerjakan namun mengganggu didadamu dan kamu tidak suka bila orang lain mengetahuinya. Mengambil uang orang lain walaupun hanya seribu merupakan sesuatu yang berlawanan dengan hatimu. Kamu juga tidak ingin seseorang mengetahuinya. Membicarakan seseorang, tanpa ada orang yang dibicarakan adalah ghibah. Perbuatan ini tidak baik, seperti kamu dibicarakan orang lain tanpa sepengetahuan adalah hal yang sangat mengganggu.

Kedua kondisi jiwa yang menyesal, beristigfar berarti telah melakukan kesalahan dan tidak ingin terulang kembali atau mencegah orang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Namun penyesalan yang sesaat sering berulang walaupun manusia fitrahnya salah dan lupa, kita memiliki potensi untuk mencegahnya. Indikator inilah yang dalam dunia tasawuf, Istigfarnya tidak diterima sehingga dosanya jalan terus.

Keitga meninggalkan tidak ingin mengulangi, kebaikan adalah contohnya ahklak yang baik. Sedangkan keburukan kamu menginginkan ampunan. Seakan sekarang manusia kehilangan sense of guilty rasa berdosa, kita berucap Istigfar namun hanya kebiasaan kata yang sering diucapkan. Kata ‘’astagfirullahaladzim’’ hakekatnya makna yang sakral artinya bila sudah mengucapkan Istigfar berarti kita menanamkan benteng, kita tahu jalan itu buntu sehingga dipagarin namun bilan kita melewati pagar itu kita akan masuk jurang. Jika kamu ingin lulus ujian maka pelajarilah kisi-kisi yang Imam Al-Ghozali berikan.

Baca juga:  Kreatifitas Menurut Ibnu Arabi

Keramik yang di tokoh bangunan, rumah kamu, masjid sebetulnya sama. Namun kenapa keramik yang ada di masjid sakral tidak boleh kotor, harus suci, tidak boleh lari-larian. Karena tempatnya sujud untuk menghadap tuhan. kita punya alat palu untuk memukul paku itu agar menguatkan bangunan masjid, namun seringkali kita gunakan palu untuk memecahkan es batu. Sama halnya dengan Istigfar sebagai alat untuk bertaubat agar kita menguatkan iman kita.

Indikator Istigfar kalian berhasil, Allah akan tutupi segala kekurangan kamu. Diantaranya; Allah akan tutupi manusia dari kebiasaan menelanjangi dirinya sendiri seperti membuat story sosial media yang tidak bermanfaat, segala keseharian di posting. Foto-foto lawan jenis ditampakan. Allah akan menutupi kamu dari bisikan-bisikan hati yang buruk, seperti ghibah, korupsi. Allah akan menutupi segala keburukan yang kamu lakukan dimasa lalu. Bila Allah tidak menutupi berarti Istigfar kalian perlu di Istigfari kembali.

Ketika kamu berIstigfar berarti kamu berusaha menyogok allah agar dosa kamu ditutupi dan dimaafkan. Dengan apa seorang menyogok, dengan berhenti melakukan kerugian orang lain, berhenti dari dosa dan keburukan, menguatkan diri kita dari godaan. Sehingga menyogok Allah tidak main-main, bila sering Istigfar namun dosa jalan perlu intropeksi diri, apa yang salah terhadap aktifitas hari ini, kemarin dan besok yang akan dikerjakan.

Setiap Tabi’ah bermakna buruk, berhati-hatilah bagi mereka yang sering beristigfar, namun dosan jalan. Dosa yang kecil bila dikerjakan terus menerus akan menjelma menjadi besar. Maka yang salah siapa, Istigfar kamu atau niat kamu untuk tidak mengulanginya. Bahkan bahaya mereka bersusah payah ingin jadi publik figur agar mendapat like yang banyak, namun sering mengupload hal-hal buruk. Mereka inilah yang menyepelakan Istigfar menurut Syaikh Yusuf Al-Qardawi.

Baca juga:  Warisan Tasawuf Buya Hamka

Budaya jempol aktif untuk menyukai, mengomentari video dan gambar sosial media harus dihentikan. Percuma kamu sering beristigfar namun sering berkomentar buruk, menyukai hal-hal yang tidak bermanfaat artinya ada yang salah dengan Istigfar kalian. Maka jangan jadikan Istigfar sebagai kamuflase belaka. Merasa menyesal lakukan perbaikan dan tetap komitmen itu melakukan kebaikan itulah hakekat Istigfar menurut sufi.

Ulama sufi menguraikan Istigfar tidak hanya terletak pada lisan, namun seberapa besar mereka mendalami, merenungi agar tidak melakukan kesalahan kembali. Bila seorang sudah beristigfar mereka sedang mengadu kepada Allah secara terang-terangan bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Begitupun banyak manusia sering mengadu kepada orang polisi, orang tua karena ada sesuatu kesalahan dan kerugian yang telah terjadi.

‘’Berusahalah kebiasaan yang buruk jangan dibiasakan, kita selamanya tidak pernah menjadi orang tua, karena kita bukan tempat mengadu, tapi mengadu kepada sang pemilik aduan. Terkadang kita perlu untuk menyogok agar ditutup dan dimaafkan dari kesalahan’’ mereka yang beristigfar namun dosa jalan berarti mereka sedang mengolok-olok Tuhan mereka. Wallahhu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top