Sedang Membaca
Pendidikan Global di Kanada: Pembelajaran Apa yang Dapat Diambil?
Rohmatulloh
Penulis Kolom

Dosen Pendidikan di Universitas Islam An Nur Lampung dan bergiat di Komunitas Sekolah Sadar Energi.

Pendidikan Global di Kanada: Pembelajaran Apa yang Dapat Diambil?

Pendidikan

Sejarah perkembangan kebudayaan dan peradaban yang terjadi di berbagai negara belahan dunia memberikan dampak terhadap sektor pendidikan. Kejadian global sesuai dengan kontek isu dan masalah yang dihadapinya pada saat itu, salah satunya di Kanada. Hal ini dibahas secara komprehensif dalam artikel lawas 2008 Karen Mundy dan Caroline Manion dari University of Toronto berjudul Global education in canadian elementary schools: An exploratory study.

Menariknya, artikel ini banyak disitasi peneliti lain (120 sitasi) berdasarkan database ilmiah Education Resources Information Center (ERIC) milik U.S. Department of Education. Dua hal yang dipetik dari pembelajaran ini bagi praktik pendidikan Islam di Indonesia, tidak melupakan penguatan kompetensi guru agar melek terhadap permasalahn global dan membangun wadah community of practice.

Secara historis, Kanada dikenal sebagai Dominion of Canada adalah negara paling utara di Amerika Utara. Merupakan federasi dari sepuluh provinsi dan tiga teritori dengan sistem desentralisasi dan pemerintahan berbentuk monarki konstitusional. Kanada dibentuk pada 1867 dengan undang-undang Konfederasi dengan ibu kotanya di Ottawa. Kanada tergolong negara maju dan ekonominya tergantung terutama pada ketersediaan hasil alam yang melimpah. Di bidang pendidikan, data rasio murid-guru pada 2000 sebesar 17,4.

Asal-usul pendidikan global di Kanada dapat ditelusuri dari gerakan pendidikan pada 1960-an, 1970-an dan 1980-an untuk pendidikan perdamaian, pendidikan pembangunan internasional, pendidikan hak asasi manusia, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan, dan keadilan sosial. Kurikulum pendidikan global pada tahun 1980-an telah dikembangkan dengan mapan dan mendapatkan dukungan dari organisasi guru, badan dunia PBB, dan lembaga bantuan internasional.

Baca juga:  Aceh dan Islam: dari Kultural ke Substansial

Seiring meningkatnya perkembangan pendidikan global, tujuan dan tema pendidikan dimodifikasi menjadi Global citizenship education. Pendidikan kewarganegaraan global memperkuat pembelajaran aktif dan keterlibatan publik terhadap pekerjaan pendidikan global. Enam disposisi pendidikan global, dua diantaranya bahwa pandangan dunia sebagai satu sistem dan kehidupan manusia yang dibentuk oleh sejarah interdependensi global, serta kesadaran dan komitmen untuk keberlanjutan planet bumi.

Dalam riset analisis kurikulum sekolah dasar di tujuh provinsi dan terori, British Columbia, Alberta, Manitoba, Ontario, Quebec, Nova Scotia, dan Yukon mengidentifikasi tema pendidikan global pada kurukulum sekolah dan tujuan belajar. Hasilnya, tingginya tingkat variasi terjadi di seluruh provinsi di mana panduan kurikuler secara eksplisit mengacu pada Global citizenship education. Mayoritas sekolah mengajarkan dengan fokus pada topik dan kegiatan studi sosial (social studies). Hanya sebagian kecil sekolah yang menyarankan pada topik seni bahasa, pendidikan moral atau agama, sains, kesehatan, matematika, seni, dan musik.

Ketegangan dalam kurikulum lintas provinsi tidak bias dihindari terkait dengan topik daya saing dalam ekonomi global, dengan yang fokus pada keadilan sosial global dan kelestarian lingkungan. Peralihan filosofi kurikuler utnuk memperluas cakrawala telah bergeser dari fokusnya pada masalah individu, keluarga, lokal, dan nasional menjadi nilai-nilai keterkaitan lintas tingkat identitas spasial (identitas lokal dan internasional).

