Alfi Saifullah
Penulis Kolom

Alumnus Ponpes Manbaul Ulum Batu. Penulis Kolom dan Buku Biografi, salah satunya "Raden Panji Iskandar Sulaiman: Jejak-jejak perjalanan santri Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari". Tinggal di Kota Batu, Jawa Timur. Instagram: saif.ullah1090.

Nyai Roro Kidul: Sosok Mitologi Jawa dalam Lukisan Basoeki Abdullah

Lukisan Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah dalam pameran lukisan koleksi Istana di Galeri Nasional, Jakarta, 2-30 Agustus 2017.

Basoeki Abdullah (1915-1993), seorang duta seni Indonesia, pelukis yang setia dengan naturalisme dan realismenya itu, dalam melukis tidak semata-mata tentang estetika. Ini tentang bisikan yang ia dengar dari penguasa pantai selatan. Deburan ombak pantai Parangtritis menjadi saksi bisu perjalanan spiritual Basoeki Abdullah. Di sana, ia menerima visi dari Nyai Roro Kidul, sosok mitologi Jawa yang tak pernah lekang dari imajinasi kolektif bangsa Indonesia.

Ada seutas kisah yang melintas antara realitas dan mitologi, pertemuan antara yang fana dan abadi. Basoeki Abdullah telah menyusuri dua lorong ini. Sebagai seniman, ia menaruh perhatian terhadap detail-detail wajah yang nyaris menyerupai keajaiban. Sejumlah wajah yang ia lukis, tak hanya mirip bentuk aslinya, ia menambah elemen lain, unsur jiwa. Sosok Nyai Roro Kidul masuk diantara goresan kanvas Basoeki Abdullah yang legendaris tersebut.

Basoeki Abdullah dan Nyai Roro Kidul

Suatu malam, di bulan Februari 1933, babak awal kehidupan Basoeki Abdullah dimulai. Sebuah bisikan wanita hadir di dalam relung kesadarannya. Bisikan yang meminta Basoeki datang ke Pantai Parangtritis, tempat sakral yang telah mempertemukan Panembahan Senopati pendiri Dinasti Mataram Islam dengan Ratu Pantai Selatan. Dus, Basoeki saat itu merupakan siswa MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Yogyakarta. Ia belajar di kota budaya sambil mengikuti pamannya dr. Sulaiman Mangunhusodo yang bertugas di sana.

Malam itu Basoeki menuju Parangtritis menggunakan sepeda ontel merek Simplex. sesampainya di Parangtritis, ia segera bermeditasi, menyerap energi ombak yang menggulung tak henti sembari memohon pertolongan Sang Maha Kuasa agar diberi kejelasan arah hidup. Berjam-jam Basoeki bermeditasi, sampai terdengar jawaban dari sela-sela deburan ombak, bahwa permintaannya telah dikabulkan, karena itu segeralah pulang karena ada sesuatu yang telah menanti di rumah. Basoeki segera bangun dan mengayuh sepeda untuk pulang, ia sempat berbisik, “matur nuwun Nyai. Matur nuwun. Matur nuwun” (terimakasih Nyai. Terima kasih. Terima kasih).

Baca juga:  Lukisan Nabi Muhammad dalam Lintasan Sejarah

Sepulang dari Parangtritis, Basoeki mendapati sebuah surat dari Catholic Mission tergeletak di rumah pamannya. Surat itu berisi beasiswa belajar melukis di Negeri Belanda. Alhasil, setelah melakukan berbagai persiapan, 10 bulan kemudian bisikan dari Pantai Selatan terealisasi. Basoeki diterima di Koninklijke Academie van Beeldenden Kunsten, sebuah akademi melukis yang dikelola Kerajaan Belanda. Dari situlah karier Basoeki sebagai pelukis dimulai, hingga ia dinobatkan sebagai pelukis istana dua negara, Indonesia dan Thailand.

Basoeki yakin jika yang memberinya visi pada tahun 1933 adalah Nyai Roro Kidul sendiri. Ia pernah berkata, “saya yakini dia adalah Nyai Roro Kidul”. Bahkan ia sempat menepis persepsi sebagian orang tentang Nyai Roro Kidul sebagai sosok yang kerap minta tumbal. Dalam pandangan Basoeki, Nyai adalah wanita yang welas asih dan suka membantu siapapun. “Dia penjaga, dia penolong, bukan penguasa,” kata Basuki.

Nyai Roro Kidul dalam Goresan Kanvas

Dalam perjalanan seninya, setidaknya Basoeki telah mengabadikan sosok Nyai Roro Kidul dalam dua lukisan.

