Sedang Membaca
Diaspora Santri (2): PCINU sebagai Ruang Silaturahmi dan Diplomasi Perdamaian, Catatan dari Inggris
Munawir Aziz
Penulis Kolom

Kolumnis dan Peneliti, meriset kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Kini sedang belajar bahasa Ibrani untuk studi lanjutan. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom.

Diaspora Santri (2): PCINU sebagai Ruang Silaturahmi dan Diplomasi Perdamaian, Catatan dari Inggris

Whatsapp Image 2020 10 21 At 4.03.54 Pm

Dalam sebuah perbincangan sambil menikmati dinner di kawasan Victoria Street London, Moazzam Malik mengungkapkan kekaguman terhadap Islam Indonesia. Pak Moazzam Malik, mantan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, berulang mengisahkan kunjungannya ke beberapa pesantren, madrasah, seraya menikmati denyut nadi Islam Indonesia.

Moazzam Malik memang tipikal diplomat yang bersahaja, ia menjalin komunikasi secara luas dengan para aktifis muda hingga ulama. Penjelajahan wilayah sekaligus intensitas komunikasinya dengan beberapa tokoh muslim Indonesia, sangat mengagumkan. Ia bahkan dikenal luas di jagad media sosial Indonesia, terutama di Twitter, karena rutin menyapa netizen dengan bahasa Indonesia.

Ia mengaku menikmati berkunjung ke pesantren-pesantren, berbincang dengan para kiai, pemimpin agama, sekaligus juga aktifis-aktifis yang menjadi garda depan perubahan sosial di Indonesia. Saya menyelami cerita, betapa khazanah Pak Moazzam Malik tentang Islam Indonesia sangat luas.

Selepas dinner, kami berjalan beriringan menuju stasiun kereta. Langit sudah gelap, hitam mengembang. Udara betul-betul dingin, angin terkadang menyergap, membekukan tulang meski saya telah memakai coat tebal. Saya ingat betul, itu Winter di akhir bulan Januari 2020.

Saya menyampaikan tentang perkembangan Nahdlatul Ulama di Inggris Raya, seraya meminta pandangannya terkait kontestasi Islam di negeri Ratu Elisabeth. Pak Moazzam Malik memberikan perbandingan, bahwa Islam Indonesia disusun oleh keragaman sekaligus pernik-pernik budaya yang sangat kaya. Nilai-nilai toleransi dan interaksi dengan kebudayaan, itulah yang menjadi ciri khas. Islam Indonesia juga adaptif dengan demokrasi. Islam dan negara tidak mengalami guncangan, bahkan saling menguatkan.

Baca juga:  Dari Redaksi: Workshop Jurnalisme Sastrawi dengan Tema Menulis Biografi Ulama

Sementara, Islam di Inggris sangat berbeda secara historis dan karakter. Beberapa komunitas muslim masih mengembangkan karakter etnis dan asal negaranya, semisal komunitas Pakistan, India, ataupun Bangladesh. Komunitas muslim Turki di Inggris juga mengembangkan budaya masing-masing. Inilah yang menjadi tantangan besar, sekaligus juga karakter khas dari komunitas muslim di Inggris.

Nah, dalam obrolan terkait NU, Pak Moazzam Malik sangat berharap Nahdlatul Ulama mampu mewarnai khazanah Islam di Inggris bahkan di level internasional. Beliau mengakui bahwa, gagasan dan nilai-nilai Nahdlatul Ulama sangat menarik dikembangkan, sebagai alternatif dalam pergumulan isu internasional, khususnya bagaimana menempatkan Islam dan negara.

Tantangan PCINU

Dari motivasi Pak Moazzam Malik, bersama teman-teman PCINU United Kingdom, saya terus menjalin kontak dan silaturahmi dengan aktifis muslim di Inggris Raya. Di antaranya dengan silaturahmi ke beberapa komunitas masjid di beberapa kota di Inggris, sekaligus juga membangun channel kerjasama dengan organisasi-organisasi muslim yang besar.

