Sedang Membaca
Sebelum Jadi Uswah, Kobe Bryant Dirundung Banyak Masalah
Hasna Azmi Fadhilah
Penulis Kolom

Peneliti dan pemerhati politik yang tinggal di Jatinangor Sumedang. Bisa dijumpai di akun Twitter @sidhila

Sebelum Jadi Uswah, Kobe Bryant Dirundung Banyak Masalah

Screenshot 20200129 065006~2

“It’s pretty cool for me ’cause it’s Daddy’s little princesses’.”

Begitulah jawaban seorang legenda NBA, Kobe Bryant, tiap kali digoda oleh beberapa kawannya karena semua anaknya perempuan, “(Mereka bilang) perlu seorang pria sejati untuk memiliki anak laki-laki, ya aku jawab saja, ‘perlu seorang raja untuk memiliki anak perempuan’,” katanya saat itu.

Sebagai atlet basket legendaris, Kobe memiliki segalanya: kecerdasan, kegesitan dan keahlian dalam menembakkan bola tepat sasaran. Tak heran, semasa aktif ia diganjar gaji sangat tinggi oleh LA Lakers hingga mencapai 328 juta US dolar. Meski terlihat garang di lapangan, ia sebenarnya adalah seorang ‘family man’. Selepas pensiun di tahun 2015, ia dedikasikan sepenuh hidupnya untuk keluarga kecilnya, terutama anak perempuan keduanya, Gianna, yang menurunkan keahliannya dalam bermain basket. Sehari-hari ia biasanya duduk di pinggir lapangan dan membantu latihan putrinya secara personal. Putri nomor duanya tersebut memang menurunkan bakat basket dari dirinya.

Menurut Kobe, selain dianugerahi skill yang fantastis, Gianna juga seorang yang pekerja keras dan kompetitif sama seperti dirinya. Dengan modal ini, hubungan Kobe dan Gigi (panggilan akrab Gianna) dalam kerangka ayah-anak pun menjadi semakin spesial. 

Padahal hubungan Kobe dengan ayahnya sendiri tidak terlalu baik, keputusannya menikah di usia muda dengan Vanessa Laine bahkan tak direstui dan tak dihadiri oleh keluarga serta rekan satu timnya karena perempuan yang dicintainya tersebut masih bersekolah dan bukan keturunan Afrika-Amerika. Meski relasi dengan keluarganya sempat memburuk, mereka akhirnya bersepakat untuk menjalin kontak kembali setelah Kobe diberkahi anak perempuan pertama yang diberi nama Natalia. Lahirnya Natalia lalu mencairkan hubungan ayah dan anak tersebut, walau di sisi lain justru pernikahannya sendiri sempat terguncang karena gugatan cerai oleh sang istri di akhir tahun 2011. Untunglah, setelah dua tahun berjalan mereka lalu mengurungkan niat berpisah dan membangun komitmen ulang untuk membesarkan semua putri mereka. 

Baca juga:  Manusia dan Tuhan (3): Refleksi atas Manusia dan Kebebasan Memilihnya

Berbicara dedikasi sebagai ayah, Kobe bisa dikatakan adalah sosok yang paripurna. Bahkan ceritanya dalam suatu wawancara, ia rela menyempatkan diri untuk menjadi coach tim basket sekolah Gigi selama 1,5 tahun agar putrinya bahagia. Dan menurutnya, hal itu membuat pria bernomor punggung 8 dan 24 ini sangat senang serta bangga. Ia pun tak segan-segan mengungkapkan kesan akan pengalamannya tersebut pada publik, “They’re having a blast. They’ve gotten extremely, extremely good over the course of the last year, and are continuing to work and get better, man. It’s been fun.”

Namun, dibalik keteladanannya dalam membina keluarga dan mengemong empat orang putri, pria kelahiran Philadelphia ini sebenarnya sempat terlibat skandal perselingkuhan dengan seorang karyawan hotel di Colorado pada tahun 2003. Gadis berusia sembilan belas tahun itu mengaku diperkosa oleh Kobe dan kemudian menggugatnya secara hukum. Tidak terima atas tuduhan sepihak yang dilayangkan kepadanya, ia pun membuat pernyataan publik bahwa hubungan tersebut dilakukan secara konsensual atau atas dasar suka sama suka. Tetapi, setelah kasus itu dicabut dan kemudian mereka berdamai, Kobe kemudian mengklarifikasi apa yang ia katakan sebelumnya dan meminta maaf secara terbuka.  

