Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Di dalam Islam, kesenian lebih banyak dibahas dalam domain tasawuf. Para sufi banyak membuat karya seni dalam berbagai jenis genre seperti musik dan tarian. Keindahan bagi para sufi adalah manifestasi dari aspek Jamal (keindahan), Jalal (keagungan), dan Kamal (kesempurnaan) Allah Swt. Sifat-sifat ilahiah ini mereka teruskan ke alam indrawi untuk merengkuh pemahaman yang mendalam, sekaligus mengajak orang-orang terlibat dalam pengalaman estetik serupa—jika bersesuaian, akan sakralitas “kehadiran” al-Haq di muka bumi, dalam manifestasi wujud yang bergantung (muqayyad) pada kemutlakan-Nya.
Saat ini, tak banyak yang memperhatikan karya sufi dalam khazanah keislaman. Di sisi lain, seni tidak lagi memiliki pesan yang berasal dari dunia atas (kerohanian). Oleh karena itu, dalam edisi khusus 13 Mei ini, kami akan menampilkan ulasan dari saudara Hajriansyah. Dia menempuh pendidikan di jurusan Seni Rupa dan Pendidikan Bahasa dan Seni di Yogyakarta, dan melanjutkan di Pascasarjana UIN Antasari Prodi Akhlak Tasawuf. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai. Pengamal Tarekat Alawiyah – Syadziliyah, kini bergelut di dunia literasi Banjarmasin melalui Kampung Buku yang didirikannya bersama kawan-kawan pegiat buku di Kalimantan Selatan.