Sedang Membaca
Mengenal Nusaibah, Sahabat Perempuan Nabi
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Mengenal Nusaibah, Sahabat Perempuan Nabi

Dalam sejarah Islam, bukan hanya kaum laki-laki yang ikut perang. Ada banyak kaum perempuan yang ikut serta dalam peperangan. Bahkan mereka juga memiliki peran yang vital. Apa saja perannya?

Ada di antara mereka yang bertanggung jawab dalam urusan logistik dan pengobatan. Ada juga yang ikut mengangkat pedang. salah satunya adalah Nusaibah binti Ka’ab. Nusaibah memiliki panggilan akrab Ummu Imarah.

Nusaibah binti Ka’ab adalah perempuan yang tangguh dan pemberani. Ia menjadi lambang keberanian yang abadi. Kisahnya yang paling dikenal adalah ketika umat Islam berperang melawan orang-orang kafir dalam perang Uhud.

Pada saat itu Kanjeng Rasulullah tengah berdiri di puncak Uhud dan pada saat itu pula para pasukan musuh tengah mendekat ke arah Rasulullah untuk menyerang beliau. Nusaibah binti Ka’ab yang melihat hal itu lalu mencoba melindungi Rasulullah dengan mengibas-ngibaskan pedangnya untuk menghalau anak panah yang mengarah kepada Rasulullah.

Nusaibah berperang dengan sungguh-sungguh dan penuh keberanian, bahkan demi melindungi Rasulullah ia tidak mempedulikan keselamatan dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu ia menderita luka-luka di tubuhnya, namun ia tetap berusaha melindungi Kanjeng Nabi,

Ketika melihat Nusaibah binti Ka’ab terluka, Kanjeng Nabi kemudian bersabda, “Wahai, Kang Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu itu, Kang! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga.”

Mendengar doa Kanjeng Nabi, semangatnya justru menjadi semakin bergejolak dan tidak lagi mempedulikan rasa sakit di tubuhnya akibat luka tersebut dan terus berperang untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya, Nusaibah berkata, “Aku telah meninggalkan urusan duniawi.”

Nusaibah pun mengisahkan perjuangannya dalam pertempuran Uhud,

Baca juga:  KUPI-2: Memori Shima, Kalinyamat, dan Kartini yang Menggerakkan

“…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Kanjeng Nabi Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”

Nusaibah adalah juga merupakan perempuan yang sabar, ia selalu mementingkan kepentingan orang lain. Contoh dari kesabarannya adalah ketika ia menerima kabar bahwa salah seorang putranya syahid, ia tidak bersedih tapi justru ia malah bangga karena ia yakin bahwa Allah akan memuliakan anaknya di akhirat kelak.

Selain perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, perang Khaibar, perang Hunain dan perang Yamamah.

Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh. Nusaibah meninggal dunia beberapa tahun setelah perang Yamamah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top