“Menikah merupakan rangkaian ibadah terlama dan terpanjang. Maka, sudah sepatutnya untuk selektif dalam memilih pasangan. Selektif, bukan semata-mata soal kecocokan dan kesamaan, melainkan juga ihwal penyesuaian dan penerimaan.” (hal. 01)
Hari ini kita hidup di zaman serbainstan. Ingin cepat, lebih mudah, dan tidak ribet. Mulai urusan makan, bepergian, berkomunikasi, bertransaksi, sampai beribadah. Termasuk juga memilih pasangan dan pernikahan.
Buku ini hadir di waktu yang tepat. Di saat pemuda-pemudi bimbang menentukan arah, pedoman apalagi yang mampu mengetuk hatinya kecuali buku. Bukan berarti nasihat orangtua, guru, dan sahabat tidak lagi didegar. Tetapi sebaik apa pun nasihat, tapi tidak ditulis ia akan masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Tidak terkesan menggurui, penulis buku ini—pasangan Nurul Hidayati dan Khasbi Faqih—mengajak para pembaca berdiskusi. Di bagian bab pertama misalnya, kita akan disuguhkan ruang diskusi “the power of understanding your self”. Dengan mengenali diri, seseorang akan mampu menerima keadaan diri secara utuh, termasuk menerima kekurangan-kekurangan yang ada.
Analogi yang diberikan cukup menarik, yaitu saat seseorang buang air besar. Penulis mengutip pesan dari kiainya bahwa setinggi apa pun jabatan kita, secantik atau setampan siapa pun, jangan pernah sombong sebab feses yang dipunyai setiap manusia sama nilai aromanya (hal. 10).
Jika kotoran diri saja tidak paham, lantas bagaimana dengan kualitas dan keadaan emosional diri, kondisi psikologi, kemampuan komunikasi, spiritual dan intelegensi? Oleh karenanya, tidak perlu cepat-cepat. Siapa tahu, momen buang air besar menjadi jalan mengenal diri lebih dalam.
Judul : Pahami Sebelum Sesali
Penulis : Nurul Hidayati & Khasbi Faqih
Penerbit : PT. Bintang Indonesia Raya, Surabaya
Edisi : I, Maret 2020
Tebal : iv + 165 hal
ISBN : 4151926
Etika Resepsi dan Petuah Kiai
Pada bab-bab selanjutnya, pembaca akan disuguhi hal teknis pernikahan. Yang penting untuk dicatat, penulis buku ini cukup lihai membaca perkembangan zaman. Ia mencantumkan bab etika resepsi. Setidaknya ada tujuh hal yang jika dibaca oleh para generasi milenial pasti mereka akan menggaris bawahi:
Pertama, walimah digelar sewajarnya dan hindari kelebihan makanan yang bersifat mubazir. Kedua, jika mampu hendaknya mengundang anak-anak yatim piatu. Ketiga, memastikan hidangan merupakan makanan halal. Keempat, diusahakan jangan sampai mengutang sebab kehidupan setelah resepsi lebih perlu membutuhkan biaya.
Kelima, jangan menyepelekan jumlah tamu, dan sediakan lokasi yang memuat para tamu beserta kursi untuk makan. Keenam, jangan terlalu membandingkan pesta pernikahan dengan orang lain karena ini hal berbeda. Ketujuh, untuk koleksi foto sebaiknya diperoleh dari momen postwedding (setelah akad nikah) bukan prewedding (sebelum akad nikah).
Di latar belakangi keilmuan penulis yang bersumber dari pesantren, pembaca akan menjumpai banyak petuah-petuah agung dari para guru pesantren. Sebut saja seperti almarhum Kiai Maimoen Zubair, Nyai Hj. Noor Khadjijah Chasbullah, istri KH. M. Bisri Syansuri, Nyai Hj. Aslikha binti Abdurrahman, Nguling Pasuruan.
Salah satu nasihat datang dari Maulana Al-Habib Luthfi bin Yahya, “Rahmat turun karena ikhtiar. Contoh: sakinah, mawaddah, dan rahmah akan muncul jika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah. Yang Allah perintahkan kepada kita adalah memilih suami yang saleh atau istri yang salehah. Sebisa mungkin, taatilah perintah tersebut tanpa berpikir sampai kapan jodoh kita itu bertahan”.
Lahir Sebab Followers
Nurul dan Khasbi menikah pada Oktober 2017. Nurul kuliah di bidang nanotechnology, di Seoul Korea Selatan dan Khasbi yang lulusan Pesantren Ploso Kediri itu sedang diundang oleh Komunitas Muslim Indonesia (KMI) di sana. Pada 28 Agustus 2018, keduanya membuat akun di Instagram @nikahinstitute lalu disusul @fiqihpernikahan pada 21 November 2018.
Pasangan itu sukses ketika memiliki ide buka kelas online untuk bekal pernikahan dan pascanikah pada Januari 2019. Kini peserta grup WA sudah mencapai 2.700 orang dan akan terus bertambah, belum lagi ribuan followers di akun media sosialnya. Dari banyaknya penggemar itulah dan desakan sana-sini akhirnya buku ini lahir menjawab keresahan umat milenial.
Luar biasa. Jika pernikahan mereka berhasil melahirkan banyak hal termasuk buku ini, saya yakin, buku ini juga akan berhasil membantu seseorang menemukan jodohnya. Minimal para pembaca mengantongi banyak ilmu sebelum berladang ke medan pernikahan yang indah. Semoga!