Suatu hari, ada orang mengaku nabi di zaman Al-Mansur. Al-Manshur adalah khalifah kedua Dinasti Abbasiyah. Lengkap khalifah ini Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad al-Manshur, memerintah dari tahun 754 hingga 775 M.
Pria yang mengaku sebagai Nabi Ibrahim itu akhirnya dibawa ke Al-Manshur. Setelah melalui debat yang cukup panjang, Al-Manshur yang terkenal garang tiba-tiba berkata, “Ya sudah, Nabi Ibrahim punya mukjizat kebal api. Ayo kamu saya masukkan api, kalau selamat kami akan iman padamu.”
Si nabi gadungan kebingungan, “Jangan mukjizat itulah. Mukjizat yang lain saja.”
“Ya sudah, coba keluarkan mukjizat Nabi Musa, bisa mengeluarkan tangan yang bercahaya dari kantong,” balas Al-Manshur.
Nabi gadungan alasan lagi, “Jangan mukjizat Nabi Musa lah. Coba nabi yang lain saja.”
Al-Manshur, dengan jengkel, akhirnya mengatakan ini: “Ya sudah. Coba mukjizat Nabi Isa yang diberi kemampuan menghidupkan orang mati..”
Si nabi gadungan menjawab: “Nah, begitu dong.. Oke, saya akan menghidupkan orang mati.”
Al-Mansur lalu bertanya, “Baik. Apa yang akan kamu lakukan?”
Lalu nabi gadungan itu menunjuk Rabi’ bin Yunus, seorang bodyguard terkenal yang selalu mengawal Al-Mansur, dan berkata: “Aku akan membunuh orang ini dan akan kuhidupkan lagi dia..”
Rabi’ bin Yunus, pengawal yang terkenal ksatria itu, seketika menjawab, “Wahai kawanku.. Sesungguhnya aku orang yang pertama beriman dan percaya padamu. Mukjizatmu jangan dicobakan ke aku. Ke orang lain yang belum beriman saja.”
Al-Mansur terpingkal-pingkal melihat hal ini dan memberi si nabi gadungan hadiah. Unik juga ya, persoalan serius, diselesaikan dengan ringan sekali, tidak dihukum berat karena telah menistakan agama, eh, malah dikasih hadiah.