Sedang Membaca
Muadz bin Jabal: Sahabat Honoris Causa

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Muadz bin Jabal: Sahabat Honoris Causa

Husein fahasbu

Dalam dunia akademik modern gelar Honoris causa diberikan kepada seorang atas jasa-jasa dan kedalam ilmu yang dimiliki. Gelar itu sebagai penanda pengakuan sebuah institusi pendidikan atas kiprah dan kontribusi seseorang. Adalah Muadz bin Jabal, seorang sahabat yang diberi pengakuan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Karena kedalaman ilmunya, terutama masalah halal halam. Suatu waktu beliau bersabda:

أعلم أمتي بالحلال والحرم معاذ بن جبل

“Umatku yang paling mengerti halal-haram adalah Muadz ibn Jabal.”

Muadz ibn Jabal sejak kecil memang dikenal sebagai anak yang cerdas, cekatan dan memiliki seamangat yang kuat dalam mencari ilmu. Ia masuk Islam atas ajakan Mush’ab ibn Umair dan berhasil bertemu nabi ketika Bai’ul Aqabah yang pertama.

Ketika nabi hijrah ke Madinah, Muadz juga ikut serta di dalamnya. Di Madinah, iklim baru bagi umat Islam. Sistem Pendidikan, ekonomi dan politik dibangun oleh nabi. Muadz fokus di pengembangan pendidikan. Saban hari beliau menimba ilmu dari nabi. Hingga ia akhirnya ia dikenal sebagai seorang sahabat yang paling otoritatif dalam kajian al-Qur’an dan kajian keislaman.

Salah satu kelebihan Muadz adalah kemampuannya menjelaskan sesuatu secara fasih. Yazid bin Qutaib pernah melansir soal ini. Ia berkata:

دخلت مسجد حمص فأذا أنا بفتى جعد شعر قد اجتمع عليه حوله الناس فاذا يتكلم كأنما يخرج من فيه نور ولؤلؤ

Baca juga:  Gus Dur dalam Gagasan Emmanuel Levinas: Islam sebagai Etika Sosial

 “Suatu waktu aku masuk ke Masjid Himsh ketika sedang ada seorang pemuda di kelilingi banyak manusia. Ketika ia berbicara seolah-olah cahaya dan permata keluar dari mulutnya”.

Ilmu yang ada dalam diri Muadz membuat dirinya begitu kharismatik dan amat disegani. Lebih-lebih sejak nabi memberi pragraf endorsment pada dirinya. Hal itulah yang membuat dia begitu dihormati. Sehingga jika orang-orang sedang membicarakan sesuatu dan kebetulan ada Muadz mereka berhenti dan mengalihkan pandangan pada Muadz.

Suatu waktu delegasi dari raja Yaman mendatangi nabi dan memproklamirkan keislamannya. Sehingga Yaman menjadi lahan baru dakwah Islam. Dibutuhkan seorang pengajar al-Qur’an dan pendidikan Islam, diutuslah Muadz ke sana. Sebelum berangkat ke Yaman, rasul menguji Muadz. Kisah ujian yang diberikan rasul kepada Muadz ini terekam dalam kitab-kitab ushul fiqh sebagai landasan bolehnya melakukan ijtihad.

Kepada Muadz nabi bertanya:

“Bagaimana cara engkau menyelesaikan permasalahan kasus hukum?”

Muadz ibn Jabal menjawab:

“Aku akan menyelesaikan dengan kitab Allah Swt. jika tidak ada di sana, maka dengan al-Sunnah, jika masih tidak ada aku akan berijtihad dengan fikiranku dan aku tak akan lengah dalam memutuskan.”

Mendengar jawaban itu, rasulullah bahagia bahkan sebagai bentuk apresiasi beliau menepuk dada Muadz ibn Jabal seraya bersabda:

Baca juga:  Ngangsu Kawruh dari Wong Dzolim: Obituari Abdullah Wong

“Maha Suci Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusannnya utusan Allah Swt.”

Sebelum Muadz berangkat ke Yaman, rasul sudah memberi isyarat bahwa pertemuan itu adalah pertemuan terakhir dengan nabi. Rasul terus menggandeng Muadz seperti perpisahan yang sesungguhnya. Sebelum benar-benar pergi ke Yaman, rasul berkata kepada Muadz:

“Wahai Muadz! Sesungguhnya engkau tak akan menemuiku lagi setelah ini, mungkin saja engkau hanya bertemu dengan mesjid dan kuburanku kelak.”

Mendengar ucapan nabi tersebut, Muadz segera menangis begitu terus diiringi semua kaum muslimin yang mendengar ucapan itu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top