Dalam waktu dekat ini, Pengurus Wilayah Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN) Provinsi Maluku akan mengadakan kegiatan Webinar Nasional dengan mengangkat tema, “Tadzkiyatun Nafs: Solusi Ke-Beragama-an bagi Generasi Milenial dalam Konteks Ke-Indonesia-an”. Kegiatan Webinar Nasional ini akan dilaksanakan melalui virtual zoom dengan Meeting ID (852 4327 6751), Passcode (NU01), pada Sabtu 20 Mei 2023 jam 14.00 WIB (16.00 WIT) mendatang.
Tema tersebut kami angkat dalam kegiatan Webinar Nasional ini karena mencermati ada banyak masalah yang dihadapi generasi milenial sekarang ini. Masalah utama yang dihadapi adalah soal ideologi radikalisme yang mulai masuk ke alam pikir generasi milenial di Indonesia. Hal ini tentu akan mengganggu wawasan kebangsaan generasi milenial tentang nasionalisme dan patriotisme terhadap keberlangsungan serta keutuhan NKRI di masa mendatang.
Fakta tentang sebagian generasi milenial di Indonesia yang telah terkontaminasi gerakan radikalisme sudah terlampau banyak terjadi. Sebagian diantara mereka terkontaminasi melalui platform-platform digital seperti Facebook, Whatsapp, Telegram, Instagram, dan sejenis lainnya.
Ada satu kasus yang tidak perlu kami sebutkan namanya disini, seorang gadis berusia remaja terkontaminasi ajaran radikalisme melalui salah satu platform digital (media sosial) sehingga mengharuskannya untuk terlibat dalam ISIS di Suriah. Karena wawasan keagamaan dan ke-Indonesia-an yang minim maka ia pun terbius ajaran radikalisme tersebut.
Dia meyakini bahwa ajaran radikalisme itu benar, dan baginya bahwa yang membuat umat Islam hancur karena pemerintah tidak menerapkan “Negara Islam”. Sehingga baginya pemerintah sekarang adalah thogut dan kafir yang patut diperangi. Gadis remaja ini lalu mengajak kedua orang tuanya terlibat dalam gerakan radikalisme tersebut. Karena orang tuanya pun memiliki pemahaman agama dan ke-Indonesia-an yang juga minim, maka sekeluarga pun terlibat dalam gerakan radikalisme tersebut.
Luar biasanya gadis remaja ini karena ia tidak hanya mempengaruhi orang tuanya saja, melainkan juga 25 kerabat lainnya seperti nenek, paman, bibi, sepupunya, dan saudara perempuannya untuk terlibat dalam gerakan radikalisme tersebut. Bahkan mereka rela menjual rumah di Jakarta untuk berangkat ke Suriah dan terlibat dalam gerakan radikalisme ISIS di sana.
Itu baru satu ‘case’ yang kami sodorkan disini, tentu masih ada banyak kasus-kasus serupa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran radikalisme mulai masuk di kalangan generasi milenial kita sekarang ini benar adanya. Bukan ilusi atau bahkan fiksi. Tapi benar-benar faktual adanya. Belum lagi jika kita perhatikan kondisi demografi Indonesia di masa mendatang akan didominasi tiga entitas masyarakat utama, yakni masyarakat urban (56,7%), middle class (62,8%), dan milenial (34,7%).
Informasi tentang kondisi demografi Indonesia di masa mendatang itu kami peroleh dari salah satu pengurus MATAN Maluku (M. Kashai Ramdhani Pelupesssy) saat mengikuti kegiatan Moderasi Beragama di Yogyakarta pada Desember 2022 lalu yang diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Diktis Kemenag dan LPDP-Kemenkeu RI. Belum lagi soal total pengguna internet di Indonesia sekarang ini mencapai 202,6 juta jiwa dan pengguna media sosial sebesar 170 juta orang.
Fakta tentang pengguna media sosial itu tentu didominasi oleh masyarakat urban dan juga generasi milenial kita sekarang ini. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia di masa mendatang akan menghadapi tantangan internal dan ancaman eksternal yang berat. Jika Indonesia melalui pemerintah, ormas Islam (NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya), organisasi mahasiswa (HMI, PMII, GMNI, IMM, dan lainnya), semua lengah dan diam (menjadi ‘silent majority’), maka situasi ini akan menjadi boomerang bagi keutuhan dan kesatuan NKRI di masa mendatang.
Dengan kata lain, Indonesia akan bisa bubar jika semua lengah dan diam menghadapi arus radikalisme yang mulai masuk menggerogoti alam pikir generasi milenial melalui platform-platform digital. Mencermati fenomena ini, maka kami menyelenggarakan kegiatan Webinar Nasional dengan tujuan mengisi wawasan keagamaan tentang tasawuf (tadzkiyatun nafs) yang dapat menjadi solusi melahirkan perilaku beragama yang toleransi serta inklusif di tengah kondisi pluralitas di Indonesia.
Intinya, kegiatan ini berusaha menangkal isu-isu radikalisme pada generasi milenial dengan strategi memberi pemahaman tasawuf dan ke-Indonesia-an bagi generasi milenial, sehingga tercipta nasionalis dan patriotisme yang tinggi terhadap NKRI di masa mendatang secara terus-menerus. Tentang bagaimana tasawuf dengan teknik ‘tadzkiyatun nafs’ dapat menangkal isu-isu radikalisme pada generasi milenial (?), ini dapat Anda ketahui apabila anda sekalian mengikuti kegiatan Webinar Nasional ini sesuai jadwal yang telah kami sampaikan di awal tulisan ini.
Selain itu, kegiatan ini juga akan menghadirkan pembicaraan tentang bagaimana kita dapat mendeteksi simtom-simtom radikalisme sejak dini, serta bagaimana genealogi radikalisme di Indonesia. Topik-topik ini perlu kita ketahui bersama sehingga kita dapat mengetahui bagaimana radikalisme itu berkembang di Indonesia, apa ciri-ciri utamanya, serta bagaimana upaya kita menangkalnya melalui ‘tadzkiyatun nafs’ sebagai teknik mawas diri dalam ajaran tasawuf.
Betapa menarik dan pentingnya topik-topik dalam pembicaraan tersebut, maka kegiatan Webinar Nasional ini akan menghadirkan para pembicara yang tidak sekedar tahu tentang isu-isu tersebut dalam tataran logika, namun juga pernah dan terlibat sebagai pelaku utama di dalamnya. Para pembicara yang kami hadirkan adalah; (1) Tuan Guru Chairudin Talaohu, Lc (Mudir JATMAN Maluku); (2) Ustad Sofyan Tsauri (Eks-aktivis Radikalisme); (3) Ustad Arif Budi Setyawan (Mantan Napiter dan Peneliti di Kreasi Prasasti Perdamaian); dan (4) Dr. H. Abdul Rauf, M.Ag (Ketua Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme – FKPT Maluku). Mari terlibat dalam kegiatan Webinar Nasional ini. Sekian.