Sedang Membaca
Ulama Banjar (73): KH. Tarmizi Abbas
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (73): KH. Tarmizi Abbas

Kh. Tarmizi Abbas

(L. 1920)

KH. Tarmizi Abbas merupakan mantan Imam Besar Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin lahir pada tahun 1920, tidak ditemukan tanggal dan bulannya. Beliau terkenal sebagai guru seni baca Alquran (tilawah) di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Rumah beliau beralamat di jalan Kompleks Agraria Banjarmasin. Dalam membaca ayat-ayat suci Alquran, lebih-lebih ketika mengimami shalat suara beliau sangat khas. Alunan suara merdu dengan irama yang sesuai dengan makhraj huruf serta tajwidnya, membuat siapapun enak dan bahkan terasa syahdu mendengarkannya. Inilah kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada beliau, dan tidak banyak orang yang memiliki keistimewaan seperti ini.

KH. Tarmizi Abbas adalah anak pertama dari dua bersaudara, beliau terlahir dari pasangan suami isteri yang taat beragama yakni H. Abbas bin HM. Saleh dengan Hj. Rahmah binti H. Marwan Amin. Saudarinya bernama Hj. Acil. Oleh karena itulah beliau keturunan langsung dari zuriat ulama sepuh dan tokoh masyarakat yang tidak asing lagi di kawasan Banua Anyar dan sekitarnya, yakni Datu Anggah Amin, yang hidup dan berdakwah ratusan tahun lalu.

Sebagai anak dari lingkungan keluarga yang agamis, sudah pasti sangat memperhatikan pendidikannya. Oleh karena itu dari segi pendidikan ini setelah beliau tamat Sekolah Rakyat (SR), disuruh lagi melanjutkan ke Madrasah Sholatiah di Mekkah. Di Tanah Suci ini beliau pun tidak menyia-nyiakan waktu, melainkan memanfaatkannya memperdalam ilmu agama dengan ngaji duduk di Masjidil Al-Haram 1938-1948. Jadi KH. Tarmizi Abbas bias dikatakan menempuh pendidikan formal dan nonformal selama lebih kurang 10 tahun. Dengan demikian waktu yang cukup lama itu menjadikan beliau sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan agama sangat luas sekali.

Baca juga:  Ulama Banjar (177): KH. Muhammad Haderawi, HK

Kepiawain KH. Tarmizi Abbas di bidang seni baca Alquran diperoleh setelah tekun mempelajarinya dari beberapa orang guru terkemuka dan memang membidanginya. Guru-buru beliau dalam bidang ini antara lain Syekh Muhammad Yusuf, Syekh Hassan Massath, dan qari lainnya di Mekkah.

Teman seperjuangan atau seangkatan beliau ketika mempelajari hal tersebut ialah Syekh Abd. Karim, Guru K. H. Salman Jalil, dan Guru H. Seman Mulia.

Meski sudah memperdalam seni baca Alquran di Mekkah dengan sejumlah qari dan guru-guru terkenal, ternyata itu masih belum cukup. Ini terbukti sekembalinya dari Mekkah, KH. Tarmizi Abbas masih belajar dengan beberapa orang guru lagi. Dalam hal ini khususnya di bidang ilmu tajwid dan fasahah. Ada dua orang guru beliau yang khusus mengajarkan ini, yaitu  KH. M. Aini Marwan Kandangan dan KH. Hasan Mugeni Marwan Banjarmasin.

Ilmu pengetahuan yang dimiliki KH. Tarmizi Abbas tidak disimpan begitu saja, akan tetapi dengan senang hati beliau mengajarkannya kepada masyarakat yang berminat di bidang seni baca Alquran dengan keahlian di bidang tajwid dan makhraj al-huruf. Sudah barang tentu kesempatan ini dimanfaatkan oleh calon qari dan qariah yang ada di daerah ini. Itulah sebabnya banyak sekali murid yang minta dibimbing, belajar langsung dengan beliau.

