Sedang Membaca
Kisah Tokoh Mu’tazilah Mencari ‘Kitab Suci’ yang Hilang ke Padang Arafah, Namun Hasilnya Zonk
Alfan Khumaidi
Penulis Kolom

Penulis kelahiran Banyuwangi. Alumni Blokagung yang kini domisili di Old Cairo, Mesir.

Kisah Tokoh Mu’tazilah Mencari ‘Kitab Suci’ yang Hilang ke Padang Arafah, Namun Hasilnya Zonk

Kita terkadang sering bangga menceritakan bahwa mencari kitab ini atau buku itu yang sudah sekian bulan atau sekian tahun namun baru ketemu. Padahal, sepanjang yang kita klaim masa pencarian itu kita tidak pernah serius mencarinya. Hanya pernah menanyakan sesekali ke teman atau toko di mana teman dan toko tersebut memang sama sekali tidak mengenal atau tidak memasukkan buku yang ia cari itu di rak jualnya. Objek tanya yang salah tetapi kita gunakan sebagai legitimasi bahwa kita pernah mencari.

Ngomong-ngomong masalah salah objek tanya ini, saya jadi teringat banyak kejadian yang diklaim oleh orang-orang soal komplain isi kitab yang banyak kelirunya. Bilangnya sih, “Sudah saya komplain di Maktabah Timur Tengah sana,” padahal ia hanya mengkomplain di pegawai penjaga toko yang tak tahu menahu soal proses terbitnya buku.

Baik, kita kembali ke perjalanan pencarian buku. Pencarian dalam makna sebenarnya. Dalam Mu’jamul Udaba sebagaimana dikutip dalam Usyaqul Kutub Yaqut menceritakan sebuah kisah pencarian Ibnul Akhsyad atas buku tokoh besar sastra al-Jahizh. Kisah itu bermula saat ia membaca buku al-Hayawan karya fenomenal al-Jahizh, di sana ia menyebut beberapa bukunya, salah satu buku yang disebut adalah buku dengan judul al-Farqu Bainan Nabi wal Mutannabi’. Mendapati al-Jahizh mengulang penyebutan judul itu beberapa kali bahkan sampai pada juz 4 di buku yang sama, membuatnya kian penasaran.

Baca juga:  Riwayat Pembredelan Kompas

Sejak saat itu kehidupannya gelisah. Dari beberapa buku al-Jahizh yang ia koleksi, tak ada judul buku yang disebut al-Jahizh. Ia bergegas mencarinya. Di kota-kota yang ia masuki yang ditanyakan adalah buku al-Jahizh. Sampai waktu haji akan tiba, ia melakukan perjalanan panjang ke Makkah. Membelah padang pasir. Di puncak Arafah di mana momen seluruh jamaah haji dalam satu tempat, ia berdiri di ketinggian dan bersuara lantang:

“Semoga Allah merahmati orang yang menunjukkanku buku al-Farqu Bainannabi wal Mutanabbi’ al-Jahizh di manapun berada….!”

Tak cukup begitu, ia pun berkeliling ke lembah Arafah menayakan hal yang sama. Hasilnya tetap mengecewakan. Tapi intinya adalah ia ingin menyampaikan uzurnya. Bahwa ia sudah berupaya semampu yang ia bisa.

Ibnul Akhsyad bukan pelajar pemula. Ia adalah  salah satu tokoh penting Mu’tazilah. Penguasaan filsafat dan ilmu hikmahnya sangat disegani. Kendati demikian, ia mencari buku al-Jahizh seolah mencari kitab suci yang hilang. Ia sampai mencari di tempat di mana tak banyak orang berpikir yang sama.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top