Sedang Membaca
Komunitas Kristen di Iran Merayakan Natal 6 Januari
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Komunitas Kristen di Iran Merayakan Natal 6 Januari

Img 20210114 Wa0003

Iran adalah sebuah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Walaupun demikian, itu bukan berarti agama atau mazhab lain tidak ada di sana. Salah satu agama yang diakui keberadaannya adalah Kristen, di samping Yahudi dan Majusi.

Populasi umat Kristiani di Iran mencapai 300 ribu jiwa dari total penduduk 70 juta lebih. Jika dipersentasekan, penganutnya hanya sekitar 0,5%. Mereka mayoritas berasal dari etnis Armenia dan Assyria. Penyebarannya terpusat di kota-kota besar seperti Tehran, Isfahan, dan Tabriz. 

Yang menarik, Kristen Armenia merayakan natal bukan sebagaimana umumnya tanggal 25 Desember, melainkan 6 Januari di setiap tahunnya. Namun, kemeriahan natal sudah terasa semenjak tanggal 25 Desember. Pernak-pernik khas natal akan mudah ditemui di mall dan jalanan. Hiasan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk berfoto oleh masyarakat walau bukan Kristiani.

Di Iran sendiri, perayaan natal diperingati sebagai hari wiladah atau hari lahirnya Nabi Isa as. Jadi, umat Islam pun turut gembira ketika hari natal tiba tanpa harus takut imannya goyah. Satu-satunya perbedaan antara Islam dan Kristen terkait natal adalah perspektif dalam memandang kedudukan Nabi Isa.

Pengucapan natal di Iran sendiri cukup unik. Umat Kristiani akan mengucapkan “Karismas mubarok”, sedangkan orang Islam “Milad-e Hazrat Masih Mubarok” atau Selamat atas kelahiran Nabi Isa as. Mereka merayakan natal bersama dengan perspektif berbeda. 

Baca juga:  Makna Hari dalam Tradisi Jawa

Perayaan natal tidak hanya menarik bagi kalangan awam, tetapi juga para pejabat pemerintah. Ketika menjelang natal, mereka biasanya mengunjungi rumah penganut Kristen untuk mengucapkan selamat natal secara langsung. Rumah yang didatangi umumnya adalah rumah penganut Kristen yang gugur pada saat perang Iran-Irak. 

Kehadiran pejabat penting dalam momen spesial tentu sangat berarti bagi keluarga yang ditinggalkan. Itu artinya negara mengakui pengorbanan mereka walau beda agama dengan mayoritas. Tradisi seperti ini bahkan pernah dilakukan oleh pemimpin tertinggi negeri Mullah yakni Sayid Ali Khamanei. 

Sebagai minoritas, umat Kristiani juga mempunyai hak yang sama sebagai warga negara. Mereka mempunyai kebebasan untuk menjalankan ibadah dengan tenang dan nyaman. Hal ini ditopang dengan berdirinya gereja di tempat dimana kaum Kristiani tinggal. Untuk menyuarakan aspirasinya, mereka mempunyai jatah 1 kursi khusus minoritas di parlemen.

Ada sekitar 600 gereja yang berdiri di seluruh Iran. Usianya rata-rata sudah mencapai ratusan tahun. Hal tersebut dapat dipahami karena umat Kristen khususnya Armenia telah berdiaspora ke wilayah Persia sejak pemerintahan dinasti Safawi. 

Salah satu gereja yang paling tua adalah gereja Katedral Vank di Isfahan. Gereja tersebut milik komunitas Kristen Armenia. Dalam bahasa Armenia, Vank sendiri berarti “biara”. Gereja ini dibangun pada tahun 1606 Masehi pada masa Shah Abbas I, raja dinasti Safawi. Gereja ini juga menjadi destinasi wisata di kalangan masyarakat Iran. 

Baca juga:  Hakikat Kemanusiaan dalam Karya Rupa Nasirun

Yang menjadi ciri khas gereja-gereja di Iran adalah bentuk luarnya yang lebih tampak seperti masjid. Gereja seperti ini di bagian atap biasanya memiliki kubah. Namun, ketika masuk, kita sadar itu gereja karena dinding-dindingnya penuh dengan lukisan dan ornamen khas gereja. Langit-langitnya dipengaruhi oleh gaya Persia dengan balutan warna birunya. Bagunan gereja-gerejanya mencerminkan asimilasi gaya Kristen dan Islam Persia. Walaupun begitu, ada juga gereja yang bergaya Romawi seperti gereja Saint Simon di Shiraz.

 Kedatangan komunitas Kristen Armenia ke Iran adalah sebagai akibat dari penyerangan yang dilakukan oleh pihak Ottoman Turki. Di awal kedatangannya, mereka terlibat aktif dalam urusan perdagangan dan administrasi di pemerintahan dinasti Safawi. Mereka juga menjadi tentara bayaran yang disiapkan untuk melawan Ottoman. 

Karena hubungan yang erat ini, raja-raja Persia selalu melindungi komunitas Kristen Armenia. Ini berlaku hingga saat  ini. Mereka menjadi bagian integral dari masyarakat Persia. Walaupun telah lama mendiami tanah Persia, mereka tidak kehilangan identitasnya sebagai etnis Armenia yang identik dengan Kristen. Mereka mampu hidup rukun dengan etnis Persia yang beragama Islam.

          

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top