Fitriya Yulianti
Penulis Kolom

Kelahiran Pati, Jawa Tengah. Putri kedua dari ayah bernama Jumadi dan ibu bernama Ngatini. Saat ini duduk di kelas tiga Madrasah Aliyah Miftahul Huda Tayu, Pati

Peran Generasi Milenial Bagi Duka Ibu Pertiwi

Pengantar: Mulai 21 Januari 2019 kami menurunkan 20 esai terbaik dari Sayembara Menulis Esai Tingkat SMA/Sederajat 2018, dimulai dari terbaik pertama. Tulisan ini adalah tulisan terbaik keempat. Tulisan telah diedit tanpa mengubah konten dan gaya bahasa.

——

Indonesia merupakan surga dunia bagi turis mancanegara. Laut yang sangat luas di negeri maritim itu seringkali menjadi destinasi wisata favorit. Jajaran gunung yang menawarkan  pemandangan indah menjadi pemikat tersendiri. Namun, Indonesia juga rawan  bencana alam.

Posisinya berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia dan di antara dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia juga berada di dalam cincin  api  Pasifik, tempat begitu banyak gunung berapi yang aktif dan berpotensi memuntahkan laharnya.

Hal ini menyebabkan sering terjadi gempa bumi di Indonesia, baik gempa tektonik karena pergerakan dua lempeng bumi, atau gempa vulkanik karena aktivitas gunung berapi. Gempa vulkanik dibawah dasar laut seringkali mengakibatkan tsunami.

Dalam kurun waktu satu tahun, terjadi sejumlah bencana alam di Indonesia, seperti dilansir berbagai media massa. Pada awal tahun, tepatnya pada 26 Januari 2018,  terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,1 SR di Lebak, Banten. Pada 5 Agustus 2018 terjadi gempa berkekuatan 7,0 SR di Lombok, Nusa  Tenggara Barat. Tidak berselang lama setelah gempa di Lombok, pada 28 September 2018 terjadi gempa berkekuatan 6,0 SR yang disertai tsunami di Palu Sulawesi Tengah. Di penghujung tahun pada 22 Desember 2018 terjadi tsunami di Selat Sunda.

Ibu pertiwi benar-benar berduka sepanjang tahun 2018. Tidak hanya memakan banyak korban jiwa, sarana dan prasarana juga luluh lantak oleh bencana. Tentu hal ini mengakibatkan pemerintah harus terus menerus berbenah.

Baca juga:  Terorisme dan Media (3): Jalan Damai Lawan Jalan Brutal

Peran Milenials

Apa kabar dengan generasi milenial? Apakah hanya akan berpangku tangan melihat tanah air tercinta porak poranda? Generasi yang digadang-gadang sebagai penerus bangsa tak seharusnya hanya diam melihat semua duka. Generasi milenial tumbuh di zaman ketika ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berkembang sangat pesat.

Persaingan  ada dimana-mana, di sekolah, dunia kerja, bahkan di media sosial. Mereka fokus di semua bidang yang mereka tekuni dengan setumpuk target yang ingin dicapai. Siswa sekolah dijadikan “kelinci percobaan” kurikulum yang selalu berubah-ubah.

Para sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang mereka kuasai, bahkan banyak dari mereka yang menjadi pengangguran. Generasi milenial juga seringkali  mengumbar ocehan tak berguna di media sosial. Game online menjadi rutinitas, sekolah menjadi tempat bersaing bukan menambah ilmu pengetahuan, lingkungan masyarakat terabaikan seakan-akan hanya menjadi tempat hidup tapi mereka tidak menghidupkan lingkungannya.

Dunia seharusnya bisa digenggam dan dikuasai oleh  mereka, oleh kita, generasi milenial. Bangsa seharusnya bisa lebih sejahtera bersama kita para penerusnya. Bencana ada dimana-mana,  saatnya kita turun tangan bagi bangsanya. Tidak perlu menunggu datangnya bencana baru berbondong-bondong datang membantu.

Ada hal yang seharusnya bisa menolong banyak  nyawa. Namun, hanya segelintir orang yang menyadarinya. Kita terlalu asyik dengan dunia kita, hingga lupa banyak orang sekitar yang membutuhkan uluran tangan. Dunia maya tak bisa dilepaskan dari keseharian kita, memang. Semua kegiatan berasa lebih  indah jika berada di sana. Bijaklah jika berada di dunia maya, dunia yang berisi banyak kebohongan dan hal tak berguna.

