Sedang Membaca
Bani Israel dalam Al-Qur’an (2)
M Kholid Syeirazi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak (1991-1994), Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang (1994-1997), dan Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta (1997-2000). Menyelesaikan S1 pada Fakultas Filsafat UGM (1997-2003), S2 pada Program Pascasarjana Ilmu Politik UI (2004-2007), dan menempuh S3 Kebijakan Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi UI (2018). Menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (2012-2017) dan Sekretaris Umum PP ISNU (2018-2023). Penulis buku Wasathiyah Islam (2020)

Bani Israel dalam Al-Qur’an (2)

Bani Israel dikecam karena kepongahannya. Sumbernya dengki. Ini dosa tertua. Iblis menolak sujud kepada Adam karena dengki. Qâbîl membunuh Hâbîl karena dengki (Tafsîr al-Qurthûbî/VI, h. 416). Bahasa Arabnya hasad.

Mereka menolak Muhammad bukan karena ajarannya, tetapi orangnya. Mereka dengki kenapa Nabi pamungkas itu bukan dari Bani Israel, tetapi keturunan Ibrahim dari Ismail. Dengan pongah, mereka menyangka kenabian adalah hak keturunan Ishak. Mereka menolak Muhammad bukan karena bodoh, seperti kaum jahiliyah. Mereka tahu dan bahkan berharap datangnya seorang Nabi yang akan membela mereka melawan kaum politeis Arab. Namun, setelah Nabi yang ditunggu-tunggu—Nabi yang disebutkan dalam kitab suci mereka—itu datang, mereka mengingkarinya (QS. Al-Baqarah/2: 89).

Di beberapa tempat, Al-Qur’an menggambarkan kedengkian mereka.

« بئسما اشتروا به أنفسهم أن يكفروا بما أنزل الله بغيا أن ينزل الله من فضله على من يشاء من عباده » (البقرة : ٩٠)

“Sangatlah buruk perangai mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya” (QS. Al-Baqarah/2: 90).

« ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق » (البقرة : ١٠٩)

“Banyak di antara Ahlul Kitab ingin mengembalikanmu ke dalam kekafiran setelah beriman karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka (QS. Al-Baqarah/2: 109).

Allah mencela kedengkian mereka. Kenapa mereka dengki kepada Muhammad, padahal Allah telah muliakan keturunan Ibrahim, dari jalur Ya’qub, karunia berlimpah. Di antara mereka terdapat para Nabi, seperti Yusuf. Ada juga yang diangkat sebagai Nabi sebagai sekaligus raja, seperti Dawud dan Sulaiman. Al-Qur’an menegaskan:

Baca juga:  Tafsir Surah At-Takatsur (Bagian 3)

« أم يحسدون الناس على ما آتاهم الله من فضله فقد آتينا آل إبراهيم الكتاب والحكمة وآتيناهم ملكا عظيما » (النساء : ٥٤)

“Apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah berikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami berikan mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar” (QS. An-Nisa/4: 54).

Kedengkian Bani Israel menjadi pangkal dari berbagai penyakit dan kutukan. Allah cabut kemuliaan mereka. Mereka menjadi bangsa terlunta-lunta, hidup di bawah penindasan bangsa lain. Kedengkian mereka bukan hanya kepada bangsa lain. Mereka bahkan dengki kepada saudara mereka sendiri, tetapi beda ibu, yaitu Yusuf putra Ya’qub dari Rahel. Yusuf dibuang, tetapi kelak menjadi pejabat di Mesir. Ya’qub dan putra-putranya menyusul. Keturunan Israel pindah ke Mesir. Setelah sekian lama, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Qibti. Fir’aun memburu dan mempersekusi mereka. Musa datang dan membawa mereka eksodus ke Palestina.

Sepeninggal Musa dan Harun, mereka hidup di bawah penindasan bangsa Palestina. Allah mengutus Thalut yang memulihkan kekuasaan mereka. Thalut digantikan Dawud. Dawud digantikan Sulaiman. Sulaiman membangun Baitul Maqdis. Sepeninggal Sulaiman, Bani Israel terbelah dua. Di sisi selatan berdiri Kerajaan Yehuda, beribu kota di Yerussalem. Di sisi utara berdiri Kerajaan Israel, beribu kota di Samaria. Pada 720 SM, Kerajaan Samaria hancur ditaklukkan bangsa Asyur. Sebagian penduduknya ditawan dan dijadikan budak. Sebagian lari ke Yehuda. Inilah periode awal hilangnya sepuluh suku Bani Israel.

