Sedang Membaca
Ferdowsi, Pahlawan Kesusastraan Persia
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ferdowsi, Pahlawan Kesusastraan Persia

Makam Ferdowsi

Kota Tus yang terletak di Khurasan merupakan salah kota tua di Persia yang telah melahirkan banyak sarjana dalam berbagai bidang. Sebut saja Imam Ghazali dan Nasiruddin al-Tusi adalah tokoh yang kemasyhurannya sudah mendunia yang berasal dari kota ini. Namun, ada satu tokoh yang tidak terlalu dikenal di luar, tetapi sangat populer dan dibanggakan di Iran. Dia adalah Hakim Abu al-Qasim Ferdowsi al-Tusi atau yang sering disebut dengan Ferdowsi saja.

Mausoleum Ferdowsi ini dapat dikunjungi di kota kelahirannya, Tus. Kota ini dapat dijangkau dari kota Mashad yang menjadi ibukota Khurasan Rezavi. Perjalanan Mashad-Tus memakan waktu sekitar 1,5-2 jam tergantung moda transportasi yang digunakan. Jika ingin cepat bisa menyewa taksi. Namun, jika mencari yang murah, bus kota bisa menjadi alternatif.

Saya pun memutuskan untuk menaiki bus. Saya berhenti di sebuah halte dengan nama Ferdowsi tepat di depan gerbang mausoleum. Pada saat turun, kita akan langsung disambut dengan sebuah patung yang sedang asyik bermain gitar. Saat itu, musim dingin sedang melanda Tus, sehingga patung yang berwarna hitam ini sangat kontras dengan putih salju yang mengelilinginya. Patung yang sedang berdendang memancarkan aura ceria di tengah dinginnya udara Tus.

Siang itu tak banyak orang yang berkunjung, mungkin karena efek musim dingin, hingga membuat orang malas untuk pergi ke luar. Saya mengamati mausoleum Ferdowsi berbeda dengan makam-makam tokoh di Iran yang sebelumnya pernah dikunjungi. Mausoleum ini tampak megah dan besar, mirip dengan makam Cyrus, raja Persia kuno yang terdapat di Pasargade dekat Persepolis.

Baca juga:  KMNU IPB Segera Mendirikan Pondok Pesantren Pertama di Lingkungan IPB University

Mausoleum Ferdowsi ini berada dalam sebuah taman yang luas. Lebih luas daripada komplek Khayyam dan Attar di Nishapur. Bangunannya yang menghadap kolam sudah tampak dari jauh. Saya berjalan melalui sisi kolam yang saat itu masih tampak membeku. Patung Ferdowsi yang berada di sampingnya seakan menyambut kedatangan saya dengan penuh kehangatan.

Menurut salah satu sumber, makam ini dibangun pada tahun 1930 di bawah pemerintahan Shah Reza dan berakhir tahun 1934. Sang arsitek, Hushang Seyhun rupanya mengadopsi arsitektur Persia kuno tepatnya pada masa Achaemenid, sehingga tidak salah jika dikatakan bangunannya mirip makam Cyrus Agung karena memang bangunan ini ingin menampilkan kekayaan budaya dan sejarah masa lalu yang dimiliki oleh Persia.

Bangunan dasarnya berbentuk persegi dengan marmer putih sebagai bahan utamanya. Di setiap sisinya terdapat anak tangga yang dapat digunakan sebagai jalan untuk melihat lebih detail mausoleum. Sementara, di bagian depannya ada dua kolom yang memuat puisi Ferdowsi yang diapit oleh tiang berkepala banteng. Selain itu, ada juga Faravahar, simbol Zoroaster yang terukir dalam bangunan ini yang menguatkan bahwa kesan yang ingin ditonjolkan dalam arsitektur bangunan ini adalah identitas Persia.

Hal ini disengaja karena Ferdowsi dianggap pahlawan dalam bidang kesusastraan Persia. Shahnameh, sebuah buku yang bercerita tentang raja-raja Persia adalah satu karya yang membuat namanya bersinar. Buku tersebut merupakan sebuah epik yang ditulis antara tahun 977-1010 M. Cara penulisannya menggunakan model puisi yang terdiri dari 50.000 bait. Shahnameh menjadi puisi epik terpanjang yang ditulis oleh satu orang. Di dalamnya berisi cerita kepahlawanan raja-raja Persia dari awal sampai penaklukan Arab terhadap Iran di abad ke 7.

Baca juga:  Susi Pudjiastuti: Gus Dur Memandang Laut Sebagai Sesuatu Yang Sangat Penting

Shahnameh berjasa dalam kesusastraan Persia karena berhasil melestarikan keaslian bahasa Persia yang saat itu banyak menyerap kosa kata bahasa Arab sebagai akibat penaklukan. Adanya bahasa Persia modern saat ini tidak lain salah satunya adalah berkat Shahnameh, sehingga ada yang menjuluki Ferdowsi sebagai bapak bahasa Persia modern. Oleh karena itu, Shahnameh menjadi bacaan wajib bagi orang yang mendalami sastra Persia.

Penulisan Shahnameh sendiri memakan waktu kurang lebih 30 tahun. Menurut cerita, setiap kali ia berhasil membuat satu bagian kisah, ia akan dihadiahi satu emas oleh raja Mahmud dari dinasti Ghaznawi yang berpusat di Ghazni, Afghanistan. Begitu buku ini selesai ditulis, raja memberikan hadiahnya, tetapi ditukar oleh orang kepercayaannya menjadi kepingan perak. Ia kecewa karena merasa terkhianati oleh janji raja, sehingga melontarkan sindiran-sindiran yang menyinggung raja.

Anehnya, kehebatan Ferdowsi dengan Shahnamehnya tidak mendapat pengakuan ketika ia hidup. Pekerjaan sastranya mendapat sanjungan justru sesudah ia meninggal. Selama ratusan tahun ia terabaikan. Baru, pada awal abad ke-20, ia mendapat penghormatan yang layak dari masyarakat Iran yang sedang mencari identitas keIranan. Sejak saat itu, makamnya dipugar dan diperindah.

Setelah itu, nama Ferdowsi menjadi harum di Iran. Namanya menjadi nama jalan, medun, komplek, dan universitas. Ia menjadi pahlawan dalam bidang sastra dan budaya Persia. Ia juga menjadi simbol nasionalisme karena dapat mempertahankan identitas Persia di tengah pengaruh budaya asing seperti Arab dan Turki yang pernah menguasai wilayah tersebut. Ferdowsi dengan Shahnamehnya menjadi spirit dan kebanggaan bangsa Persia, khususnya Iran.

Baca juga:  Kenduri Sambung Rasa: Kita Bhineka, Kita Indonesia

Dari Ferdowsi kita dapat mengambil pelajaran agar kita tidak melupakan bahasa dan budaya kita sendiri. Sejauh apapun kita pergi dan bergaul dengan budaya-budaya yang berbeda jangan pernah meninggalkan akar kita. Terlebih, di era teknologi seperti sekarang ini dimana kita dapat dengan mudah berhubungan dengan orang-orang yang berlatar belakang berbeda. Kita harus pandai mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Hari sudah menjelang petang. Saya harus bergegas kembali ke Mashad sebelum bus terakhir berangkat. Sebagai informasi tambahan, mauseloum Ferdowsi ini berdekatan dengan makam Imam Ghazali. Untuk mencapainya, kita bisa berjalan kaki yang memakan waktu sekitar 20 menit. Jadi, mengunjungi Ferdowsi bisa sekaligus berziarah ke makam Imam Ghazali di Tus. (RM)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top