Sedang Membaca
Ulama Banjar (135): KH. M. Rafi’ie Hamdie
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (135): KH. M. Rafi’ie Hamdie

Kh. M. Rafi’ie Hamdie

(L. 27 Juli 1940– W. 1990)

Ulama yang bersuara lantang ini lahir di Desa Telaga Itar Kelua, Kabupaten Tabalong pada tanggal 27 Juli 1940. Ayahnya Tuan Guru Haji Hamdie adalah seorang ulama terkenal. Demikian pula kakeknya tuan guru Haji Abdur Rasul juga seorang ulama besar. Maka tidak heran jika H. Rafi’ie menjadi seorang da’i yang berpengetahuan luas, sebab dia dibesarkan dalam keluarga ulama.

Bila dirunut silsilah keturunannya terdahulu, maka KH. M. Rafi’ie Hamdie mempunyai hubungan keluarga dengan ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Rafiie juga adalah keturunan dari Panglima Batur, pahlawan perang Banjar yang amat terkenal dalam sejarah.

Ketika berumur 4 tahun ibunya meninggal dunia, Rafi’ie diasuh kakeknya yang tinggal di Tamiyang Layang, sebuah perkampungan suku Dayak Manyan yang masih memeluk agama Kaharingan.

K.H. M. Rafi’ie Hamdie pernah mengecap pendidikan agama seperti di Pesantren Sinar Islam Kelua 3 tahun (1949). Pada tahun 1951 menamatkan SRN VI Tahun, Sekolah Normal Islam di Amuntai (1955) dan Pondok Pesantren Gontor Ponorogo (1960). Selama di Amuntai ia mendatangi para ulama untuk belajar ilmu kerohanian di antaranya dengan Tuan Guru Haji Abran. Demikian juga waktu masih mondok di Gontor, ia banyak bergaul dengan para kiai, seperti KH. Nahrawi, KH. Abdul Fattah, KH. Gafar Ismail, KH. Isa Anshari dan beberapa ulama lainnya.

Baca juga:  Filsuf Suhrawardi dan Teori Iluminasi

KH. M. Rafi’ie Hamdie juga rajin membaca buku ilmu pengetahuan umum, sehingga ia fasih berbahasa Inggris, dan akhirnya ia terkenal sebagai da’i intelektual. Di kota Intan Martapura ia berguru dengan Guru. Seman Mulia, KH. Abdul Wahab Syahrani, dan KH. Ramli Ahmad.

Dalam berorganisasi Rafiie pernah menjadi Pengurus Pelajar Islam Indonesia cabang Amuntai (1951-1952). Bahkan sewaktu nyantri di Ponpes Gontor Ponorogo (1957-1960) ia terpilih sebagai Ketua PII Cabang Gontor Ponorogo. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Gontor ia menjabat Wakil Ketua GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) tahun 1962 dan pada tahun 1965 dia diangkat menjadi Ketua BADAI (Badan Dakwah Islamiyah) se-Hulu Sungai.

Selanjutnya pada tahun 1967-1969 diangkat menjadi Ketua Syarikat Tani Islam Indonesia (STII) Kalimantan Selatan, kemudian pada tahun 1969-1970 sebagai Wakil Ketua Amal Muslimin Kalimantan Selatan dan juga sebagai Ketua Umum Keluarga Besar PII Kalimantan Selatan. Seterusnya pada tahun 1976-1978 ia menjadi anggota Panitia Sepuluh Pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anggota GUPPI Kalsel (1976), Pimpinan Lembaga Kader Dakwah Praktis (LP-KDP) sejak 1973 hingga meninggal dunia.

KH. M. Rafi’ie Hamdie pernah menjadi Sekretaris Umum Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin (1979-1982), Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Raya (BPMR) Sabilal Muhtadin (1979-1987) dan terakhir menjabat sebagai Ketua I Dewan Masjid Indonesia Kalimantan Selatan (1985).

Baca juga:  Gus Dur: Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke-21 (2)

Beliau juga pernah menjabat sebagai Direktur Pendidikan Guru Agama Sinar Islam (1962-1965), Wakil Direktur CV. Palangka Raya 1966-1969, kemudian menjabat Wakil Direktur CV. Yusuf Hamdie (1969-1972), dan pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Tk.I Kalimantan Selatan (1977-1982).

Lembaga Pendidikan Kader Dakwah Praktis (LP-KDP), yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1973 dan beraktivitas di rumahnya sendiri di jalan Belitung Darat No.5 Banjarmasin. K.H.M. Rafi’ie Hamdie telah tersebar mencetak ratusan Muballigh muda yang telah disebarkan keseluruh wilayah Kalimantan guna menunaikan tugas dakwah Islam di pelosok-pelosok desa sampai ke daerah suku terasing seperti: Loksado, Miawa, Katingan, Kasongan, Halong, Riam Adungan, juga termasuk ke daerah transmigrasi.

Pada pagi hari Selasa tanggal 16 Nopember 1990 pukul 05.30 WITA, beliau menghembuskan nafas yang terakhir, masyarakat Kalimantan Selatan berduka cita atas meninggalnya seorang ulama muda yang berani dan konsisten menjadi pemandu umat, yakni KH. M. Rafi’ie Hamdie dalam usia 50 tahun. Beliau meninggal secara mendadak setelah kurang lebih dua jam mendapat perawatan yang intensif di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin karena penyakit jantung yang dideritanya.

Beliau dianggap sebagai orator ulung, muballigh dan ulama muda yang tak kenal lelah dalam berdakwah serta berani melakukan pembaharuan, terutama pada saat menjabat sebagai Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin (1977-1987). Ia dikagumi dan menjadi idola karena ceramahnya yang padat dan berwawasan luas.

Baca juga:  Ali Sadikin, Jakarta, dan Kepemimpinan

Pada saat memberikan ceramah di Masjid Raya Sabilal Muhtadin selalu penuh dengan jemaah, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa dan bahkan kalangan lanjut usia. Materi ceramahnya menyentuh, menggelitik dan memacu umat untuk menggali pengetahuan yang lebih dalam dan luas.

Pengajiannya yang bersifat interaktif diarahkan untuk membuka wawasan umat. Melalui kepemimpinan beliau Masjid Raya Sabilal Muhtadin semakin dikenal dan dikagumi oleh masyarakat, baik dalam daerah sendiri, bahkan dari luar daerah.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top