Baca juga:  Cara Memperoleh Ridha Allah di Bulan Ramadan, Begini Penjelasan Quraish Shihab

Setelah itu giliran Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia. Nebukadnezar II, penguasa Babilonia, menghancurkan Baitul Maqdis pada 587 SM. Bani Israel ditawan, diangkut ke Irak, dan dijadikan budak. Cirus Yang Agung, penguasa Persia, mengalahkan Babilonia. Dia mengizinkan Bani Israel balik ke Palestina dan membangun ulang Baitul Maqdis. Kekaisaran Persia ditaklukkan Alexander The Great pada 334 SM. Bani Israel hidup di bawah kekuasaan bangsa Yunani. Dua abad kemudian, mereka hidup di bawah penguasa Romawi, Herodes.

Mereka berontak, Herodes menghancurkan Baitul Maqdis. Ini kali kedua situs suci warisan Sulaiman ini dihancurkan. Bani Israel ditawan dan dijadikan budak. Kaisar Hadrianus membangun ulang Baitul Maqdis, bukan untuk Tuhan, tetapi untuk dewa Romawi, terutama Yupiter. Bani Israel marah. Mereka berontak. Meletuslah Perang Bar Kokhba (132-135 SM). Bani Israel ditumpas. Setengah juta orang tewas, 985 desa diratakan dengan tanah. Mereka ditawan dan dijadikan budak, juga dilarang memasuki Yerusalem.

Pada 610 M, Dinasti Sasania Persia mengalahkan Romawi dan merebut Palestina. Bani Israel diberi wewenang memugar Baitul Maqdis. Hanya berselang lima tahun, bangsa Romawi kembali merebut Palestina. Helena, isteri Konstantin, menghancurkan Baitul Maqdis dan menjadikannya sebagai got pembuangan sampah.

Bani Israel memasuki kembali era dispora. Mereka keluar dari Palestian dan hidup terlunta-lunta. Sebagian mereka ke Aagea (Yunani), Anatolia (Turki), Kirenaika (Libya), Italia, dan Mesir. Beberapa pindah dan menetap di Arab, terutama Madinah. Mereka terbagi ke dalam tiga klan besar, Bani Nadhlir, Bani Quraidhah, dan Bani Qainuqa’.

Ketika Nabi Muhammad diangkat sebagai utusan, mayoritas Yahudi ingkar. Mereka menandatangani Piagam Madinah, tetapi membelot. Yahudi Bani Nadhir diusir. Inilah pengusiran pertama Bani Israel oleh Nabi yang diabadaikan Al-Qur’an, Surat Al-Hasyr. Setelah Fathu Makkah, Nabi secara bertahap membersihkan Bani Israel dari seluruh Jazirah Arab.

Baca juga:  Penulis Satu-Satunya Tafsir Isyari Nusantara: Kiai Sholeh Darat Semarang (c. 1820-1903)

Derita mereka belum berakhir. Bani Israel, yang tinggal di Eropa, mengalami sentimen anti-semit yang meluas. Puncaknya Hitler, penguasa Jerman yang percaya keunggulan ras Aria, memberangus sekitar enam juta Yahudi. Secara bertahap, ini ia lakukan sejak 1933-1945. Peristiwa ini dikenal sebagai Holocaust, genosida terbesar terhadap Bani Israel dalam sejarah modern.

Masa depan Bani Israel mulai mengalami titik balik sejak Deklarasi Balfour 1917, Proklamasi Kemerdekaan 1948, Perang 1962, dan seterusnya. Tetapi kita percaya Al-Qur’an. Pada setiap masa, hingga hari kiamat, Allah akan mengutus tangan-tangan untuk mendera Bani Israel karena kepongahannya. Hitler hanya pengulangan dari sosok Fir’aun, Nebukadnezar II, Herodes, Hadrianus, dan Helena. Ini janji Allah dalam Al-Qur’an:

« وإذ تأذن ربك ليبعثن عليهم إلى يوم القيامة من يسومهم سوء العذاب » (الاعراف : ١٦٧)

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat” (QS. Al-A’raf/7: 167).

Sejarah belum berakhir. Negara Israel, yang mengklaim sebagai rumah Bani Israel, kini menjelma menjadi raksasa ekonomi dan militer di dunia. Sepintas mereka tidak akan mungkin lenyap dari peta dunia. Tetapi, janji Allah tidak akan meleset. Kita tidak tahu, siapa lagi yang akan dikirim Allah untuk mengazab mereka.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top