Sedang Membaca
Pemetik Puisi (19): Sungguh dan Justru
Bandung Mawardi
Penulis Kolom

Esais. Pegiat literasi di Kuncen Bilik Literasi, Karanganyar, Jawa Tengah

Pemetik Puisi (19): Sungguh dan Justru

Abdul Hadi Wm

Maut, tema tak rampung-rampung ditulis dalam puisi. Di Indonesia, kita kewalahan bila mau membuat buku antologi puisi bertema maut, sejak awal abad XX sampai sekarang. Maut selalu ditulis dengan pelbagai keindahan, kemuraman, keikhalasan, kemarahan, sesalan, dambaan, suci, tenang, perlawanan, duka, dan pujian. Di perpuisian Indonesia, pengaruh gubahan maut mungkin berasal dari cerita-cerita para leluhur, epos India telah tertanam di Nusantara, cerita-cerita Arab dan Tiongkok, atau sastra cetak berdatangan dari Barat. Segala sumber memberi pengaruh dalam “perkamusan” dan bobot peristiwa.

Di Indonesia, tercatat puisi-puisi maut mengesankan digubah oleh Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Kriapur, Abdul Hadi WM, Rendra, dan lain-lain. Sekian puisi kadang terbaca sebagai ramalan atau pemberitahuan atas nasib si penggubah puisi. Maut dalam puisi-puisi memungkinkan pembaca mengerti perkembangan bahasa dan pilihan-pilihan acuan. Heroisme terasa bila maut terbaca dalam puisi-puisi bercorak perang atau revolusi. Kematian sendu muncul dalam puisi-puisi asmara melibatkan rangkaian konflik. Puisi ingin bermakna kudus tentu bersumber dari agama. Puisi demi puisi terbaca tapi kita masih susah membuat daftar “paling”: mencekam, kocak, lembut, atau lugu.

Pada suatu masa, Abdul Hadi WM menekuni studi sastra-sastra sufi di Nusantara dan dunia. Ia melacak sejarah dan perkembangan tasawuf. Pembahasan para tokoh pun dilakukan untuk mengerti pengaruh dakwah Islam di Nusantara melalui tasawuf. Teks-teks lama dibaca dan ditafsirkan. Ia pun melakukan penerjemahan sastra sufi di pelbagai negeri ke bahasa Indonesia. Dulu, ia mula-mula adalah penggubah puisi. Tahun demi tahun berlalu, ia keranjingan menulis esai-esai berselera religius. Abdul Hadi WM malah mengerjakan buku-buku serius bertema sastra sufi, selain ia mengajar di universitas. Di puisi, ia tetap tangguh terbukti dengan pembahasan-pembahasan dari A Teeuw, Sapardi Djoko Damono, Kuntowijoyo, dan lain-lain.

Baca juga:  Gus Nadir Hilang dari Medsos: Hendak ke Mana Toh, Gus?

Kita simak puisi berjudul “Maut dan Waktu” gubahan Abdul Hadi WM. Puisi rimbun cerita, mencantumkan asal atau acuan. Kita mulai membaca: Kata maut: Sesungguhnya akulah yang memperdayamu pergi me-/ ngembara sampai tak ingat rumah menyusuri gurun-gurun dan/ lembah keluar masuk ruang-ruang kosong jagad raya mencari-/ cari suara merdu nabi Daud yang kusembunyikan sejak ber-/ abad-abad lamanya. Maut itu berkata, terasa sesosok. Kita menuju silam, jauh dan jauh. Maut mengantar tempat-tempat terkenali atau sulit terjangkau. Maut ada di mana saja bagi manusia. Maut membuktikan kemustahilan manusia ingin lari atau menghindar ke tempat-tempat dan waktu-waktu. Manusia selalu saja dikejutan maut, babak akhir tanpa sanggup memesan tempat dan waktu. Maut ada di mana saja, kapan saja.

Balasan jawab dari waktu ditulis Abdul Hadi WM, menginsafkan pembaca seperti ada “pembicaraan” atas nasib manusia di epilog atau akhir. Kita simak: Tidak, jawab waktu, akulah yang justru memperdayamu sejak hari/ pertama Qain kusuruh membujukmu memberimu umpan lezat/ yang tak pernah mengenyangkan hingga kaupun tergiur ingin/ lagi ingin lagi dan ingin lagi sampai gelisah dari jaman ke ja-/ man mencari-cari nyawa-nyawa Abel yang kaukira fana me-/ ngembara ke pelosok-pelosok dunia bagaikan Don Kisot yang/ malang.

Kita makin mundur jauh, sampai ke masa Adam dan anak-turun dalam memberi persembahan, pertikaian, dan kematian. Sejak mula terungkap maut dan waktu. Hal mengejutkan adalah pemunculan Don Kisot, tokoh terbaca dalam buku gubahan Cervantes. Di kesusastraan Indonesia, tokoh itu sering jadi referensi dalam prihatin, tawa, tolol, dan bijak. Tokoh berakhir setelah menempuh perjalanan jauh dan merasa diri adalah ksatria. Ia mengalami waktu-waktu, melintasi tempat-tempat, dan mendapat heran bercampur cemooh untuk selesai. Begitu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top