Maqam Mahabbah sering disebut sebagai puncak spiritual dalam dunia tasawuf. Beberapa tokoh sufi seperti Rabiatul Adawiyah menempatkan posisi Mahabbah ini di tingkat teratas dalam maqam spiritual. Al-Ghazali-pun dalam Ihya’ Ulumiddin menegaskan bahwa tujuan dari spiritual adalah mahabbah. Tidak ada maqam sebelum mahabbah kecuali sebagai pembuka jalan untuk cinta kepada Allah. Dan tidak ada maqam setelah mahabbah kecuali sebagai buah dari cinta kepada Allah.
Dalam dunia tasawuf, ada istilah-istilah khusus tentang cinta (hubbul ilahiyah) yang sifatnya berjenjang. Sekitar sepuluh istilah yang disebutkan oleh Syaikh Abdul Qadir ‘Isa (w. 1991 M) dalam Haqaiq ‘Ani at-Tasawuf. Istilah ini pada mulanya memang dibuat untuk cinta ilahiyah, akan tetapi juga bisa digunakan untuk cinta secara umum tidak hanya kepada tuhan.
Pertama, Al-‘Ilaqah
Al-‘Ilaqah adalah fase cinta paling awal dimana ketika seseorang merasa terikat dan tergantung pada yang dia cintai. Dalam konteks cinta Ilahiyah, berarti ketika seorang hamba selalu merasa terikat dengan Allah. Dalam keadaan apapun ia selalu ingat kepada Allah.
Kedua, Al-Iradah
Al-Iradah lebih dalam dari Al-‘Ilaqah. Dalam fase ini, yang diinginkan oleh pecinta hanya yang dia cintai. Dalam cinta ilahiyah, berarti hanya Allah yang diinginkan bukan yang lain.
Ketiga, As-Shababah
As-shababah dari kata shabba yang artinya mencurahkan. Pada tingkatan ini, seluruh hidup lahir batin hanya dicurahkan untuk yang Allah.
Keempat, Al-Gharam
Al-Gharam maknanya adalah cinta yang menyala-nyala. Pada kedalaman cinta ini, hidup seseorang hanya untuk cinta kepada Allah.
Kelima, Al-Widad
Lebih dalam dari Al-Guram adalah al-Widad, yaitu ketulusan cinta. Jika cinta seorang hamba kepada Allah sudah se dalam ini, ia tidak akan mengharap pamrih apapun dari Allah.
Keenam, As-Saghaf
Lebih dalam lagi adalah as-Saghaf, yaitu ketika cinta sudah mendarah daging. Imam Junaid al-Baghdadi mengatakan, “Saghaf itu ketika seseorang tidak merasakan pahit sama sekali dari yang dia cintai.” Semua yang dilakuakan oleh sang kekasih kepadanya meski itu jahat akan dinilai baik oleh seorang yang kedalaman cintanya sudah sampai pada As-Saghaf ini. Jika cinta seorang hamba kepada Allah sudah masuk ke taraf ini, maka semua yang diberikan Allah, meski itu buruk, akan dinilai baik olehnya.
Ketujuh, al-‘Isq
Al-‘Isq adalah cinta yang memabukkan. Cinta yang sangat menghawatirkan. Seorang bisa bisa terbunuh jika cintanya sudah sedalam ini. Dikisahkan, ada seorang A’rabi ditanya tentang al-Isq ini. dia menjawab, “Al-Isq adalah ketika engkau jatuh cinta dan akan mati karenanya”.
Kedelapan, At-Tatayyum
Kedalaman cinta selanjutnya adalah At-Tatayyum, maknanya adalah memperbudak. Dengan kata lain, dalam fase ini seorang akan diperbudak oleh cintanya. Dia akan tunduk dan patuh pada yang dia cintai. Kalau cinta ilahiyah, berarti tunduk dan patuh kepada Allah. Apapun yang diperintah-Nya pasti akan dilakukan.
Kesembilan, At-Ta’abbud
Lebih dalam dari At-Tatayyum adalah At-ta’abbud. Jangankan diperintah, tidak tiperintahpun akan dilakukan.
Kesepuluh, Al-Khulwah
Puncak dari cinta adalah Al-Khullah. Yaitu ketika di hati seseorang hanya ada yang dia cintai. Dalam cinta ilahiyah, yang bisa mencapai face ini hanya Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad Saw. Karena itu, keduanya mendapat gelar kholilulloh (kekasih Allah).
Itulah tingkatan kedalam cinta Ilahiyah dalam dunia tasawuf. Pertanyaannya, berada di face manakah kedalaman cinta kepada Tuhan??