Sedang Membaca
Kota Islam (21): Yazd; Kota Gurun yang Menjadi Warisan Dunia
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kota Islam (21): Yazd; Kota Gurun yang Menjadi Warisan Dunia

Bangunan Kuno Di Yazd Sumber Foto Pribadi

Yazd, kota yang diapit oleh dua gurun ini tepat berada di jantung Iran. Sudah bisa ditebak bahwa kepungan gurun membuat udara di kota tersebut menjadi sangat kering dan panas. Walaupun demikian, kota ini tetap dihuni dan tidak ditinggalkan oleh penduduknya. Bahkan, kota ini telah dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Kata Yazd sendiri dalam bahasa Persia berarti bersih atau suci. Nama ini juga diasosiasikan kepada seorang penguasa Persia dari dinasti Sassanid yang bernama Yazdegerd I. Kota ini dikatakan suci karena menjadi pusat agama Zoroaster di Iran sejak dahulu. Bahkan, sekarang pun komunitas Zoroaster terbesar di Iran ada di kota ini. Oleh karenanya, tak salah jika Yazd dikenal sebagai tanah suci bagi kaum Zoroaster.

Lantas, apa yang membuat kota ini istimewa hingga ditetapkan sebagai warisan dunia? Jika kita berkunjung ke Yazd, di dinding terminal kota diinformasikan bahwa Yazd adalah salah satu kota tertua yang masih dihuni di dunia. Di saat kota-kota kuno di belahan dunia lain hancur dan ditinggalkan baik karena perang maupun bencana alam, Yazd masih kokoh bertahan. Itu artinya kota ini mempunyai nilai historis yang patut dijaga.

Selain faktor usianya yang tua, Yazd juga menyuguhkan atraksi bagaimana cara masyarakat beradaptasi dengan iklim yang ekstrim di sana. Hal itu tercermin dari arsitektur bangunan-bangunan yang berdiri di Yazd. Tanah liat yang dicampur jerami menjadi bahan utama bangunan-bangunan di sana. Tak ada gedung-gedung modern pencakar langit justru menjadikan kota ini eksotik dengan keseragaman warnanya.

Baca juga:  Saya, Muhammadiyah, dan Ziarah Kubur

Pemilihan tanah liat sebagai bahan bangunan di Yazd bukan tanpa alasan. Tanah liat mampu menangkal sinar matahari yang menyengat di siang hari, sehingga udara di dalam menjadi sejuk. Sementara, di malam hari yang dingin, panas matahari yang mengendap dalam dinding akan menguap dan memberikan kehangatan kepada penghuninya.

Bangunan yang artistik dengan dominasi warna kuning kecoklatan yang seragam, dipadu dengan menara yang menjulang tinggi. Jangan heran jika kita menyaksikan menara bergaya tua yang di dinding atasnya tampak berlubang dari segala sisi. Itu adalah teknologi kuno yang berfungsi untuk mendinginkan ruangan.

Menara tersebut dikenal dengan istilah badgir atau menara penangkap angin. Lubang di atas menara berfungsi untuk menangkap angin yang kemudian dialirkan ke bawah yang membuat ruangan menjadi sejuk. Badgir bisa dikatakan sebagai cikal bakal teknologi AC atau pendingin ruangan dalam bentuknya yang paling sederhana. Teknologi yang berumur ribuan tahun ini masih dimanfaatkan dan terawat hingga saat ini di kota Yazd.

Teknologi kuno yang menakjubkan lainnya adalah sistem irigasi bawah tanah yang dikenal dengan istilah qanat. Air adalah sumber kehidupan. Jika benda ini tidak terpenuhi, kota Yazd sudah lama menjadi kota mati dan ditinggalkan oleh penduduknya. Namun, masyarakat kuno Yazd berhasil mengatasi rintangan ini dengan menciptakan qanat. Padahal, mendapatkan air di tengah wilayah kering dan gersang bukanlah perkara mudah.

Baca juga:  Mengunjungi Penerbit Mustafa al-Babi al-Halabi yang Hampir Mati (?)

Cara kerja sistem qanat ini adalah membawa air segar dari sumbernya di pegunungan menuju kawasan yang lebih rendah. Untuk mengalirkannya, mereka membuat terowongan bawah tanah yang di atasnya terdapat sumur yang saling bersambung melalui kanal tersebut. Dalam terowongan bawah tanah juga terdapat ventilasi dan jalan penghubung untuk perbaikan dan pengerukan.

Penemuan sistem irigasi ini telah berhasil menyulap padang gersang menjadi wilayah yang layak huni. Hal ini karena air qanat mengalir sepanjang tahun seperti layaknya mata air yang muncul ke permukaan tanah. Ketersediaan air yang melimpah selain dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari juga dimungkinkan untuk pendayagunaan pertanian.

Itu adalah beberapa alasan kenapa kota Yazd mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sejarahnya yang panjang dengan arsitektur klasiknya yang khas menjadikan kota ini sangat unik. Selain itu, teknologi kuno seperti badgir dan qanat dalam menyiasati kondisi alam telah menjadi inspirasi tidak hanya bagi masyarakat Iran, tetapi juga di belahan dunia lain dengan kondisi alam yang serupa.

Penduduk Yazd tidak menyerah dengan kondisi geografis kota yang terbatas. Iklim yang keras justru melahirkan kreatifitas yang berujung pada kemaslahatan umat. Kehadiran gurun pun tidak menjadi masalah. Bahkan, mereka membangun peradaban dengan berbagai teknologinya yang revolusioner di zamannya untuk keberlangsungan kehidupan di kota gurun tersebut.

Baca juga:  Menyaksikan Keajaiban Goa Sunyaragi

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top