Dulu saya bertanya-tanya, kenapa Alquran suka bermain kata. Sering kali kitab ini mengganti kata atau lafal yang bila dicermati maksud atau artinya sama. Saat itu, saya hanya meyakinkan diri, mantap bahwa itu adalah sastra tinggi Alquran yang belum saya ketahui. Tidak ada yang bisa membuat sastra indah sebagaimana Alquran.
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (QS. Al-Isra’:88)
Salah satu contoh permainan kata ada dalam surat Al-Kautsar juz 30:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Artinya: (1) Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: (2) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Artinya: (3) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Saya merasakan ada keanehan pada ayat pertama dan kedua dalam surat terpendek ini. Dalam ayat pertama, Allah berkata dengan menggunakan “kami (Allah)”. Kemudian pada ayat kedua beralih menjadi “Tuhanmu”. Sejenak, ini terkesan sangat fatal bagi yang tidak mengerti permainan kata, sangat mungkin tumbuh asumsi bahwa ada tuhan lain, dan Allah sendiri memerintahkan untuk salat dan berkurban kepada tuhan tersebut. Na’udzubillah.
Pertanyaan tentang rahasia permainan kata Alquran terjawab saat belajar ilmu Balaghah, al-Badi’ dan Al-Maani. Di sana, saya menjumpai pembahasan iltifat. Iltifat di sini berarti mengungkapkan sebuah makna dengan salah satu dari tiga cara(takallum atau yang berbicara, khitab atau yang diajak bicara, dan ghaib atau orang ketiga), kemudian berpindah dengan menggunakan cara lainnya. Ilmu sastra Arab itu menyebutkan ada enam model iltifath: (1) takallum ke khitab, (2) takallum ke ghaib, (3) khitab ke takallum, (4) khitab ke ghaib, (5) ghaib ke takallum, dan (6) ghaib ke khitab.
Adapun tujuan dan faedah iltifat adalah menarik hati pendengar agar lebih memperhatikan ucapan. Pada dasarnya hati digariskan menyukai hal-hal yang baru. Memang dalam setiap hal yang baru itu ada sebuah kenikmatan.
Pembahasan iltifat dalam kajian Balaghah telah menjawab pertanyaan permainan kata Alquran. Namun, ada hal yang lebih menarik yang saya temukan, yakni Allah begitu lihai menyusun kata perkata, sehingga bila kita mencermati jumlah kata dalam kitab-Nya maka akan menemukan keajaiban yang luar biasa.
Beberapa ilmuan atau intelektual telah mencermati jumlah lafal yang dipakai Alquran. Salah satunya Rasyad Khalifah. Sebagaimana dimuat dalam buku “Kearifan Syariat”, ia telah menemukan keajaiban dalam بسم الله الرحمن الرحيم. Jumlah huruf dalam basmalah berjumlah 19. Hebatnya, setiap katanya mengisi Alquran dengan jumlah yang bisa dibagi dengan angka 19. Kata ism (اسم) diulang 19 kali. Kata Allah (الله) sebanyak 2.689 kali. Kata al-rahman (الرحمن) ada 57 kali, dan kata al-rahim (الرحيم) sebanyak 114.
Dr. Abdul Rozaq Naufal dan Dr. Abu Zahra al-Najdi juga menemukan keajaiban lainnya. Ada kesamaan atau keseimbangan jumlah dalam kata yang mempunyai Antonim, seperti kata al-hayah (hidup) dan al-maut (mati) jumlah sama-sama 145 kali, kata al-naf’ (manfaat) dan al-madharrah (bahaya) sama-sama diulang 50 kali. Ada keseimbangan jumlah dalam sebuah kata dengan kata yang maknanya sama, seperti al-harst dan al-zira’ah (bertani) masing-masing diulang 14 kali, al-aql dan al-nur (akal dan cahaya) masing-masing 16 kali. Ada keseimbangan jumlah dalam sebuah kata dengan kata yang menjadi akibatnya, seperti al-infaq (infak) dan al-ridha (rida) masing-masing 73 kali, kata al-bukhl (kikir) dan al-hasarah (menyesal) masing-masing 12 kali. Ada keseimbangan jumlah sebuah kata dengan penyebabnya, seperti al-asra (tawanan) dan al-harb (perang) masing-masing 6 kali, al-salam (damai) dan al-thayibat (kebaikan) masing-masing 60 kali.
Saya hanya mencantumkan dua contoh dalam masing-masing keseimbangan atau kesamaan kata-kata di atas. Namun, sebenarnya masih banyak contoh lainnya.
Ada juga kesamaan atau keseimbangan kata secara khusus dengan fakta dan syariat, semisal kata yaum (hari) dalam Alquran berjumlah 365, sama persis dengan jumlah hari dalam setahun, kata syahr (bulan) terdapat 12 kali, kata sujud yang dilakukan oleh mereka yang berakal disebutkan 34 kali, sebagaimana sujud yang dilakukan umat Islam dalam sehari-semalam dalam shalat lima waktu, kata shalawat (beberapa shalat) ditemukan lima kali, kata qashr (meringkas) ditemukan 11 kali sama dengan jumlah rakaat orang yang melakukan shalat qashar selama sehari, dan masih banyak lagi keseimbangan kata dalam Alquran.
Pengolahan kata seperti ini membuktikan betapa teraturnya Alquran. Mukjizat ini luar biasa, siapakah yang bisa membuat sebuah sastra dengan keteraturan seperti ini, tidak ada. Oleh karena itu, mengurangi atau mengganti lafal dalam Alquran bisa mengacaukan tatanan indah ini, di samping merusak maknanya. (RM)