
Satu pertunjukan wayang unik yang dibawakan oleh anak-anak Taman Kanak-Kanan dari wilayah Tambak Lorok, Semarang Utara, menyuarakan harapan dan kepedulian mereka terhadap lingkungan yang terus berubah akibat banjir rob.
Pertunjukan itu merupakan bagian dari kegiatan penelitian oleh Dian Fikriani kandidat doktor dari Monash University, Australia, yang menekankan pentingnya dialog antar generasi dalam merespons perubahan iklim.

Penelitian itu didukung oleh Australia Award Indonesia melalui skema Hadi Soesastro Prize.
Banjir rob di Tambak Lorok bukan hanya bencana tahunan biasa. Fenomena ini merupakan hasil dari berbagai faktor kompleks, seperti penurunan muka tanah, kenaikan permukaan air laut, dan dampak perubahan iklim.
Melalui pendekatan partisipatif, penelitian ini mengajak anak-anak untuk merefleksikan perubahan lingkungan yang mereka alami dan menyuarakannya dalam bentuk pertunjukan wayang berjudul “Menjaga Lingkunganku”.

“Anak-anak bukan hanya penerima dampak, tapi juga pemikir lingkungan yang kritis. Melalui suara dan ekspresi mereka, kita dapat memahami bagaimana perubahan lingkungan dirasakan dan dipahami oleh generasi paling muda,” ujar Dian Fikriani.
“Dialog antar generasi penting untuk membangun pemahaman kolektif dan membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan.”
Pertunjukan ini bukan hanya kegiatan seni biasa. Ini adalah bentuk dokumentasi hidup tentang bagaimana anak-anak merespons realitas banjir rob yang mereka hadapi sehari-hari.
Mendengarkan suara anak memberikan fondasi penting bagi pendidikan lingkungan sejak dini. Anak-anak yang mendapatkan pengalaman pendidikan perubahan iklim akan tumbuh menjadi generasi yang lebih sadar, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap alam.
Melalui kegiatan ini, Dian Fikriani mengajak para pemangku kepentingan—mulai dari tingkat RT, kelurahan, hingga pemerintah kota seperti Dinas Pendidikan—untuk melihat pentingnya memberikan ruang bagi suara anak dan menjadikan pendidikan lingkungan sebagai bagian tak terpisahk an dari kurikulum dan kebijakan pendidikan.
“Anak-anak ini adalah masa depan kita. Apa yang mereka alami dan pelajari hari ini akan menentukan nasib lingkungan kita esok hari,” pungkas Dian (*).