Sedang Membaca
Nasruddin Hoja Mengaku Jadi Dewa Bumi kepada Timurleng.
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Nasruddin Hoja Mengaku Jadi Dewa Bumi kepada Timurleng.

Ketika Timurleng menyerang Turki, dia sempat mampir ke Akshehir tempat kediaman Nasruddin. Ketika memasuki kota, Raja melihat Nasruddin melilitkan handuk di kepalanya. Dia sedang melihat arak-arakan raja.

Raja tertarik dengan lelaki dengan handuk dililitkan di kepalanya tersebut sampai-sampai raja memerintahkan prajurit untuk membawa Nasrudi ke hadapannya.

“Siapa kamu, Kang?” tanya Raja.

“Oh. Saya ini dewa bumi, Tuan Raja.”

“Oh, dewa bumi.” kata Raja.

Timurleng tambah penasaran. Dia ingin membuktikan pengakuan lelaki yang mengaku dewa ini.

“Jika kamu adalah dewa bumi, tolong lebarkanlah mata prajuritku yang sipit ini.”

“Ternyata tuan Raja ini tak memahami maksud saya. Begini, Tuan. Saya ini dewa bumi bukan dewa langit.”

“Loh. Memangnya mengapa?” tanya Raja.

“Kalau tuan ingin permintaan itu terkabul, mintalah kepada dewa langit. bukan dewa bumi. Dewa bumi itu urusannya pada tubuh manusia dari pusar ke bawah. Kalau dari pusar ke atas, itu urusan dewa langit. Bukan Saya.

Timurleng melanjutkan perbincangan lain. Sepertinya dia sangat antusias kepada Nasrudin. Beberapa waktu berselang, Raja mengundang Nasruddin dalam suatu acara. Setelah sampai di tempat raja, seorang selir sedang masak lima butir telur.

Raja mengajak Nasrudin makan. Karena telurnya ada lima. Raja bertanya kepada Nasrudin, “Bagaimana caranya agar telur ini dibagi dengan adil, Kang?”

Baca juga:  Ketika Gus Dur Menggambarkan Fisik Kiai Sahal

Nasruddin pun mengambil lalu membaginya. “Yang mulia, ini satu butir telur untukmu, Karena Yang mulia sudah punya dua butir. Satu butir buat saya karena saya juga sudah punya dua butir telur. Nah, selebihnya untuk istri yang mulia karena dia tak punya telur. Untuk urusan di bawah pusar, saya paham, yang mulia. Karena saya dewa bumi.”

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
2
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top