Sedang Membaca
Ulama Banjar (16): KH. Abdus Syukur Jamaluddin
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (16): KH. Abdus Syukur Jamaluddin

Kh. Abdus Syukur Jamaluddin Png

(L. 1901)

Abdus Syukur Jamaluddin lahir di Amuntai, tahun 1901.Nama isterinya Hj. Siti Rahmah dan nama anak-anaknya adalah H. Abdul Gaffar Syukur, BA, H. Abdur Rahman, Masyrufah, Abdul Kadir, Masniah, Alamat: Jl. Teluk Tiram Darat Gang Muallim RT. 03.

Riwayat pendidikan semua dihabiskan dalam memperdalam ilmu agama Islam, baik secara formal maupun nonformal yaitu Pondok pesantren Darussalam, Mengaji duduk di kampung dengan beberapa orang ulama sepuh, dan mengaji di Masjidil Haram Mekkah selama 16 tahun.

Pengalaman berorganisasi pernah aktif di ormas terbesar Nahdlatul Ulama, dan sempat membawa nama baik Nahdlatul Ulama di mata masyarakat. Sedangkan riwayat perjuangan selalu diarahkan dan difokuskan untuk kepentingan agama Allah SWT, syiar Islam dan tegaknya amar ma’ruf nahi munkar.

KH. Abdus Syukur Jamaluddin memiliki pendirian yang tegas untuk agama dan dakwah, tak ada kompromi dalam menegakkan agama Allah di muka bumi. Karena itulah beliau tak hanya berpengaruh di kalangan anak muda saja, tapi juga di kalangan orang dewasa, serta sesama ulama sendiri. Bidang pekerjan yang beliau tekuni: sesepuh ulama, guru nahwu-sharaf, tafsir, dan ilmu arabiah, pengajian kitab kuning di rumah, masjid dan mushalla dan lain-lain.

Untuk pengalaman berorganisasi, beliau pernah aktif di panggung politik, yaitu menjadi tokoh ulama di PPP dan Golkar, dan Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan riwayat perjuangan antara lain pada masa pergerakan (1908-1945), masa revolusi (1945-1950), dan masa kemerdekaan (mulai 1950). Penghargaan yang pernah diperoleh adalah sebagai Penyuluh Agama Honorer (PAH) berprestasi dari Kantor Departemen Agama Kota Banjarmasin.

Baca juga:  Tujuh Ajaran Humanis Sufistik dari Sunan Drajat

KH. Abdus Syukur memiliki postur tubuh agak pendek dan tidak gemuk, namun oleh kaum muslimin dan muslimat, khususnya di lingkungan beliau berdomisili, lebih akrab disapa dengan sebutan muallim. Bahkan kuat dugaan nama gang “Muallim” yang ada di sekitar kediaman beliau, erat sekali kaitannya dengan panggilan nama beliau tersebut.

Prinsip hidup yang dipegang dan selalu dipertahankan beliau adalah, tetap istiqamah di jalan Allah, memperjuangkan agama Allah SWT sesuai Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Keahlian beliau dalam ilmu agama banyak dimanfaatkan para penutntut ilmu untuk belajar dengan beliau, dan banyak murid-murid beliau yang dikemudian hari juga menjadi ulama, termasuk anak sulung beliau sendiri, yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan Guru Gaffar.

KH. Abdul Syukur Jamaluddin memiliki semboyan hidup yang amat sederhana, tidak muluk-muluk, namun sangat berkesan di hati. Bahkan bila hal ini dipraktekkan akan mendatangkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat, yaitu “sebarkan agama dengan ikhlas”. Para ulama dan juru dakwah perlu sekali menggarisbawahi semboyan yang dikemukakan beliau tersebut. Semboyan ini pun tidak dapat dipisahkan dengan wasiat yang pernah beliau sampaikan, yakni “Jalankan syariat agama Islam dengan sebenar-benarnya”.

KH. Abdul Syukur Jamaluddin meninggal dunia pada hari Senin, tanggal 23 Juli 1990. Jenazah beliau dikuburkan di Alkah Masjid Jami jalan Teluk Tiram Darat Kelurahan Telawang kota Banjarmasin. Kepribadian tokoh ulama yang satu ini tentu saja banyak sekali memancarkan pengamalan akhlakul karimah, lebih-lebih dalam berdakwah, mengajak masyarakat ke jalan yang benar guna menggapai rido Allah.

Baca juga:  Ulama Banjar (201): KH. Muhammad Fadli Muis

Bagi masyarakat Teluk Tiram, baik Teluk Tiram Darat maupun teluk Tiram Laut pada khususnya dan warga kota Banjarmasin pada umumnya, tidak asing lagi dengan ketokohan ulama sepuh KH. Abdul Syukur Jamaluddin ini. Beliau selalu dikenang dan diingat, sebab jasa-jasa beliau tidak terhingga termasuk dalam membina masjid Jami Teluk Tiram yang hingga kini berdiri dengan megahnya, padat dengan berbagai kegiatan keagamaan, baik di siang maupun malam hari. Oleh karena itulah jemaah masjid ini banyak sekali, dan sering dipergunakan sebagai tempat kegiatan pertemuan para ustadz-ustadzah TKA/TPA Alquran, mulai tingkat kecamatan hingga kota Banjarmasin.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top