Mereka, kita, kalian,  yang menguasai  ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya  bisa memberikan sedikit yang dimiliki untuk mewaspadai bencana yang tak kunjung henti. Apa gunanya media sosial jika tidak digunakan untuk  melakukan kegiatan sosial?

Baca juga:  Samin Surosentiko, Sedulur Sikep, dan Musik Dangdut

Mensosialisasikan pencegahan atau tindakan yang bisa dilakukan saat bencana datang melalui media sosial bisa menjadi salah satu cara. Di masa mendatang tidak ada lagi kecerobohan manusia dalam membaca kondisi alam dan memprediksi datangnya bencana,  mengingat alat-alat canggih yang bisa diciptakan.

Manusia sigap dan tanggap diharapkan dapat meminimalisir bencana dan dampak dari bencana. Kesadaran dan kepekaan sosial juga sangat dibutuhkan. Tidak perlu menunggu pemerintah yang turun tangan, kita sebagai bangsa bertanggung-jawab penuh membantu saudara-saudara kita sebangsa.

Tak Perlu Kardus Lagi

Pada masa mendatang, tidak ada lagi orang membawa kardus di jalan, meminta bantuan untuk  korban bencana alam. Pemerintah bisa membuka rekening resmi untuk menampung donasi dari  mereka yang berjiwa sosial tinggi. Tidak hanya tim SAR yang bekerja saat bencana tiba. Generasi  milenial di masa mendatang akan mempunyai kesadaran untuk melangkahkan kaki di seluruh penjuru bumi yang membutuhkan bantuan.

Anak-anak usia sekolah harus dibekali ilmu tentang pencegahan bencana alam dan tindakan saat bencana datang. Dengan pesatnya kemajuan teknolgi, para lansia dan orang berkebutuhan khusus bisa dibuatkan jalur evakuasi yang bisa mereka  gunakan ketika bencana datang. Pengguna telepon genggam dapat mengakses perkiraraan datangnya bencana secara akurat kapan saja dan dimana saja dengan aplikasi super canggih inovasi terbaru dari peradaban zaman.

Generasi milenial di masa yang akan datang diharapkan mampu mengurangi jumlah nyawa yang melayang karena bencana alam. Teknologi tidak lagi menjadi sumber pemuas kehidupan,  tetapi menjadi penolong saat bencana datang. Media sosial tidak lagi berisi tulisan-tulisan sampah yang tak berfaedah. Alam tidak akan “marah” jika manusia ramah padanya.

Baca juga:  Tunas GUSDURian (2): Tunas Yang (Tak) Terbatas

Mari menjadi generasi milenial yang berkarakter, peduli sosial  bukan individual, rajin berderma bukan berbangga menjadi sosialita, dan mengaplikasikan ilmunya bukan hanya mencari sederet gelar di belakang nama.

Manusia tidak bisa menghentikan gunung yang meletus, atau tsunami yang meluap. Manusia yang dikaruniai akal hanya bisa mencegah atau meminimalisir dampaknya. Sebagai   generasi milenial marilah mendayagunakan teknologi yang ada, mengerahkan semua kemampuan yang kita punya. Indonesia di masa mendatang akan menjadi negara maju dengan segala kecanggihan teknologi yang ada, menjadi negara yang hebat bersama generasi hebat yang berkarakter.

Bencana alam bukan lagi menjadi duka bagi kita nantinya, negara kita tidak perlu  relawan dari negara lainnya. Kita hanya perlu bangkit dengan tangan kita sendiri dan mandiri untuk menyongsong masa depan yang cerah. Percaya pada kemampuan kita sendiri, negara kita ini kaya, sudah selayaknya kita memanfaatkan kekayaan alam yang ada.

Bangsa yang kuat berawal dari individu yang hebat. Generasi mileniallah jawabannya. Generasi yang saat ini sedang bersaing ketat, yang sedang mengolah otak mereka, dan mengikuti perkembangan teknologi untuk  kemajuan Indonesia tercinta.

Mungkin sepuluh tahun lagi Indonesia akan menjadi negara bebas bencana. Bukan berarti tidak lagi terkena bencana alam, namun saat itu kita telah mampu mengatasi masalah bencana alam dengan tangan kita sendiri tanpa harus bergantung dengan bangsa lain. Bahkan Indonesia yang akan melangkah pertama dan terdepan mengatasi bencana di seluruh dunia.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top