Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Layla-Majnun, Mualaf, Sufi hingga Eric Clapton

[blockquote align=”left” author=”Eric Clapton”]“Aku harus memberitahumu, Bung. Aku jatuh cinta dengan istrimu,”[/blockquote]Eric Clapton terpukau oleh gadis bermata bulat, berambut pirang panjang; tersisir rapi, dan berwajah oval, yang ia temui di sela membantu sahabatnya, George Harrison, merampungkan lagu “While My Guitar Gently Weeps”. Lambat laun, Eric menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada gadis pemilik nama Pattie Boyd tersebut. Meski dia sadar, Pattie adalah kekasih George.

Status Pattie yang kemudian menjadi istri George setelah dipersunting pada 1970, tak memadamkan api asmara Eric. Bahkan semakin menjadi. Konon perasaan tak terbayarkan itu, sampai membuat Eric rela memacari adik Pattie, Paula Boyd, semata-mata hanya untuk merekayasa kenyataan. Puncaknya, Eric mencemplungkan diri pada ketenangan sementara dengan mengkonsumsi heroin.

Pattie menyadari perasaan terpendam Eric padanya namun tidak menggubrisnya. Sampai satu waktu Eric mengajaknya bertemu secara rahasia di sebuah flat di Kensington Selatan. Pattie diperdengarkan sebuah lagu yang baru saja ditulis oleh Eric.

“Dia menghidupkan pemutar kaset, menaikan volumenya, dan memainkan musik paling kuat dan mampu menggetarkan yang pernah aku dengar. Itu ‘Layla’,” ujarnya, dinukil dari buku otobiografinya berjudul Wonderful Today.

Mengetahui respon Pattie yang positif, Eric kian bergelora mencintai. George sendiri ketika itu belum terang mengetahui hubungan asmara bawah tanah tersebut. Sampai dia mendapati Eric dan Pattie berduaan di rumah Robert Stigwood. Dengan nampak gusar, George menanyai apa yang sebetulnya terjadi kepada Pattie.

Baca juga:  Menengok Jilbab Muhammadiyah Zaman Dulu

“Aku harus memberitahumu, Bung. Aku jatuh cinta dengan istrimu,” kata Eric. Perkataan yang justru membuat George tambah berang. Pattie sendiri merasa terjepit situasi sulit.

“Aku seperti ingin mati. George sangat marah. Dia berpaling kepadaku dan berkata ‘apa kamu mau bersamanya atau ikut dengan saya?’,” ujar Pattie. Yang pada akhirnya memilih pulang bersama George.

Tidak berakhir di situ. Dengan kondisi mabuk, Eric mendatangi kediaman George yang langsung memberikannya gitar berserta amplifier. Tanpa sepatah kata, dua bintang tersebut terlibat dalam duel rock selama dua jam. Pattie mengenang, duel tersebut dimenangkan Eric karena pribadinya yang tenang sementara George begitu marah sehingga permainan gitarnya tak lebih baik ketimbang Eric.

Pada akhir tahun 70an, terdengar keretakan dalam bahtera pernikahan Pattie dan George, hingga akhirnya mereka sah bercerai di tahun 1977. Eric semakin gencar untuk mengisi relung hati Pattie yang kosong. Butuh dua tahun untuk itu, hingga akhirnya mereka resmi menikah.

***

Setelah memutuskan keluar dari lingkaran media di London, Ian Dallas melakukan perjalanan ke Maroko. Sepulangnya dari sana di tahun 1967, Ian telah menjadi mualaf dan berganti nama sebagai Abdalqadir as-Sufi. Turut membangun Masjid Ihsan di Norwich dan mendirikan Murabitun World Movement di Granada. Di samping terus berkawan baik dengan sejawat lamanya di London yang mayoritas pelaku seni.

Baca juga:  Humor D. Zawawi Imron tentang Jangkrik ABRI

Pada suatu ketika, Abdalqadir mengunjungi Eric Clapton yang juga sahabat lamanya. Abdalqadir berseloroh tentang dua kawan mereka yang lain: Alice Ormsby-Gore dan Steve Winwood; yang dianalogikan seperti Layla dan Majnun. Menyimak hal tersebut Eric pun menyimpan tanya, siapa Layla? Siapa Majnun?

“Ian Dallas menceritakan kisah Layla dan Majnun, kisah cinta romantis Persia tentang seorang pria bernama Majnun yang jatuh cinta pada Layla yang cantik. Namun ayah Layla melarang Majnun menikahi anaknya dan akhirnya Majnun menjadi gila karena keinginanya tak terwujud,” tulis Eric dalam buku Clapton: Autobiografi.

Di satu sisi Eric justru merasa cerita Layla dan Majnun dekat dengan dirinya yang sedang tergila-gila pada Pattie Boyd. Begitu Abdalqadir memberikan salinan buku Layla and Majnun karya Nezami. Buku tersebut menjadi titik lahirnya lagu “Layla” milik Eric yang diperuntukan khusus untuk Pattie.

Ternyata bukan hanya Eric yang mendapatkan salinan buku tersebut, Abdalqadir juga memberikan buku serupa pada Pattie. “Eric telah membaca cerita dari buku yang diberikan teman kami, Ian Dallas. Ian juga memberikan satu untuku. Eric menyangka dirinya seperti Majnun dan dia bertekad bahwa aku harus tau perasaannya,” ungkap Pattie dalam buku otobiografinya.

Ihwal lagu “Layla” tersebut, membuat masyarakat berasumsi Eric telah menjadi mualaf ataupun bergabung dalam tarekat Darwaqi-Shadhili-Qadiri yang dipimpin oleh Abdalqadir. Namun sampai akhirnya bercerai dengan Pattie di tahun 1988 dan bahkan hingga kini. Eric nyatanya hanya meminjam inspirasi dari karya Nezami tersebut, sebagaimana yang tercatat dalam buku Western Sufism: From the Abbasids to the New Age karya Mark Sedwick.

Baca juga:  Ibrahim Nashrallah dan Kecamuk Palestina

Sementara Syekh Dr. Abdalqadir as-Sufi tetap menemani sekaligus membimbing beberapa musisi Inggris seperti: Mike Evans, Roger Powel, dan Ian Whiteman dari band psikedelia rock Mighty Baby; Richard Thompson dari band Fairport Convention.[]


Artikel ini ditulis oleh dan diterbitkan pertama kali di Islami.co dengan judul Ketika Eric Clapton Terpesona Layla-Majnun.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top