Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Bertobatnya Kaum Khawarij di Tangan Imam Abu Hanifah

Abu Hanifah

Khawarij adalah suatu kelompok penentang Ali bin Abi Thalib. Mereka mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun sama-sama beragama Islam.

Di bawah ini adalah kisah dialog Imam Abu Hanifah dengan kaum Khawarij, dan bertobatnya kaum Khawarij di tangan Imam Abu Hanifah. Adapun kisahnya sebagai berikut:

Syekh Syu’aib bin Abdullah dalam karyanya Al-Raudh Al-Faiq fi Al-Mawaizh wa Al-Raqaiq (Juz, 1, Hlm. 222-223) mengisahkan, pada suatu hari Imam Abu Hanifah duduk di dalam masjid. Tiba-tiba ia dihampiri oleh kaum Khawarij yang terkenal bengis dan suka membunuh, mereka selalu membawa pedang yang terhunus (tercabut dari sarungnya).

Kaum Khawarij itu, mengajukan dua pertanyaan kepada Imam Abu Hanifah. Mereka berkata, “Wahai Imam Abu Hanifah kami mempunyai dua pertanyaan, jika kamu bisa menjawab, kamu akan selamat, dan jika kamu tidak bisa menjawab, kami akan membunuhmu.”

Imam Abu Hanifah menjawab, “Sarungkan dulu pedang kalian, ketika aku melihat pedang kalian hatiku merasa gelisah.” Mereka berkata, “Bagaimana bisa kami menyarungkan pedanng kami, sementara kami mengharapkan imbalan besar dengan menghunjamkannya ke lehermu.”

Kemudian Imam Abu Hanifah mempersilahkan kepada mereka untuk mengajukan pertanyaan. Mereka berkata, “Ada dua jenazah di depan pintu (pintu masjid) salah satunya adalah seorang pria yang minum-minuman keras dan ia mati dalam keadaan mabuk, dan yang satunya adalah seorang wanita yang hamil karena zina dan mati saat melahirkan, mereka belum sempat bertobat, apakah mereka mati dalam keadaan kafir atau beriman.”

Baca juga:  Ahli Fatrah dan Status Kedua Orang Tua Nabi

Mareka mengajukan pertanyaan yang menjebak. Mereka menggiring Imam Abu Hanifah masuk ke dalam pemahaman mereka. Menurut kaum Khawarij, muslim yang melakukan dosa besar dinyatakan keluar dari Islam (kafir). Namun, Imam Abu Hanifah sangat cerdik, ia tidak terjebak penggiringan mereka, bahkan mereka yang terbawa oleh pemikiran Abu Hanifah.

Ima Abu Hanifah berkata, “Dari kelompok mana kedua jenazah tersebut? Yahudikah, Nasranikah, Majusikah.”

Mereka menjawab, “Bukan.” Imam Abu Hanifah berkata, “Lantas mereka dari golongan mana.”

Mereka menjawab, “Dari kelompok muslimin.”

Imam Abu Hanifah bergumam, “Sungguh kalian telah menjawab sendiri pertanyaan kalian.”

Selanjutnya mereka berkata, “Dua jenazah itu kelak di surga atau di neraka.”

Imam Abu Hanifah  menjawab, “Ada orang yang lebih buruk dari dua jenazah tersebut, namun sekelas Nabi saja tidak berani memvonis masuk neraka.

Kemudian Imam Abu Hanifah berargumentasi dengan ayat suci Al-Qur’an. Disebutkan dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim AS mengatakan:

فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya engkau maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Ibrahim: 36)

Dan diceritakan dalam ayat yang lain, bahwa Nabi Isa AS mengatakan tentang pengikutnya yang durhaka:

Baca juga:  Harmoni Islam-Kristen Di Mesir Sebelum Datangnya Fitnah

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya: “Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba engkau, dan jika engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya engkaulah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 118).

Mendengar jawaban Imam Abu Hanifah kaum Khawarij tersebut mengakui kecerdikan Imam Abu Hanifah. Dan mereka menyatakan bertobat di hadapan Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah berhasil menyadarkan mereka dan mereka kembali ke jalan yang benar. Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top