Humor Gus Im: Menggembleng Mahasiswa Baru dengan Menggojlok

Tahun 1994, saya punya teman baru. Namanya Deny, mahasiswa baru Fakultas Ekonomi Unibraw. Namanya mahasiswa baru, ya masih culun bila dipandang dari segi manapun. Namun, dia berani datang, ikut diskusi di Padepokan Topo Pendem, tempat kami berkumpul bersama kawan-kawan GERAKAN 80/90an. Di sinilah Gus Im dan kami anak-anak Malang, bahkan dari luar kota sering bertemu dan dan berdiskusi.

Meski culun datang –karena masih baru– Deny rajin nimbrung dalam diskusi. Deny punya minat pada tema-tema diskusi kami, tentang perlawanan pada penguasa Orba, Keris, analisis sosial.  Bahkan ia khusyuk dengerin obrolan punden, wirid, nilai sejarah leluhur, sejarah ideologi perlawanan. Tema yang sebetulnya musykil bagi mahasiswa ekonomi yang lazimnya duduk manis di kelas. Oh iya, sebetulnya diskusi terbuka loh, siapa saja boleh datang. Syaratnya satu: berani.

Suatu malam,  saat hampir subuh, kami belum tidur juga. Dan Deny yang semangat, serius bertanya pada Gus Im.

Deny: “Gus, nenek saya jualan. Tapi  sekarang nggak begitu laku…”

Gus Im: “Dodol opo? Jual apa?

Deny : “Mlinjo, sayur mayur… Agar laris bagaimana caranya?”

Gus Im menjawab sekenanya: “YO DIIKLANO…”

Gus Im meminta Deny mengiklankan jualan neneknya. Deny agak bagaimana gitu mendengar jawaban Gus Im. Bertanya serius-serius tapi  jawabannya begitu. Apalagi setelahnya Gus Im langsung ngajak tidur.

Hari menjelang pagi, lampu masih nyala, Deny pun seperti punya inisiatif.

Deny: “Gus, lampune masih nyala, saklarnya saya matiin…”

Gus Im: “Sak jane cita-cintamu iku pengin dadi pegawe PLN ta?”

Deny membanting pintu. Kami gak jadi tidur, semua ngakak melihat tingkah mahasiswa baru itu..