Sedang Membaca
Ulama yang Wafat dalam Keadaan Sujud (4): Mujahid, Tabi’in Pakar Tafsir al-Quran

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Ulama yang Wafat dalam Keadaan Sujud (4): Mujahid, Tabi’in Pakar Tafsir al-Quran

Whatsapp Image 2022 03 29 At 21.57.43 (1)

Para pemerhati ilmu al-Qur’an dan tafsir pasti tak asing dengan nama Mujahid, seorang ulama yang kerap dirujuk dalam kajian tafsir. Di samping memiliki keahlian khusus dalam tafsir, ia juga seorang ahli fikih, ahli hadist, sosok kredibel, seorang Zahid, ahli ibadah, warak dan seorang bijak bestari.

Ia dilahirkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kira-kira pada tahun 21 hijiriyah. Bernama lengkap bin Jabir, budak dari Qais bin Saib al-Makhzumi, seorang imam besar dalam ilmu-ilmu al-Qur’an dan para ahli tafsir. Nama kunyah-nya adalah Abu al-Hujjaj.

Mujahid belajar dari beberapa tokoh sahabat, seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Jabir al-Anshari, dan paling utama sebagai sumber pengetahuan Mujahid adalah seorang maestro tafsir dan ilmu al-Qur’an, Abdullah bin Abbas.

Kepada Ibnu Abbas, Mujahid tak hanya belajar ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsirnya tetapi ia juga belajar fikih, hadis. Bahkan saking dekatnya hubungan keduanya, Yahya bin Main berkata bahwa Mujahid adalah santri kinasih Ibnu Abbas.

Di samping Ibnu Abbas, yang menjadi guru utama Mujahid, ia juga berguru kepada beberapa sahabat lain seperti Aisyah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr, Rafi’ bin Khudaij, Jabir bin Abdillah, Abu Sa’id al-Khudri, Ummu Hani’ dan Usaid bin Hudhair.

Baca juga:  Zaid bin Tsabit: Sekretaris Pribadi Rasulullah

Dalam sebuah kesempatan, Mujahid pernah mengakui bahwa ia menyetorkan pemahaman al-Qur’annya pada Ibnu Abbas sekitar 30 kali. Dari saking mendalam pengetahuan Mujahid dalam bidang ini, ia pernah direkomendasikan oleh al-Tsauri sebagai orang yang perlu dirujuk pengetahuan al-Qur’annya.

وقال الثوري: خدو التفسير غن أربعة سعيد بن جبير ومجاهد وعكرمة والضحاك بن مزاحم

Al-Tsauri berkata: “Ambillah ilmu tafsir al-Qur’an dari empat orang berikut: Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah dan al-Dhahhak bin Mazahim.”

Qatadah dalam kesempatan lain pernah memujinya. Ia menyebut:

أَعْلَمُ مَنْ بَقِيَ بِالتَّفْسِيْرِ مُجَاهِدٌ

“Paling alimnya manusia yang ada hari ini terkait tafsir al-Qur’an adalah Mujahid”.

Di samping dikenal dengan keilmuannya yang amat mumpuni, Mujahid juga dikenal dengan integritasnya di kalangan ulama. Misal seperti yang menjadi kisah dari Salamah bin Kuhail. Ia menulis:

ما رأيت أحدا يريد بهذا العلم وجه الله الا هؤلاء الثلاثة: عطاء بن أبي رباح وطاوس بن كيسان ومجاهد بن جبر

“Aku tak pernah melihat seorangpun yang mereka dengan ilmunya hanya berharap ridha Allah kecuali tiga orang. Mereka adalah Atha’ bin Abi Rabah, Thawus bin Kaisan dan Mujahid bin Jabir”.

Menurut beberapa sejarawan, Mujahid wafat tahun 100 hijriyah atau 102 hijriyah dalam usia 83 tahun. Ia wafat dalam keadaan sujud. Misalnya seperti yang ditulis oleh al-Zarikli dalam al-A’lam:

Baca juga:  Buya Syafi’i di Mata Alissa Wahid

ويقال: أنه مات وهو ساجد

“Dan dikatakan bahwa Mujahid wafat dalam keadaan sujud”.

Ibnu al-Jawzi dalam Shafwah al-Shafwah juga memberi kesaksian yang sama: bahwa dia wafat dalam keadaan sujud.

مات مجاهد سنة اثنتين ومائة يوم السبت وهو ساجد

“Mujahid wafat pada tahun 102 hijriyah pada hari Sabtu ia wafat dalam keadaan sujud”.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top