Baca juga:  Cium Tangan: Sebuah Ritual Politik yang Dahsyat

Sedangkan integrasi tema dalam kurikulum provinsi bervariasi ditinjau dari waktu, sifat, dan ruang lingkupnya. Sebagian besar kurikulum provinsi meninggalkan pendidikan global sekolah dasar lanjutan, dan sebagian besar menghindari perlakuan terhadap isu-isu yang diperdebatkan. Meskipun ada bukti konvergensi yang cukup besar terhadap keterbukaan tema dan disposisi yang terkait dengan pendidikan global, ada juga tingkat variasi yang tinggi sejauh mana kompetensi warga global diakui sebagai tujuan utama pendidikan.

Terkait dengan dukungan, pengajaran pendidikan global bukan merupakan prioritas lembaga tersebut dibandingkan program prioritas melek huruf atau pemberantasan buta. Artinya pendidikan global hanya menjadi pelajaran pilihan dan bukan yang diwajibkan. Lembaga pemerintah hanya berkewajiban menetapkan pedoman dan standar kurikulum pendidikan global. Sedangkan dukungan di luar tersebut seperti sumber daya untuk pelatihan dalam jabatan, pembagian informasi, dan pembelajaran lintas sekolah masih langka. Pihak pemerintah memberikan kebebasan kepala sekolah menggunakan pendekatannya masing-masing untuk berhubungan dengan lembaga swasta.

Namun di sisi lain, dukungan baik datang dari lembaga swadaya masyarakat, swasta, dan mitra badan dunia ternyata memberikan dukungan yang lebih baik. Keterlibatan dalam perencanaan kurikulum, pengembangan, dan implementasi dalam bentuk konsultasi. Inovasi pembelajaran pendidikan global yang dilakukan sekolah adalah menghubungkan isu-isu lokal dan global dengan cara menarik. Upaya-upaya sekolah dalam pendidikan global adalah hubungan yang berkelanjutan dengan beberapa program atau inisiatif khusus yang menawarkan kepada para guru sebuah mekanisme untuk pembelajaran profesional berkelanjutan dan komunikasi lintas sekolah yang berfokus pada tema pendidikan global.

Baca juga:  Diaspora Santri (14): Nahdlatul Ulama dan Perjuangan Pendidikan di Sydney, Australia

Benchmark ini tentu saja menarik untuk menjadi amsukan bagi mahasiswa yang mendalami pendidikan global dan stakeholder pendidikan. Sekali lagi seperti yang telah disinggung di awal tulisan, dua hal yang yang menjadi poin penting penerapannya dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, penguatan kompetensi guru yang melek terhadap permasalahan global yang selanjutnya dikaji dari perspektif Islam. Islam memiliki ajaran komprehensif misalnya seperti masalah ekologi, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan lainnya. Dengan bekal ini, guru mampu mengaitkannya dengan landasan teologi Islam yang bersumber pada wahyu al-Qur’an dan hadits melalui penafsiran secara tekstual dan kontekstual.

Lalu, membangun jejaring stakeholder pendidikan dalam wadah community of practice (CoP). Tiga dimensi dasar CoP, domain yang menjadi fokus bahasan, komunitas yang tergabung dan dikoordinir, dan parktik baik yang dibagikan. Tiga element ini menjadi keefektifan CoP sebagai sistem belajar sosial. Adapun kegiatannya dapat berbentuk tatap muka, virtual atau teleconference, interaksi informal, vivitasi, melalui website, email, telepon, proyek. Manfaat CoP dapat menjadi media pembelajaran terstruktur dan efektif untuk menghasilkan berbagai inovasi kurikulum dan model pembelajaran pendidikan global dan memecahkan permasalahan yang dihadapi praktisi pendidikan global. Wallahua’lam.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top