Sedang Membaca
Tahapan Penyucian Diri Manusia dalam Aliran Thariqat Qodirriyah

Sedang menempuh studi di UIN Walisongo Semarang.

Tahapan Penyucian Diri Manusia dalam Aliran Thariqat Qodirriyah

Tasawuf

Istilah masyarakat modern meliputi dua unsur kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan dan aturan. Sedangkan modern memiliki arti new, yang baru, secara baru, atau muktahir. Oleh sebab itu istilah masyarakat modern dapat diartikan sebagai suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan dan aturan tertentu yang bersifat muktahir.

Pada masa sekarang ini kita telah menduduki sebuah tatanan atau sebuah keadaan masyarakat sekuler. Pada umumnya, hubungan antara masyarakat atas dasar prinsip-prinsip fungsional pragmatis mereka merasa bebas dan lepas dari kontrol agama dan pandangan dunia metafisis. Kehidupan masyarakat modern yang cenderung rasionalis, sekuler, dan materialis, ternyata tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya.

Kegelisahan masyarakat modern antara lain disebabkan oleh perasaan takut kehilangan apa yang dia miliki, timbulnya rasa takut masa depan yang tidak disukai, merasa kecewa terhadap apa yang dia peroleh untuk kebutuhan harapan dan kepuasan sepiritual, serta karena dirinya banyak melakukan pelanggaran dan dosa.

Dalam kiprahnya, tasawuf tidak akan berhentib berkerja dengan pendidikan kerohanian, disiplin tinggi, dan memajukan perniagaan yang menarik orang-orang kedalam pahamnya.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S Yusuf ayat 53)

Baca juga:  "Belale'", Tradisi yang Tetap Eksis di Musim Pandemi

Tasawuf ini menanamkan disiplin tinggi dan aktif dalam medan perjuangan hidup baik sosial, politik, dan ekonomi. Pengikutnya dilatih dengan menggunakan senjata ekonomi (berbisnis dan bertani). Gerakannya berada pada perjuangan dan pembaruan. Programnya lebih berada dalam batasan positivisme moral dan kesejahteraan sosial dari pada “terkungkung” dalam batasan-batasan sepiritual keakhiratan.

Pada penulisan ini, pembicaraan mengenai peran akhlaq tasawuf terhadap masyarakat modern saya merujuk kepada sebuah aliran Thariqat Qodirriyah yang mengajarkan tentang tingkatan kesucian manusia (al-ahwal) atau sebuah ajaran yang di disiplinkan oleh Syech Abdul Qodir Al-Jilani terhadap penyucian diri dari nafsu dunia.

Taubat, menurut Ibnu Abbas r.a. berkata “ taubat nasuha adalah penyesalan dalam hati, permohonan ampun dengan lisan, meninggalkan dengan anggota badan, dan berniat tidak mengulanginya lagi.

Menurut Syech Abdul Qodir, jenis taubat ada dua yaitu : taubat yang berkaitan dengan hak sesama manusia. Kemudian taubat yang berkaitan dengan hak sang pencipta.

Wara, Menghindari diri dari sesuatu yang zubhat atau hal yang tidak jelas.

Zuhud, secara bahasa adalah zahada fihi wa zahada anhu dan zahadam yaitu berpaling darinya dan meninggalkan karena menganggap hina atau menjauhinya karena dosa. Dua zuhud menurut Syech Abdul Qodir: Zuhud Hakiki yaitu mengeluarkan dunia dari dalam hatinya dan Zuhud Suwari atau Zuhud Suwari menolak rezeki dari Allah namun di ambil dan digunakan dalam konteks Itaqullah.

Baca juga:  Filosofi Kolak

Tawakal, dalam arti bahasa memiliki makna berserah diri, sifat ini adalah bentuk sifat mulia yang harus ada pada ahlussuffah, jika ia telah benar-benar mengenal tuhannya melalui maqom ma’rifat yang telah dicapainnya.

Syukur, merupakan ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima dari Allah SWT. Ada tiga jenis syukur menurut Syech Abdul Qodir yaitu : Billisani (mengakui adanya nikmat dan merasa tenang dengan cara kerendahan hati dan ketundukan). Bil Fi’li (dengan perbuatan anggota badan, mengabdi dan melaksanakan sepenuhnya perintah Allah). Bi Qolbi (yaitu ber i’tikaf atau berdiam diri di atas tikar Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah yang wajib dikerjakan dan dilarangnya).

Sabar, sobaro-yasbiru-sobron artinya mencegah dan menghalangi. Secara istilah yaitu menahan diri untuk berkeluh kesah, menahan lisan untuk merintih tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang menimpa kita, kecuali mengeluh kepada Allah.

Artinya : Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (Q.S Al-Anbiya’ ayat 83)

Rida, Merupakan kebahagiaan hati dalam menerima ketetapan (takdir) dengan berserah diri dan pasrah tanpa menunjukan pertentangan terhadap apa yang dilakukan.

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ

Artinya : Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. (Q.S At-Taubah ayat 21)

Baca juga:  Sajian Khusus: Semangat Toleransi dalam Sinema Lintas Ruang

Jujur, secara bahasa menetapkan hukum sesuai dengan kenyataan. Menurut Syech Abdul Qodir “mengatakan yang benar dalam kondisi apapun baik menguntungkan atau tidak menguntungkan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.S At-Taubah ayat 119)

Kejujuran merupakan derajat kesempurnaan manusia tertinggi dan jujur juga merupakan jalan yang paling mulus. Dengan jujur kita dapat membedakan orang yang munafik dengan orang yang beriman.

Tentunya dengan peranan tasawuf dalam kehidupan seseorang akan menyelamatkan seseorang dari sebuah gelapnya dunia dan meningkatkan kualitas sepiritual kita. Dengan tatanan tasawuf dalam diri akan menyeimbangkan keadaan seseorang dalam kemajuan zaman, perubahan zaman, dan lainnya. Pastilah itu menjadi penting ketika dimana masa sekarang tidak sedikit manusia khususnya umat Islam yang jauh dari kualitas sepiritualnya.

Saya teringat dengan beberapa kasus-kasus yang pernah terjadi yaitu dimana orang yang mengaku kualitas sepiritualnya tinggi, eh dia masih mementingkan tujuannya untuk mencapai dunia. Memprovokasi umat, ujaran kebencian, menjual agama, jihad, dan lainnya. Brooo, ayolah sekarang eranya digital, perang fisik sudah ketinggalan zaman, tapi dengan catatan bagi seluruh umat manusia khususnya ummat Islam jangan sampai terlena dan harus di seimbangkan atau bahkan di utamakan kualitas sepiritualitas kita.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top