Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Rajab dan Rahasia Perintah Shalat 5 Waktu
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Rajab dan Rahasia Perintah Shalat 5 Waktu

1c6851a4 Ddad 4801 8667 3192eb867f3a

Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah..

Waktu terus berlalu, tidak terasa, saat ini kita sedang berada di pertengahan bulan Rajab, yaitu tanggal 14 Rajab 1442 H. Itu artinya satu setengah bulan lagi kita memasuki bulan suci yang kita nanti-nantikan bersama, yaitu bulan suci Ramadhan.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa pada bulan Rajab ini tepatnya pada tanggal 27 Rajab telah terjadi peristiwa yang amat bersejarah bagi umat Islam. Peristiwa dimana Nabi Muhammad lepas dari dimensi kemanusiaannya dan masuk ke dimensi lain, sehingga dapat bertemu dengan Allah SWT. Peristiwa tersebut dinamai dengan Isra’ Mi’raj.

Seperti yang telah maklum dimengerti, diantara buah tangan Rasulullah saw yang terpenting dari Isra’ Mi’raj adalah; sholat lima waktu setiap hari. Konon lima kali ini merupakan bilangan terakhir yang diajukan oleh Rasulullah saw kepada Allah swt, setelah sebelumnya Allah swt memerintahkan untuk sholat lima puluh kali. Sebab itu, kita harus bersyukur dengan adanya perintah ini. Jangan sampai kita bolong-bolong, apalagi meninggalkannya.

Coba kita perhatikan sejenak di dalam perintah shalat tersebut tiap tahunnya, kalau dihitung-hitung, tiap kali kita mengerjakan sholat adalah sekitar 5 menit. Jika 5 menit dikalikan 5 kali sholat (yakni: isya’, subuh, dhuhur, ashar dan maghrib), sama dengan 25 menit. Dan 25 menit dikalikan 365 hari atau satu tahun, totalnya adalah 9125 menit. Dan 9125 menit bila dibagi 24 jam atau sehari, sama dengan 7 hari atau seminggu.

Baca juga:  Shah Cheragh dan Masjid yang Berkilau

Jadi kita bisa membayangkannya, bahwa di dalam satu tahun, kita hanya diwajibkan beribadah kepada Allah SWT hanya 7 hari saja. Namun, di dalam realitanya, diantara kita masih banyak yang kufur, masih banyak yang meninggalkan kewajiban ini.

Padahal kita mafhum bahwa shalat yang lima ini menjadi tolak ukur ibadah seseorang besok dihari kiamat. Sebagaimana hadits Riwayat at-Thabrani dijelaskan:

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ،

Amal pertama kali akan dihisab untuk seorang hamba di hari kiamat nanti adalah shalat.

فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ

Maka apabila Shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya.

وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ

Dan jika sholatnya buruk, rusaklah semua amalnya. (HR. Thabrani).

Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah.

Menarik, di dalam hadis tersebut, yang perlu kita pahami adalah, bahwasannya shalat yang setiap hari kita kerjakan tersebut, menjadi amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah Swt besok di hari kiamat. Hal ini menandakan bahwa setelah kehidupan di dunia, kita akan memasuki babak baru yang penuh dengan misteri. Babak baru itu  dimana amal perbuatan kita selama di dunia akan dihisab. Sehingga jangan dikira kalau amal perbuatan yang kita kerjakan di dunia tidak ada pertanggungjawabannya sama sekali. Semua ada catatan amalnya masing-masing.

Baca juga:  Masdjid Istiqlal, Penanda Keberagaman dan Kemodernan

Sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

Memang, kita mengakui bahwa keadilan yang ada di dunia ini masih tebang pilih. di negara kita sendiri saja, keadilan masih bisa diperjualbelikan, tergantung “wani piro”? Namun, besok di hari kiamat tidak ada istilah hukum “tumpul ke atas dan tajam ke bawah”. Semua keadilan akan berdiri tegak. Sebagaimana nama dari hari kiamat yang asal arti katanya adalah “qama-yaqumu-qiyaman”, yang artinya berdiri tegak. Yang salah akan dihukumi salah, yang benar akan dihukumi benar.

Baik pejabat, presiden, menteri, tukang becak, pengusaha, guru, dan lain-lain, semuanya sama dihadapan Allah Swt. Boleh jadi, saat ini para koruptor bisa tertawa lepas, para hakim bisa menerima suap dari sana-sini, akan tetapi besok diakhirat, yang benar akan terbukti kebenarannya, begitu juga yang salah.

Oleh sebab itu, di bulan Rajab ini, mari kita sucikan hati kita dengan bertaubat, memperbanyak istighfar dan memohon ampunan kepada Allah Swt. Agar dijauhkan dari perilaku yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang mulia, bulan yang didamba oleh milyaran umat Islam sedunia. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang ahli shalat, ahli ibadah, baik ibadah yang sifatnya hablumminallah, maupun ibadah sosial terhadap sesama. Hablumminannas. Dan semoga kita semua tergolong orang-orang yang beruntung. Amien ya rabbal alamien..

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top