Sedang Membaca
Hubungan antara Islam dan Sains
Dani Ismantoko
Penulis Kolom

Guru dan tinggal di Panjangrejo, Pundong, Bantul.

Hubungan antara Islam dan Sains

Whatsapp Image 2024 03 16 At 05.46.34

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad pernah menyampaikan, “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq” yang artinya sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Dari hadits tersebut jelas, bahwa datangnya Islam fokus utamanya adalah menjadikan segala potensi akhlak baik yang ada pada diri manusia menjadi lebih maksimal pengejawantahannya.

Dalam hadits lain Nabi Muhammad mengatakan,  “innashsholaata tanha ‘anil fahsyaaiwal munkar” yang artinya sesungguhnya sholat dapat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Bisa dicermati, bahwa sholat yang merupakan sebuah ritual ibadah pun muara utamanya adalah menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Lagi-lagi fokusnya pada penyempurnaan akhlak baik pada diri manusia.

Kalau kita cermati lebih teliti, sebenarnya ajaran dasar Islam berupa rukun Islam pun tidak hanya bernilai ritual ibadah tetapi juga bernilai pendidikan. Syahadat sebagai rukun Islam pertama ibaratnya sebagai ungkapan komitmen terhadap pemeluk Islam. Kalau orang sekolah sama dengan mengisi formulir pendaftaran. Sholat sebagai rukun Islam kedua sudah saya jelaskan dalam paragraf sebelumnya bahwa tujuannya adalah menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Puasa sebagai rukun Islam ketiga adalah pelatihan pengendalian hawa nafsu. Zakat sebagai rukun Islam keempat tujuannya adalah melatih empati manusia. Dan haji sebagai rukun Islam terakhir melatih kepasarahan total kepada Allah. Orang yang pasrah total kepada Allah segala tindak tanduknya tidak akan mungkin bertentangan kepada Allah.

Baca juga:  Jelang Munas Alim Ulama (4): Gus Dur dan Ulama Lombok

Terkait dengan kepasrahan total itu jangan dimaknai dengan diam saja tanpa berbuat apa-apa dalam hidup. Kita tahu haji itu tidak hanya diam diri, tetapi juga melakukan aktivitas fisik, seperti thawaf, lari-lari kecil dari bukit Safa ke Marwah atau yang disebut sa’i, melempar jumrah. Artinya kepasrahan total ini satu paket dengan usaha untuk menjalani kehidupan yang baik menurut Allah. Bukan diam, malas, tidak mau melakukan apa-apa dalam hidup.

Dengan melakukan berbagai ajaran, salah satunya menjalani ritual-ritual ibadah yang diperintah dalam Islam harapannya terwujud manusia berakhlak mulia, manusia sempurna atau yang disebut insan kamil. Berakhlak mulia, manusia sempurna atau insan kamil ini bukan berarti manusia mematikan segala hawa nafsu kemudian berubah menjadi makhluk suci layaknya malaikat. Tetapi dengan segala hambatannya, termasuk gejolak hawa nafsu, situasi dan kondisi yang seringkali sulit, datangnya kesempatan berbuat keburukan, manusia mampu berusaha untuk berbuat baik.

Ketika kesadaran untuk selalu berbuat baik tersebut benar-benar tertanam dalam diri manusia harapannya adalah tercipta kehidupan bermasyarakat yang baik pula. Kepada hal-hal semacam itulah fokus utama dalam agama Islam.

Namun, seiring berjalannya waktu, ada orang-orang yang justru tidak berfokus untuk pendidikan akhlak semacam itu. Ajaran Islam malah dijadikan alat cocokologi atas fakta-fakta sains. Al-Qur’an tidak mengungkapkan fakta sains. Kalaupun seakan-akan ada penyebutan yang berhubungan dengan sains hal tersebut hanyalah metafora yang tujuannya adalah hikmah untuk menunjang pemahaman manusia supaya manusia berbuat baik.

Baca juga:  Ketika Masyarakat Kesengsem Najwa Shihab

Ajaran Islam yang paling berhubungan dengan sains adalah perintah untuk belajar. Dalam agama Islam belajar itu hukumnya wajib. Bahkan dalam ayat pertama yang diturunkan Allah menyuruh manusia untuk membaca. “Iqra’(bacalah)”, begitu kata Allah. Artinya jika manusia ingin memperdalam sains, ingin mengetahui fakta-fakta sains, atau menjadi ahli sains satu-satunya upaya yang bisa dilakukan adalah belajar. Bukan dengan melakukan cocokologi antara ayat Al-Qur’an dengan kemungkinan atas fakta sains tertentu.

Saya kira pada titik itulah hubungan antara Islam dan sains. Sebatas menyuruh manusia untuk belajar. Tidak kurang, tidak lebih.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top