Pertama, lukisan berjudul ‘Nyai Roro Kidul’. Lukisan berukuran 300 x 200 cm ini dibuat Basoeki tahun 1950, menjadi koleksi Istana Kepresidenan RI Bogor termuat dalam buku ‘Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Sukarno dari Republik Indonesia’. Memang, lukisan ini dibuat atas pesanan khusus Bung Karno. Basoeki Abdullah mempunyai hubungan akrab dengan presiden pertama RI tersebut.

Baca juga:  Boleh Tunjukkan Rasa Tidak Setuju atas Lagu Ya Tab-Tab oleh Nisa Sabyan, Tapi Jangan Sertai dengan Selera Rendah Hubungan Antaragama

Nyai Roro Kidul digambarkan Basoeki dengan sosok wanita cantik berdiri di tengah-tengah gejolak samudera yang bergelombang. Sosok tersebut mengenakan kalung dan pakaian Jawa (dodot) bagi wanita. Tangan kiri memegang rambut yang tergerai angin, sementara tangan kanan memegang buih-buih ombak. Perpaduan warna hitam, biru, merah tua, kuning putih dan dongker menambah kesan nuansa warna yang harmonis. Inilah lukisan Nyai Roro Kidul yang paling populer, paling dikenal masyarakat, dan menjadi magnum opus tersendiri Basoeki Abdullah. Sehingga mempengaruhi imajinasi kolektif kita tentang potret Nyai Roro Kidul.

Kedua, lukisan berjudul ‘Kanjeng Ratu Kidul’. Lukisan ini dibuat tahun 1980 usai Basoeki bermeditasi di salah satu kamar Samudera Beach Hotel, sebuah hotel yang identik dengan keberadaan Nyai Roro Kidul. ‘Konon’, Basoeki melihat penampakan Nyai muncul di tengah cakrawala sambil mengendarai kereta dengan tujuh ekor kuda. Penampakan itu lantas beriringan menuju tengah samudera dan hilang dari pandangan. Pasca peristiwa itu, Basoeki menuangkannya dalam kanvas, jadilah lukisan berjudul ‘Kanjeng Ratu Kidul’ yang kemudian dibeli oleh Tjoa Ing Hwie alias Surya Wonowidjojo pendiri rokok Gudang Garam.

Dalam lukisan itu, Nyai Roro Kidul digambarkan sebagai sosok cantik yang mucul dari permukaan laut secara misterius. Figur tersebut mengenakan mahkota dengan baju berwarna hijau tua dengan berbagai aksesoris dan pernak-pernik seorang ratu. Di belakang sosok, tampak dua ekor kuda di kanan dan di kiri yang sebagian tubuhnya tampak abstrak, tenggelam di langit-langit cakrawala. Satu kuda dalam posisi berlari sementara yang lain meringkik ke atas. Lukisan ini semakin menunjukkan suasana mistis ketika air laut dibuat sedemikian rupa seolah-olah mengiringi kemunculan sang ratu dengan sorot kedua matanya yang tajam dan bersinar kedepan.

Baca juga:  Saksikanlah, Gelar Pertunjukan Seni Randai Gali Secara Virtual Malam Ini

Bagi Basoeki, seni adalah residu, sisa dari proses yang tak kunjung usai. Ketika menorehkan wajah Nyai Roro Kidul pada kanvas, ia tidak sedang menggambar, Basoeki sedang mengungkapkan apa yang telah ada, sebuah misteri yang bersembunyi di balik lapisan kanvas, cat, dan waktu. Dengan melukis sosok Nyai Roro Kidul, ia telah memutar ulang sejumlah pengalaman spiritual yang pernah dialami, sehingga sosok Nyai Roro Kidul hadir tidak sebagai artefak. Tidak. Ia hadir sebagai realisasi intervensi pribadi. Bahwa mitologi, seni, dan spiritualitas adalah bagian yang tak terpisahkan dari kita, bukan sebagai kenangan, tetapi sesuatu yang hidup dan terus menemukan bentuknya.

Pada gilirannya, Basoeki Abdullah memperlihatkan sebuah transformasi, dari mitologi menjadi ikon visual yang bisa dinikmati kacamata modern. Lukisan tentang Nyai Roro Kidul tidak sekadar potret, ia telah menjadi narasi. Disinilah seni rupa menemukan fungsi barunya, sebagai penjaga tradisi yang diperbarui untuk terus bertahan.

 

Sumber Bacaan;

Aris Munandar dkk, Pror. Dr., 2013,  Lukisan Basoeki Abdullah: tema dongeng, legenda, mitos dan tokoh, Jakarta: Musem Basuki Abdullah.

Aris Munandar dkk, Pror. Dr., 2013, Seni Gambar Basoeki Abdullah, Jakarta: Musem Basuki Abdullah.

Dermawan T, Agus, 2015, Basoeki Abdullah: Sang Hanoman Keloyongan, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Mohamad, Goenawan, 2021, Estetika Hitam; Adorno, Seni, Emansipasi, Yogyakarta: Ircisod.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top