Julukan “pedang Allah” disematkan kepada Khalid bin Walid, namun Khaulah binti Azur juga memiliki julukan yang sama yakni “pedang Allah” dari kalangan perempuan.
Ia merupakan salah satu sosok perempuan tangguh dan pemberani, jiwa dan raganya ia korbankan untuk membela Islam. Pada saat kaum Muslim berhadapan dengan para pasukan Romawi, ia pada mulanya hanyalah sebagai petugas medis dan pemasok logistik bagi para mujahidi-mujahidin lainnya.
Namun, semangat jihadnya tiba-tiba muncul setelah ia mendengar bahwa kakaknya yang bernama Dhirara bin Azur telah ditawan oleh pasukan Romawi. Dengan penuh semangat, ia kemudian mengambil senjata dan menunggangi kuda untuk ikut berperang melawan pasukan Romawi.
Pada saat itu, pasukan kaum Muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tengah dalam keadaan terdesak. Namun kemudian datanglah seseorang yang dengan gagah perkasa menunggangi kuda dan menyergap pasukan-pasukan musuh dan membunuh mereka.
Pasukan kaum Muslim pun dibuat tercengang dan penasaran. Kemudian panglima Khalid bin Walid mendekati orang misterius itu dan berkata,
“Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu,” namun karena masih banyak musuh yang harus dihadapi, Khaulah tidak menjawab pertanyaan Khalid.
Kemudian Khalid bin Walid kembali bertanya kepadanya, dan Khaulah pun memberitahukan bahwa dirinya ialah Khaulah bin Azur. Mendengar bahwa pejuang yang gagah berani itu adalah seorang perempuan sontak para mujahidin kembali terbakar semangatnya untuk berperang melawan musuh-musuh Allah.
Dengan hadirnya Khaulah bin Azur ini, akhirnya kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan Romawi. Namun, nasib kakaknya belum jelas hingga pada akhirnya setelah Romawi mengajak damai. Dhirara ditawan di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi.
Kemudian ia ikut kembali ke medan perang untuk menyelamatkan kakaknya yang ditawan itu, hingga pada akhirnya berkat pertolongan Allah SWT kakaknya berhasil diselamatkan.
Keberanian Khaulah juga diuji ketika ia dan kawan-kawan muslimahnya menjadi tawanan pada saat perang Sahura, mereka ditangkap oleh para tentara Romawi dan dijadikan sebagai tawanan. Kemudian ia memotivasi para kawannya agar mereka bisa membebaskan diri dari kurungan tentara Romawi dia berkata kepada teman-temannya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Di mana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!”
Berkat dorongan motivasi dari Khaulah, akhirnya para tawanan tersebut mampu melawan dan bahkan dikisahkan mereka dapat terbebas dari tawan tentara Romawi.
Dari kisah Khaulah, ada pelajaran tentang peran perempuan di dalam Islam. Anggapan yang mengatakan bahwa Islam mengukung perempuan bisa ditolak dengan salah satu fakta yang ada dalam kisah ini. Sebaliknya Islam merupakan agama yang memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan di ruang publik. Namun sebelum itu, para perempuan harus mempelajari batas-batas hukum yang sudah diatur dalam Islam.