Sedang Membaca
Depok Harus Kembali ke Fitrah Keberagaman
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Depok Harus Kembali ke Fitrah Keberagaman

Kota Depok Jawa Barat memiliki sejarah multikultural yang sangat panjang. Sayangnya, tidak semua orang memahami hal ini. Oleh karena itu, kesadaran akan eloknya sejarah Depok tersebut harus dibangkitkan lagi. Depok harus kembali ke fitrah keberagaman.

Untuk itulah sejumlah kelompok masyarakat sipil di Kota Depok menggelar satu perhelatan untuk mengampanyekan keberagaman Depok. Acara yang berlangsung seru itu bertajuk “Jalan-jalan Sejarah Keberagaman Depok Tempo Doeloe” dan digelar pada Sabtu, 24 Agustus 2019.

“Dari sejarah kita dapat menemukan identitas Kota Depok yang menyejarah sebagai kota yang bukan hanya plural, multikultural tetapi malahan interkultural,” ungkap Sejarahwan JJ Rizal yang terlibat dalam kegiatan ini di Depok, 24 Agustus 2019, melalui siaran pers yang dikirim oleh PIRAC, satu penyokong dan inisiator acara itu.

“Semoga setelah mengikuti jalan-jalan sejarah ini, peserta bisa membantu mengampanyekan agar Depok insyaf, tidak mendurhakai identitas sejarahnya, dan kembali kepada fitrahnya sebagai kota yang sejatinya kota beragam,” kata Rizal.

Acara jalan-jalan sejarah ini diikuti oleh sejumlah pelajar, komunitas, dan masyarakat umum di Kota Depok dan sekitarnya. Para peserta yang mengikuti acara ini diajak untuk menelusuri situs-situs bersejarah di Kota Depok, mulai dari Masjid UI, Rumah Pondok Cina, Gedung Gemeente Bestuur (Kotapraja) Depok, Paal Gedachtenis Aan Chastelein atau yang lebih dikenal dengan Tugu Chastelin, Rumah Presiden Depok, Depoksch Europesche School, Depoksch Kerk, hingga Stichting Cornelis Chastelein.

Perdagangan Kerajaan Sunda

Sejarah mencatat bahwa berita sejarah awal Depok terkait dengan perdagangan Kerajaan Sunda di pedalaman Jawa bagian barat dengan kota bandarnya, Sunda Kelapa. Perdagangan ini memanfaatkan jalur sungai, yaitu  Ciliwung. Depok berada di bagian tengah Ciliwung dan menjadi tempat transit para pedagang Cina.

Baca juga:  Susuri Ciliwung-Jembatan Panus Depok: Bangun Kesadaran Sejarah dan Lingkungan

Sebab itu ketika pejabat VOC Cornelis Chastelein membeli tanah di Depok secara bertahap pada tahun 1696, ia telah menemukan kehidupan masyarakat lokal dengan orang-orang Cina. Kehidupan ini bertambah beragam karena Chastelein membawa sekitar 150 pekerjanya yang mayoritas dari Makassar dan Bali untuk memulai idenya membangun komunitas pribumi yang religius dan cerdas dalam mengelola kekayaan alam secara mandiri.

Dari sinilah interaksi sosial dan budaya antarkelompok yang berbeda suku, bangsa, dan agama menguat serta menjadikan Depok sebagai kota yang multikultural. Identitas Depok yang multikultural inilah yang sebaiknya terus diingat dan dirawat oleh generasi muda.

Acara ini merupakan upaya mengampanyekan keberagaman Kota Depok. Koordinator Acara #DepokBeragam Nor Hiqmah mengatakan, selain acara jalan-jalan sejarah, masyarakat sipil yang tergabung dalam gerakan #DepokBeragam juga menyelenggarakan flasmoob tarian Maumere dan Cokekan dengan berbagai baju daerah untuk menunjukkan keberagaman ini nyata adanya. Pada akhir kegiatan jalan-jalan ada serangkaian diskusi dari tokoh masyarakat Depok yang menceritakan tentang keberagaman kota Depok tempo dulu dan sekarang.

 

“Pada kegiatan ini kami ingin menunjukan bahwa keberagaman di Depok tidak hanya ada dalam sejarah pembentukannya namun masih ada sampai sekarang dalam praktek keseharian masyarakatnya, kegiatan ini  untuk mengingatkan masyarakat bahwa Depok dibangun dari relasi kultural yang harmonis di antara kelompok masyarakat yang berbeda,” kata Hiqmah.

Baca juga:  Kerjasama Ditpontren, Protean Institute Terbitkan Ensiklopedia Karya Tokoh Pesantren

Kegiatan ini diselenggarakan dengan dukungan dan kepanitian bersama dari berbagai masyarakat sipil di Depok yang ingin Depok tetap menjadi Kota multikultural. “Depok  didirikan oleh banyak tangan yg berbeda agama, suku, budaya dan ras, yg mewariskan keharmonisan hidup dalam keberagaman, jadi mari kita jaga agar Depok tetap beragam dulu, kini dan nanti” tegas Dariah Suhaedi dari Gerakan Indonesia Kita (GITA) salah satu organisasi yang bergabung dalam kepanitian #DepokBeragam.

Sejumlah organisasi masyarakat sipil di Depok yang terlibat  dalam gerakan kampanye ini diantaranya Gerakan Indonesia Kita (Gita), Solidaritas Anak Bangsa (SABANG), Jaringan Gusdurian Depok, Komunitas Sejarah Depok,  Komunitas Tanah Baru, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Inklusif, DPD PAKIN Depok, Desantara, Warna Indonesia, Komunitas Bambu, LBH Depok , Migran Care, Search for Common Ground (SFCG) dan Public Research & Advocacy Center (PIRAC). (SI)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top