Sedang Membaca
Geliat Spiritual Diaspora Indonesia di Jepang: Catatan Pertemuan dengan Nahdliyin Jepang

Santri SMA Bumi Cendekia dan bergabung dalam Pers SMA dan pesantren Bumi cendekia. Bisa disapa di akun Instagram: @muhafzaalali

Geliat Spiritual Diaspora Indonesia di Jepang: Catatan Pertemuan dengan Nahdliyin Jepang

Geliat Spiritual Diaspora Indonesia di Jepang: Catatan Pertemuan dengan Nahdliyin Jepang

Saat ke Jepang untuk program Student Exchange, kami, santri Pesantren Bumi cendekia menyempatkan diri untuk bertemu komunitas muslim NU di Jepang. Dalam situasi yang santai, mereka bercerita bahwa saat di Jepang, banyak dari mereka merasa lebih rajin datang ke masjid. Mereka mensyukuri bisa datang ke masjid. Katanya, rindu sekali dengan masjid.

Cak Anam, seorang petani Jepang yang sukses, rela datang ke masjid menggunakan mobil walau jaraknya 90 km jauhnya dari tempat tinggalnya di Jepang.

“Saya itu walaupun jauhnya 90 km jarak rumah sama masjid, saya tetap ke masjid mas,” ujar Cak Anam.

Senada, Pak Ismail juga merasa demikian, ia merasa saat tinggal di Jepang selalu merindukan masjid. Berbeda jika dibandingkan saat di Indonesia. Saat di Indonesia pemikirannya yang penting sholat, ke masjid itu sunnah. Tapi kalau di Jepang seakan-akan datang ke masjid itu adalah sesuatu yang menjadi keharusan.

“Saya itu pas di Indonesia, boro-boro mau datang ke masjid. Yang penting mah sholat. Nah kalau di Jepang rasanya ke masjid tuh menjadi sesuatu yang harus, bukan sunnah lagi,” kata Pak Ismail.

Sependek pemahaman penulis, ada dua  alasan mengapa mereka menjadi rindu masjid. Pertama karena di Jepang mereka merasa sudah kaya. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya orang Indonesia yang sudah memiliki mobil. Karena sudah kaya, mereka tak memiliki hal lain yang dituju selain Tuhannya.

Baca juga:  Ademnya Masjid Agung Pondok Tinggi di Sungai Penuh Jambi

Kedua,  ini merupakan masalah eksistensi. Saat tinggal di Indonesia mereka adalah mayoritas. Namun, saat di Jepang mereka adalah minoritas. Di Indonesia masjid di setiap tempat ada. Jika di Jepang menemukan masjid adalah sebuah hal istimewa, karena sangat jarang masjid ada di Jepang. Dari situlah mereka merasa datang ke masjid adalah sebuah hal kebutuhan lagi.

Sosial Service

Di sisi lain, bertemu dengan orang-orang Muslim Jepang  adalah salah satu kegiatan live in kami, santri-santri Bumi Cendekia. Di sana kami melakukan sosial service. Sosial service merupakan program santri Bumi Bumi Cendekia di PCINU Jepang sebagai sebuah bentuk pengabdian terhadap NU. Secara umum, sosial service ini dilakukan di dua tempat, pertama di masjid At Taqwa Ibaraki dan yang kedua di Pesantren NU Ibaraki. Santri putra ditempatkan di Masjid sedangkan yang perempuan di Pesantrennya. Berikut sosial servicenya.

Pertama, yaitu membantu untuk mempersiapkan sholat Jumat. Semua santri putra yang menetap di masjid At Taqwa membagi tugas secara merata dalam mempersiapkan sholat jumat. Dibagian samping masjid, beberapa santri menyiapkan Jumat berkah untuk dibagikan saat sholat jumat. Selain menyiapkan jumat berkah, di dalam masjid, kitab-kitab dirapikan oleh para santri, debu-debu pada karpet juga dibersihkan menggunakan alat penyedot debu. Disaat waktu sholat jumat, satu santri menjadi relawan untuk maju sebagai bilal dan muadzin sholat jumat.

Baca juga:  Little Amal dan Deru Perjalanan Para Imigran: Catatan dari Inggris

Kedua, yaitu membantu membersihkan pesantren. Jika santri putra di masjid, maka santri perempuan di pesantren. Mereka membantu membersihkan area lingkungan pesantren. Mereka semua melakukannya dengan sangat hikmat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top