Sedang Membaca
Kisah-Kisah Wali (9): Ketika Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Buya Hamka Bicara MUI

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Kisah-Kisah Wali (9): Ketika Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Buya Hamka Bicara MUI

Mui

Meskipun tak terlalu lengkap, ada catatan dokumen yang menceritakan ihwal pendirian MUI dan keberadaan Kiai As’ad. Kira-kira pada tahun 1975, pemerintah menggelindingkan wacana pendirian lembaga ulama.

Di Jawa Timur, info itu juga beredar dengan cepat, termasuk Kiai As’ad Syamsul Arifin yang menerima info dari Gubernur Jawa Timur, Moh. Noer. Dan ternyata, Kiai As’ad juga diminta hadir dalam rapat awal pembentukan MUI ini.

Turut hadir dalam rapat itu, Buya Hamka, Kiai Syukri Ghazali, dan ulama-ulama lain. Ketika rapat sedang berjalan cukup alot, tiba-tiba Kiai As’ad bertanya mengenai status MUI. Mukti  Ali, menteri agama yang pada waktu itu memimpin rapat menjawab bahwa lembaga ini akan menjadi wadah para ulama di Indonesia.

Mendengar jawaban itu, Kiai As’ad menjawab dengan nada diplomatis:

“Lalu siapa di antara kita ini yang ulama? Kalau saya jelas bukan, barangkali Buya Hamka itu yang ulama ya?”

Mendengar pernyataan Kiai As’ad itu, Buya Hamka menimpali:

“Wah, kalau Kiai As’ad saja bukan ulama apalagi saya!”

Dari dialog pendek itu, tampak ketawaduan Kiai As’ad. Ia dengan sangat tegas, mengaku bahwa dirinya bukan ulama. Dalam beberapa kesempatan, memang berkali-kali menolak disebut ulama.

Oleh karena itu, tidak heran setelah Muktamar NU tahun 1984, Mahbub Djunaidi dan Chalid Mawardi hendak meminta izin untuk menuliskan sejarah hidupnya, Kiai As’ad menolak. Dan beliau mengatakan dengan nada tegas:

Baca juga:  Potret perjuangan Ulama (7): Ramalan Imam Abu Hanifah kepada "Santri" Miskin

“Buat apa cerita hidup saya ditulis? Apanya yang mau ditiru dari orang seperti saya? Saya tidak ingin membaca cerita hidup saya sendiri? Kalau saya membaca riwayat hidup saya sendiri bisa-bisa telinga saya lebar dan saya bisa riya’, padahal riya’ itu maksiat, maksiat itu haram dan haram itu dosa.”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top