Ren Muhammad
Penulis Kolom

Ren Muhammad adalah pendiri Khatulistiwamuda dan penulis buku. Tinggal di Jakarta, menjabat Ketua Bidang Program Yayasan Aku dan Sukarno, serta Direktur Eksekutif di Candra Malik Institut.

Merayakan Kelahiran Isa al Masih

Dynamic Wang T0 Rz0xyli8 Unsplash

Dua tahun sebelum lengser dari tampuk kepresidenan, Bung Karno pernah diminta memberi kata sambutan pada perayaan Natal di Jakarta. Bapak Bangsa itu pun memulai pidatonya dengan kalimat berikut ini:

“Spanduk di depan saya tertulis: Yesus adalah gembala yang baik. Itu salah, itu keliru!” kata Ir. Sukarno dengan tegas dan berwibawa.

Segenap yang hadir diam terperangah. Setelah beberapa detik ruangan dibenam kesunyian, Bung Karno melanjutkan pidatonya.

“Begini yang benar. Sesungguhnya Yesus adalah gembala terbaik!”

Sontak saja hiruk-pikuk dan tepuk tangan menggelegar di seantero ruangan. Sejurus berselang, Bung Karno kembali lantang berpidato.

“Kita semua yang hadir di sini ditantang; sudahkah kalian menjadi domba-domba terbaik-Nya?”

Ada yang menarik dari pidato tersebut. Bung Karno tidak menyematkan predikat tuhan kepada Nabi Isa as. Hanya menyebut kata domba yang sering digunakan nabi ke-24 itu sebagai kata ganti manusia yang belum tercerahkan. Selain memang jamak kita mafhumi, para nabi-rasul adalah gembala ternak yang baik—sebelum mereka mentas di panggung kemanusiaan. Terkait itu, tulisan sederhana ini akan mencantumkan beberapa kronik kecil seputar putra Maryam tersebut, sekadar bahan studi bagi umat Muslim sedunia.

Nabi Yesaya as pernah bernubuat atas kehadiran Nabi Isa as—yang dalam Al Kitab mempunyai banyak gelar, namun wisik malaikat dalam mimpi Nabi Yusuf as berbunyi, “nanti kelak jika anak Maryam lahir, diberi nama Yesus.”

Suatu kali Imam ‘Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu ngendika kepada para sahabatnya:

“Aku akan beritahu kalian siapakah Isa putra Maryam as. Beliau menggunakan sebongkah batu sebagai bantalnya. Menggunakan pakaian kasar dan memakan makanan keras. Bumbu makanannya adalah lapar. Pelitanya pada malam hari adalah rembulan. Tempat berteduhnya saat musim dingin hanyalah rentangan bumi dari timur dan ke barat. Beliau tidak mempunyai istri untuk menggodanya. Tiada pula anak yang memberikan kepedihan kepadanya. Tak ada kekayaan yang mampu menyelewengkan perhatiannya, dan tak ada keserakahan untuk melalaikannya. Kedua kaki-tangannya adalah kendaraan dan pelayannya.”

Baca juga:  Fatwa Ulama: Muslim Mengucapkan Selamat Natal adalah Kebaikan

Dalam Perjanjian Baru, termaktub sebuah kabar macam ini:

Ketika Yesus melihat orang sebanyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah duduk, datanglah murid-muridnya menghampiri. Maka Yesus pun mulai bersabda dan mengajar mereka:

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berduka cita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat nikmat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut wali-wali Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersuka cita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Matius [5]: 1-12.

Al-Qur’an surah al Ma’idah [5]: 116, mengabarkan kepada kita ayat yang berbunyi:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Mahamengetahui segala perkara yang ghaib.”

Baca juga:  Ibnu Taimiyah dan Afiliasi Tarekat Qadiriyah

Ayat tersebut sudah cukup jadi petunjuk bagi kita, tentang bagaimana harus mengesakan Allah. Jika kita meyakini bahwa umat Nasrani, atau agama lain menyembah tuhan yang berbeda selain Allah, sejatinya kita punya soal serius dalam iman kebertuhanan. Padahal yang semestinya adalah, siapa pun manusianya, apa pun agama yang diyakininya, tuhan kita semua sama. Satu dan tak terbagi-bagi. Allah Swt semata. Perlu juga kami tegaskan bahwa, mengadili agama lain dengan dogma-doktrin agama yang kita peluk, merupakan sebuah kesalahan. Ada pun yang hendak kami maksudkan dalam tulisan ini adalah, sekadar untuk memperteguh spirit keislaman yang selama ini sudah kita benarkan secara absah.

Kendati agama melahirkan kebudayaan dalam kemanusiaan, namun perlu diingat betapa sebenarnya agama tak pernah bertalian secara erat dengan negara. Amerika dan Barat tidak mewakili Kristiani, dan Arab juga tidak mewakili Islam. Pertikaian yang pernah ada dan yang masih berlangsung, bukanlah pertikaian antara Islam dan Kristiani, namun kaum tertindas dari Islam dan Nasrani di dunia, yang melawan sekelompok orang-orang arogan dan pemaksa.

Di antara kaum arogan itu terdapat juga yang mendaku Muslim, ada pula yang Nasrani, ada yang mengaku Yahudi, atau bahkan atheis. Maka itulah, wahai saudaraku tercinta, mari kita bersama dengan Ahlul Kitab—terutama di mana kita tinggal di tanah air yang sama, agar mempererat tali persaudaraan dan mengulurkan tangan satu sama lain. Lantas mengikatnya dengan cinta, kasih, dan sayang, dengan mencabut dendam dan kebencian dari hati kita. Sebagaimana yang pernah disampaikan Imam ‘Ali bin Abi Thalib ra:

Baca juga:  Zainab Istri Rasul yang Dermawan Hingga Akhir Hayat

“Enyahkan keburukan dari diri orang lain dengan cara mengenyahkannya dari hatimu terlebih dahulu.”

Kendati tak jelas kapan Nabi Isa as dilahirkan, yang terpenting Beliau pernah lahir di muka bumi—dan kelak akan turun kembali dari langit, merujuk riwayat penyelamatannya dari penyaliban yang dicanangkan Herodes.

Dan kesejahteraan dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” QS. Maryam [19]: 33.

Isa as bukan tuhan. Itu fakta sejarah. Tuhan tidak perlu menjadi makhluk karena Kedigdayaan-Nya tak membutuhkan bukti. Ia adalah salah seorang manusia luarbiasa yang pernah lahir ke muka bumi tanpa perantaraan benih ayah. Anda yang masih pusing kepala memikirkan boleh atau tidaknya mengucapkan selamat Natal (berarti kelahiran dalam bahasa Latin) bagi umat Nasrani, bacalah ayat tersebut di atas secara jernih. Bukankah ucapan tersebut menjadi benar adanya, lantaran Nabi Isa as pernah dilahirkan? (RM)

Tulisan ini pertama kali tayang di Alif.id pada Kamis, 26 Desember 2019. 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top