Saat berita tersebut mengemuka, Kobe Bryant mengakui bahwa itu merusak reputasi dan permainannya di lapangan. Ia kehilangan banyak fans dan kerap dicemooh karena tindakannya itu. Ia sadar, ia sebagai manusia bukanlah sosok yang sempurna, namun sorotan negatif publik padanya tetaplah mengusik performa pria yang semasa hidupnya telah menyumbang dua emas olimpiade untuk Amerika Serikat ini. Bahkan, perlu tiga musim untuk memulihkan performa terbaiknya, sampai-sampai untuk mengembalikan konsentrasi, ia memutuskan untuk mencatut ‘Black Mamba’ sebagai nama panggilan terbaru. 

Baca juga:  Obituari: Menapaktilasi Kehidupan Kiai Fu'ad Mun'im Djazuli

Inspirasi ‘Black Mamba’ sendiri datang dari film Kill Bill karya sutradara Quentin Tarantino dan jenis reptil ular pembunuh yang mematikan. Tapi, dari sini brand ‘Mamba’ justru menguatkan reputasi Kobe. Bekerjasama dengan beberapa apparel olah raga, ia selanjutnya membentuk the Mamba Sports Academy dan juga menulis buku berjudul The Mamba Mentality, How I Play. Jika banyak atlet semakin terpuruk ketika terganjal oleh kasus personal, Kobe membuktikan hal yang sebaliknya: ia belajar dari kesalahannya dan justru menjadi pribadi yang jauh lebih baik.  

Torehan prestasi selanjutnya pun tak main-main. Ia diganjar penghargaan NBA Most Valuable Player Award di tahun 2008 dan membawa LA Lakers memenangkan NBA Championship berturut-turut di tahun 2009 dan 2010, serta sederet prestasi lainnya yang membuktikan bahwa ia dapat bangkit dari keterpurukan. 

Ketika memutuskan pensiun dari dunia basket, Kobe justru semakin aktif, tidak hanya di dunia olahraga, tapi juga sosial. Pria yang telah mencetak 33.643 poin ini turut pula mengadvokasi pemain basket perempuan di tingkat nasional dan global, seperti Diana Taurasi dan Maya Moore, untuk mendapatkan hak-hak yang sama layaknya kompatriot laki-laki. Tak heran, kepopulerannya pun merambah luas hingga ke China daratan, dimana ia menjadi duta budaya dan mendirikan Kobe Bryant China Fund untuk membiayai program kepemudaan para remaja di sana. 

Baca juga:  Raden Imam Zarkasyi Seorang Rushdian?

Sekarang, dengan tiadanya ayah berusia 41 tahun tersebut, dunia perbasketan kehilangan satu figur yang nyaris sempurna. Ia tidak hanya dirindukan oleh keluarga dan kawan, tetapi juga lawan. Seorang Shaquille O’Neal yang dulu sempat menjadi rival terberat Kobe pun turut berbela sungkawa. Kobe yang semasa mudanya terkenal arogan dan keras kepala memang kerap membuat O’Neal geram. Akibat konflik dengan intensitas tinggi dengan Kobe, Shaq bahkan memutuskan lenggang ke Miami Heat dan membiarkan rivalnya itu menjadi bintang utama di Lakers. Meski begitu, Shaq menganggap perseteruannya dengan Bryant kini menjadi bagian dari masa lalu. Pada CBS Sports, ia mengungkapkan, “Saya hanya ingin orang-orang tahu bahwa saya tidak membencimu (Kobe), saya tahu kamu pun tidak membenciku.”

Terkait pribadi Kobe yang hangat sebagai kepala keluarga, musuh lama Kobe itu menambahkan, “Kobe was so much more than an athlete, he was a family man. That was what we had most in common. I would hug his children like they were my own and he would embrace my kids like they were his.”

Walau kepergian Kobe tak terduga dan begitu cepat, semasa hidup ia telah meninggalkan inspirasi dan legasi yang mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya, tetapi juga jutaan anak muda dari berbagai ras dan latar belakang. Kini, kita memang telah kehilangan raganya, namun karya dan aksi pembelaannya terhadap yang lemah akan terkenang sepanjang masa. 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top