Sedang Membaca
Fetehpur Sikri: Kota Megah Simbol Toleransi Umat Beragama
Muhammad Alwi Hasan
Penulis Kolom

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Fetehpur Sikri: Kota Megah Simbol Toleransi Umat Beragama

Fetehpur

India adalah sebuah negara di Asia dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia. Selain itu, India juga merupakan negara terbesar ke tujuh berdasarkan urutan wilayah geografis. Walaupun sekarang ini mayoritas penduduk India adalah penganut Hindu-Budha, akan tetapi kita tidak bisa mengelak bahwa India pernah menjadi salah satu kawasan muslim terbesar di bawah pemerintahan Dinasti Mughal.

Secara historis memang kesultanan Mughal bukanlah pemerintahan Islam pertama di India. Jauh sebelum itu, peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbuddin Aibak (1206-1211) yang berhasil mendirikan kerajaan Islam di India. Kesultanan Mughal sendiri baru dapat berdiri sekitar tahun 1526, saat Sultan Babur menjatuhkan Raja Ibrahim Lodi yang berkuasa di Kerajaan Delhi.

Dalam perjalanannya Kesultanan Mughal mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Akbar. Di era kepemimpinannya Kerjaan Mughal mampu berkembang pesat dalam berbagai bidang baik politik maupun ekonominya. Salah satu yang menarik untuk dikaji pada masa Sultan Akbar adalah kota Fatehpur Sikri.

Berdirinya Fatehpur Sikri persis seperti lukisan geometri Islam yang telah diresapi estetika sufitik Islami. Menurut Finch, seorang pemborong terkenal dari Inggris, Fatehpur Sikri adalah kota yang demikian sistematis. Seluruh bangunannya membentuk kesatuan dinamik dan fungsional. Tidak ada ruang arsitektur yang terbuang percuma sampai ke puncak atas bangunan sekalipun memiliki fungsi bagi penghuninya.

Baca juga:  Napak Tilas Jejak Sahabat di Istanbul

Simbol Toleransi Umat Beragama

Selain gaya arsitekturnya yang menakjubkan, Fatehpur Sikri merupakan kota yang syarat akan simbol toleransi umat beragama. Simbol toleransi tersebut tidak lain terpengaruh dari kepribadian Sultan Akbar yang berjiwa toleransi tinggi. Bukti adanya sifat toleransi Akbar ialah pada waktu ia berguru kepada Mir Abdul Latif, seorang sufi yang berpikiran liberal dan heretodoks.

Salah satu wujud akulturasi simbol toleransi arsitektur Fatehpur Sikri adalah balai sidang yang bangungannya mengambil model penganut agama Jaina, dan ruang arsitekturan di Dewan-i Khas menggambarkan kembang teratai, yang merupakan gambar simbolik dalam mitologi Hindu dan Budha.

Tidak jauh dari situ, terdapat suatu bangunan penting yakni Punch Mahal (Lima Istana) yang arsitektrnya diilhami bangunan Vihara Budha. Bangunan yang paling mewah sendiri adalah Puri Maryam Sultana dan Khwab Gah (Paviliun Impian), yang biasanya menjadi tempat beristirahat oleh Sultan Akbar.

Memang jika ditinjau secara keseluruhan arstiektur Fatehpur Sikri adalah sebuah perpaduan arsitektur Islami, Hindu, Budha dan Jaina. Dari berbagai perpaduan tersebut, maka bisa dikatakan bahwa masyarakat kota Fatehpur Sikri saling menjunjung tinggi toleransi dan saling menghargai.

Penggabungan India kuno dan Imigran Muslim pada masa Akbar tidak hanya terjadi pada bidang arsitektur saja, melainkan telah menghasilkan banyak literatur, seni, musik, dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter kepemimpinan Sultan Akbar yang disegani dari tidak memandang latar belakang warganya baik dari ras, agama, atau golongan. Sikap yang demikian inilah mengantarkan kekuasaan Mughal menuju era keemasan.

Baca juga:  Kota Kaisar Goslar: Kota Tua yang Masuk Daftar Warisan Dunia Unesco

 

Referensi

Hadi, Abdul. Cakrawala Budaya Islam. Yogyakarta: IRCiSoD, 2016.

Supardi, “Perkemagan dan Peninggalan Dinasti Moghul di India 1525-1857”, ISTORIA 5, 2 (April 2008): 88-104.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top