Baca juga:  Pujangga Kesusastraan Islam Jawa (2): R.Ng Yasadipura II, Centhini, dan Sintesis Mistik

Sebagian besar qari-qariah senior Kota Banjarmasin dan beberapa daerah lainnya di Kalimantan Selatan yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional belajar dengan KH. Tarmizi Abbas. Di antara murid-murid beliau yang berprestasi dalam lomba seni baca Alquran dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Alfisyah Arsyad.
  • HM. Djamani .
  • Hj. Wahidah Arsyad.
  • Siti Aisyah Sanusi.

Murid-murid yang belajar seni baca Alquran tersebut merasa senang, sebab di samping keramahan dan ketulusan KH. Tarmizi Abbas, juga tempat belajarnya tidak mengikat. Pembelajaran biasanya dilakukan di rumah beliau sendiri dan terkadang bisa juga di tempat-tempat lain, sesuai dengan keinginan serta kesepakatan dengan murid-muridnya.

Kelebihan dan sekaligus popularitas KH. Tarmizi Abbas sebagai pakar tilawah tersebut menyebabkan beliau sering kali terlibat langsung pada setiap penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Beliau selalu mendapat kehormatan ditunjuk dan dipercaya sebagai ketua dewan hakim. Hal ini berlangsung cukup lama, yaitu dari tahun 1970 hingga tahun 1995, baik untuk MTQ tingkat kabupaten/kota se Kalimantan Selatan maupun untuk tingkat provinsi. Tak hanya itu, akan tetapi KH. Tarmizi Abbas pernah juga diamanahi sebagai anggota dewan hakim pada pelaksanaan MTQ tingkat nasional, seperti yang dilaksanakan di Aceh, Banjarmasin dan Semarang.

Sejak tiba dari menuntut ilmu agama di Mekkah tahun 1948 hingga tahun 1998, K. H. Tarmizi Abbas langsung aktif sebagai khatib dan mubaligh di beberapa masjid di Banjarmasin terutama Masjid Al-Amin Banua Anyar dan khatib tunggu Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Bahkan yang tidak kalah pentingnya beliau mengabdikan diri sebagai Imam Besar Masjid Raya Sabilal Muhtadin, tepatnya sejak tahun 1981 sampai tahun 1998, menjelang kematiannya.

Baca juga:  Mo Amer: Merebut Kembali Identitas Palestina

Selain menekuni dunia tilawatil quran dan mengamalkannya, K. H. Tarmizi Abbas juga aktif dalam beberapa kepengurusan organisasi keagamaan, yaitu seperti:

  • Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.
  • Lembaga Pengemabangan Tilawatil Quran (LPTQ).
  • Nahdlatul Ulama (NU) provinsi Kalimantan Selatan.

Sebagai seorang ulama yang berilmu pengetahuan dan mengamalkan sunnah Rasulullah, K. H. Tarmizi Abbas selalu berupaya untuk berbuat setulus mungkin. Dalam berdakwah, mengajar atau menjadi pengurus sejumlah organisasi beliau tanpa pamrih. Beliau memberikan keteladanan kepada penerusnya supaya selalu ikhlas dalam mengabdi, tanpa harus menunggu atau mengharapkan pemberian orang lain, sekalipun misalnya diberi janji, iming-iming dan lain sebagainya.

KH. Tarmizi Abbas meninggal dunia berpulang ke rahmatullah pada tahun 1998 dalam usia 80 tahun. Jasad beliau dimakamkan di samping kubah Datu H. Muhammad Amin yang berlokasi di Benua Anyar Banjarmasin. Beliau meninggalkan seorang istri Hj. Nur’ainah binti HM. Noor Marwan, dan 6 orang anak yaitu: Hj. Miskiah, Drs. H. Misbahul Munir, H. Muhammad Siraj, Muhammad S. Sos, Fuad Syakir, dan Muhammad Surur.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top