Kunjungan ke masjid-masjid di beberapa kota merupakan kenikmatan, sekaligus kemewahan. Ketika musim Ramadhan tiba, bersama teman-teman Nahdliyyin, saya menjadwalkan kunjungan ke beberapa masjid untuk berdialog dan buka bersama. Dari kunjungan itu, kami berbagi pandangan, saling belajar tradisi, juga bertukar makanan khas. Tidak jarang, kami juga disuguhi nasi Biryani yang diolah secara khusus, untuk menjamu para tamu yang berkunjung ke masjid menjelang maghrib sepanjang Ramadhan.

Baca juga:  Memahami Pemikiran Al-Ghazali (4): Al-Ghazali Pada Periode Islam Awal

Selain silaturahmi dengan komunitas-komunitas muslim lokal, interaksi dengan para aktifis muslim di Inggris Raya juga menarik. Dari komunikasi itu, atas nama PCINU United Kingdom, saya menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi, baik jangka pendek maupun panjang. Di antaranya, dengan al-Minhaj Foundation, Association of British Moslem (AoBM), dan beberapa organisasi lainnya.

Paul Shalahuddin Amstrong, sahabat saya dari AoBM, sepakat untuk meningkatkan kerjasama dengan lintas agama di Inggris Raya. Ia setuju untuk merancang agenda bersama, antara Nahdlatul Ulama, organisasi-organisasi muslim, serta lintas agama dari Yahudi, Anglikan, Ahmadiyyah, dan beberapa komunitas agama lainnya.

PCINU United Kingdom juga terus menjaga komunikasi interaktif dengan KBRI London. Kami merasa KBRI London merupakan mitra penting, sebagai perwakilan pemerintah, untuk menguatkan program-program strategis dalam dakwah Islam Nusantara di Inggris Raya.

Dalam setahun terakhir, beberapa program telah terlaksana bekerjasama dengan KBRI London. Di antaranya pengajian rutin, silaturahmi diaspora, diskusi pelajar, juga beberapa program lain terkait dengan pengabdian masyarakat di masa pandemi. Lazisnu-PCINU dan Muslimat NU UK bekerjasama dengan KBRI London telah memberikan bantuan kepada masyarakat Indonesia di Inggris yang terdampak pandemi.

Program-program terkait pendidikan juga dilaksanakan, untuk membuka wawasan teman-teman santri dari Indonesia yang ingin melanjutkan belajar di United Kingdom. Ada puluhan kampus terbaik yang menjadi destinasi kuliah, dengan dukungan skema beasiswa yang bermacam-macam, tergantung level kemampuan, jejaring sekaligus juga kebutuhan untuk belajar. Saya sering bertemu, beberapa santri yang belajar ke UK, di bidang-bidang keahlian sains dan teknologi. Tentu saja, ini perkembangan menggembirakan: menyerap langsung suasana belajar dan metode pembelajaran di jantung pengetahuan di Inggris dan Eropa.

Baca juga:  Ketika Gus Dur Menulis Cak Nur, Pak Amien, Buya Syafi'i

Saya yakin, ke depan, akan lebih banyak santri-santri yang ahli di bidang robotika, aritificial intelligence, supply chain, coding, keuangan internasional, dan bidang-bidang keahlian yang selama ini belum banyak dipelajari kaum santri di Indonesia. Tentu, dalam konteks itu, di tengah arus baru santri yang belajar sains di berbagai kampus terbaik dunia, pelekatan indentitas sebagai muslim tradisional yang kolot tidak relevan lagi. Kini tumbuh generasi santri yang menyelami sains teknologi, bahkan berkarir sebagai peneliti dan konsultan di level internasional.

Dari perjalanan di Inggris Raya yang masih singkat ini, betapa luas jangkauan PCI Nahdlatul Ulama sebagai ruang silaturahmi. Menggerakkan organisasi sebagai ruang mengabdi, menambah saudara, sekaligus dakwah Islam Nusantara merupakan bagian dari geliat PCI Nahdlatul Ulama di United Kingdom. Berkah melimpah [].

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top