Sedang Membaca
Dari Redaksi: Selir dalam Islam
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Dari Redaksi: Selir dalam Islam

1 A Gundik

Harem-harem kerajaan menyulap penampilan perempuan dengan sangat jelita, pakaian dikonsep sedemikian rupa, make up, tempat tidur disiapkan, aktivitas dijadwalkan, dan tentu saja, harus siap “praktik” kapan saja, memenuhi hasrat seksual sultan, raja, kaisar dan para pangeran yang tidak pernah puas.

Namun tak selamanya harem diidentikkan dengan seks. Mereka juga bersinggungan dengan politik atau kekuasaan baik langsung atau tidak, hingga menentukan selera seni istana melainkan lebih kepada kekuasaan, seperti yang terjadi pada era Turki Utsmani, yang berlangsung 700an tahun lamanya (1200an-1900an).

Keberadaan harem (dengan segala istilahnya) telah ada semenjak masa pra Islam. Harem juga dapat digunakan untuk merujuk kepada para istri atau selir dari pria yang melakukan praktik poligami. Seperti praktik yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Nusantara.

Sajian khusus kali ini, mengangkat tema harem, praktik purba yang mungkin sudah ada, tapi mungkin juga sekarang masih ada dengan tampilan dan istilah yang berbeda.

Sebagai pembuka, kami menyajikan tulisan Kholili Kholil. Ia menulis pas sekali untuk memahami konteks harem, yang ada sebelum dan sesudah Islam hadir. Tulisan ini juga membedakan istilah-istilah selir dan istri yang biasanya rancuh dalam perbincangan sehari-hari. Yang lebih penting lagi adalah, kedudukan harem dalam tradisi Islam.

Baca juga:  Korban Kekerasan Seksual (4): Bagaimana Korban Kekerasan Tidak Dilecehkan Kembali

Berikutnya kita akan menikmati esai-esai Maria Fauzi. Ia menulis dengan mengalir, mendalam, detail, dan melintasi banyak literatur harem. Kita diajak piknik ke situs-situs bersejarah dan bangunan-bangunan megah yang ada di Kairo, istana para harem. Maria beruntung bisa mengunjungi situs ini, dia merekamnya dengan baik, bagaimana bangunan-bangunan megah para harem. Dia memang pernah tinggal lama di sana, sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar.

Tidak hanya itu, Maria juga menuliskan kisah yang ditulis oleh Lady Mary Mortley Montagu dalam Letters from Turkey. Menariknya, Lady mengenalkan harem yang sangat jauh berbeda dari nalar Barat (tentang seks dan perbudakan), namun Ia mencoba untuk membuka tabir atas ketidaklaziman relasi dalam harem.

Dalam edisi ini, tulisan Maria kami bagi menjadi enam bagian. Mulai dari perjalanan dia mengunjungi situs harem, harem dalam kanvas seniman Barat, hingga mengenalkan nama-nama sultanah yang popular dalam sejarah Islam.

Sejarah harem ini menarik untuk dibaca ulang, bagaimana kita melihat perempuan diperlakukan. Dan mengapa tradisi menguasainya kini ditinggalkan? Ditinggalkan? Betul?

Terakhir, kepada para penulis, Rahman Seblat yang telah menyiapkan ilustrasi dengan cantik, dan para pembaca yang setia, kami sampaikan terima kasih. Semoga berfaedah. (Autad)

Selamat membaca!

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top