Pembangunan proyek Neom yang diprakarsai oleh Kerajaan Arab Saudi merupakan inisiatif pembangunan besar dengan tujuan menciptakan kota futuristik berbasis teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Proyek ini terletak di pesisir Laut Merah dan memiliki potensi besar dalam bidang inovasi, ekonomi, dan infrastruktur. Namun, dampak terhadap lingkungan, khususnya terhadap ekosistem pesisir, terumbu karang, dan keanekaragaman hayati laut, perlu mendapat perhatian serius. Laut Merah dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi, termasuk ekosistem terumbu karang yang penting untuk kehidupan laut.
Dalam sebuah wawancara dengan Melissa Sterry, pakar desain kota berkelanjutan, menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak lingkungan dari proyek infrastruktur besar. Ia mengingatkan bahwa banyak proyek mengabaikan potensi kerusakan terhadap ekosistem sensitif. Pendekatan holistik dan berkelanjutan sangat diperlukan agar pengembangan kota tidak merusak lingkungan.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 205 yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Allah SWT dalam Al-Qur’an mengingatkan umat Islam untuk tidak merusak bumi dan menjaga kelestarian alam sebagai amanah dari-Nya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan Neom terhadap ekosistem pesisir Laut Merah, terumbu karang, dan keanekaragaman hayati laut.
Islam mengajarkan agar manusia tidak merusak alam, seperti yang diungkapkan dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, ” … Jangan sekali-kali menebang pohon kurma dan membakarnya, jangan membunuh hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah” (HR. Al-Baihaqi). Hadits ini menekankan pentingnya menjaga tanaman dan makhluk hidup. Dengan prinsip kehati-hatian, pembangunan Neom dapat dilakukan dengan mengedepankan harmoni antara kemajuan teknologi dan pelestarian alam.
Laut Merah memiliki terumbu karang yang spektakuler, menjadi habitat penting bagi ikan, moluska, reptil laut, dan mamalia laut. Ekosistem ini juga berfungsi sebagai penyangga alami terhadap erosi pantai dan bencana alam, serta sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Namun, kawasan ini menghadapi ancaman serius, seperti polusi, pemanasan global, dan kerusakan akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan berlebihan dan pariwisata massal.
Pembangunan Neom menambah tantangan baru terhadap keberlanjutan ekosistem ini. Neom direncanakan menjadi kota masa depan yang mengintegrasikan teknologi canggih, energi terbarukan, dan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini mencakup pusat-pusat teknologi, kota pintar, resor wisata, dan kawasan industri ramah lingkungan.
Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan hidup yang ramah bagi penduduk dan teknologi, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meskipun mengusung keberlanjutan, pembangunan Neom tetap berisiko memberikan dampak signifikan terhadap ekosistem laut, khususnya terkait pembangunan infrastruktur di sepanjang pesisir Laut Merah.
Citra satelit yang diambil pada 8 Desember 2024 menunjukkan pembangunan project Neom di pesisir pantai laut merah. Sumber: Google Earth (Petrojet neom Km 14, 7669 شرماء 430, KFDB2975، 2975, Sharma 49627, Arab Saudi, 27M5+JQ Sharma Arab Saudi)
Pembangunan besar-besaran ini berpotensi menyebabkan kehilangan habitat alami bagi spesies laut yang bergantung pada terumbu karang dan ekosistem pesisir. Infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan permukiman dapat menyebabkan fragmentasi habitat yang memengaruhi kelangsungan hidup spesies-spesies tersebut. Penurunan populasi ikan, moluska, dan organisme laut lainnya dapat terjadi, yang berdampak pada keseimbangan ekosistem.
Proses pembangunan yang besar sering kali disertai dengan limbah konstruksi, polusi minyak, dan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari perairan sekitar. Polusi ini merusak kualitas air, mengganggu kehidupan plankton, ikan, dan organisme laut lainnya, serta mengancam terumbu karang yang sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Peningkatan aktivitas industri juga berisiko meningkatkan limbah organik dan non-organik yang dapat memperburuk keadaan.
Pembangunan Neom dapat memperburuk dampak perubahan iklim, seperti pemanasan air laut yang menyebabkan pemutihan terumbu karang. Terumbu karang sangat rentan terhadap suhu air yang tinggi, dan pemanasan global memperburuk kerusakan pada ekosistem karang yang sudah mengalami stres akibat polusi dan aktivitas manusia lainnya.
Keanekaragaman hayati laut di sekitar kawasan Neom juga terancam. Beberapa spesies ikan bergantung pada terumbu karang untuk bertelur dan berkembang biak, sementara mamalia laut seperti dugong hidup di perairan dangkal. Kehilangan habitat dapat memengaruhi pola migrasi dan distribusi spesies-spesies laut ini, yang mengganggu rantai makanan laut dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Untuk memitigasi dampak negatif ini, proyek Neom harus mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ketat. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur, pengurangan jejak karbon, dan pelestarian ekosistem laut perlu diutamakan. Selain itu, program restorasi terumbu karang dapat membantu memulihkan karang yang rusak akibat kegiatan pembangunan. Teknologi pemulihan karang dan transplantasi dapat mengurangi kerusakan lebih lanjut.
Zonasi ketat di sekitar kawasan pesisir Laut Merah sangat penting untuk menjaga wilayah kritis bagi kehidupan laut. Kawasan perlindungan laut dapat dibentuk di sekitar terumbu karang dan habitat penting lainnya untuk melindungi keanekaragaman hayati. Penelitian lebih lanjut tentang dampak jangka panjang pembangunan Neom terhadap ekosistem laut sangat penting untuk memberikan data yang akurat dan membantu kebijakan pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Pembangunan Neom di kawasan pesisir Laut Merah membawa peluang besar namun juga risiko signifikan terhadap ekosistem lokal, terumbu karang, dan keanekaragaman hayati laut. Pendekatan yang hati-hati dan berbasis pada penelitian ilmiah sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan. Dengan pengelolaan yang tepat, Neom dapat menjadi contoh pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya mendorong kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga melindungi warisan alam di kawasan Laut Merah.
Keanekaragaman hayati laut, termasuk spesies ikan dan mamalia laut, terancam oleh perubahan habitat dan gangguan terhadap pola migrasi mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan mitigasi yang komprehensif, termasuk pembangunan berkelanjutan, restorasi terumbu karang, penerapan zonasi perlindungan kawasan laut, dan penelitian berkelanjutan untuk memantau dampak jangka panjang.
Dalam Islam, menjaga kelestarian alam adalah bagian dari tanggung jawab umat sebagai khalifah di bumi, yang mengingatkan kita untuk tidak merusak alam yang telah Allah ciptakan. Dengan pendekatan yang hati-hati, teknologi ramah lingkungan, dan pengelolaan berkelanjutan, proyek Neom dapat menjadi contoh pembangunan yang mendukung kemajuan duniawi, sekaligus melestarikan warisan alam sebagai bagian dari amanah Allah.
Melalui upaya bersama, proyek ini dapat memastikan keberlanjutan ekosistem laut yang vital, menjaga keseimbangan alam, dan memenuhi kewajiban umat Islam untuk merawat ciptaan Allah.
Penulis:
Bangkit Adi Saputra, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Kajian Timur Tengah dan Santri Pondok Pesantren Budaya Kali Opak Yogyakarta.
Faruq Alkafi, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Kajian Timur Tengah.