Sedang Membaca
Muhammad SAW dan Nasrani (2): Nasrani di Sekeliling Muhammad SAW

Lahir di Subang, 22 Juli 1981. Lulusan pesantren Lirboyo dan ma'had aly Sukorejo, Situbondo. Ayah dua orang anak ini sekarang sedang menempuh pendidikan s3 di SPS UIN Jakarta.

Muhammad SAW dan Nasrani (2): Nasrani di Sekeliling Muhammad SAW

Whatsapp Image 2020 12 22 At 10.42.35 Pm

Nasrani merupakan agama yang hadir sebelum Islam. Berawal dari Jerusalem, tempat kelahiran Isa al-Masih, agama ini kemudian berkembang di berbagai tempat. Mekah dan Madinah juga menjadi tempat yang tidak luput dari dakwah Nasrani ini. Meskipun saat itu agama mayoritas ialah paganisme atau penyembah berhala, namun tercatat, ada beberapa suku yang telah menganut agama Nasrani. Diantaranya ialah bani Aus dan Khajraj di Madinah dan komunitas Nasrani di Najran.

Bersama dengan Yahudi, Nasrani menjadi agama yang mendapatkan sebutan khusus oleh Nabi, yakni ahlul kitab, yakni komunitas beragama yang telah memiliki panduan kitab dari langit. Mereka adalah komunitas yang pada masa-masa awal perkembangan islam memberikan support kepada Nabi Muhammad yang saat itu selalu berada dalam penolakan dari kelompok penyembah berhala di Mekah.

Berikut ini adalah beberapa penganut agama Nasrani yang berada di sekeliling Nabi dan memberikan support yang besar terhadap proses dakwah Nabi:

  1. Pendeta Buhaira

Pendeta Buhaira, disebut juga sebagai Bahira, adalah seorang mantan Yahudi yang pindah menjadi Rahib Kristen Nestorian. Ia tinggal di Bushra, selatan Syam (sekarang Syria). Sejarawan Islam, Ibn Hisyam menyebutkan bahwa pertemuan antara Muhammad kecil dengan Buhaira terjadi ketika Nabi berumur 12 tahun.

Ibn Ishaq dalam Sirah Nabawiyah menceritakan bahwa ketika Abu Thalib pergi berdagang ke Syam, beliau membawa Muhammad kecil bersamanya karena khawatir terjadi sesuatu jika ia meninggalkannya di Mekah. Sesampainya di Bushra, kafilah dagang Abu Thalib beristirahat di dekat kuil yang diiami oleh Buhairah. Saat itulah Buhaira melihat keistimewaan dalam diri Muhammad. Kemanapun Muhammad berjalan, ia akan diiringi oleh awan yang memayunginya sehingga ia tidak kepanasan. Hingga akhirnya Muhammad beristirahat di bawah sebatang pohon, disitulah Buhaira yakin bahwa inilah Nabi yang ditunggu-tunggu karena ia pernah mendengar kabar bahwa tidak akan beristirahat dibawah pohon itu kecuali seorang Nabi. Bahkan ada kisah yang menyebutkan bahwa ranting-ranting pohon tersebut menunduk, berusaha menutupi Nabi. Saat ini, terdapat sebuah pohon yang terletak 150 KM dari kota Amman, Yordania yang dipercaya sebagai pohon tempat Muhammad beristirahat dan disebut sebagai “pohon Sahabi”, ada pula yang menyebutnya “The Only Living Sahabi”, yakni satu-satunya Sahabat Nabi yang masih hidup. Benar atau tidaknya bahwa pohon tersebut adalah pohon tempat dulu Muhammad kecil beristirahat, wallahu a’lam bi shawab.

Buhaira juga berpesan agar Abu Thalib menjaga keponakannya tersebut sebaik mungkin karena ia yakin bahwa Muhammad kecil itu kelak akan menjadi Nabi sebagaimana yang sudah diramalkan dan tersebutkan dalam Taurat maupun Injil. Sebagai tambahan, saat itu memang terjadi perselisihan antara Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik di Mekah. Mereka sama-sama menantikan Rasul dan agama baru, namun masing-masing berharap bahwa Rasul baru tersebut berasal dari kelompok mereka.

  1. Waraqah bin Naufal
Baca juga:  Hagia Sophia: Bermula Gereja, Masjid, Museum, Kembali Jadi Masjid Lagi

Waraqah merupakan satu diantara para hunafa (jamak dari penganut agama hanif) yang berjumlah empat orang sebagaimana disebutkan oleh Ibn Ishaq. Tiga lainnya ialah Abdullah bin Jahsy, Zayd bin Amir, dan Utsman bin Huwayrits.

Waraqah menjadi penting dalam sejarah Nabi Muhammad karena dialah yang didatangi oleh Khadijah Istri Nabi saat Khadijah kebingungan melihat Nabi menggigil kedinginan seusai peristiwa turunnya ayat pertama di gua Hira. Secara kekeluargaan, Waraqah adalah sepupu Khadijah.

Awalnya, Waraqah adalah penyembah berhala sebagaimana mayoritas penduduk Mekah. Ia kemudian menganut agama Nasrani Nestorian. Ia rajin mempelajari injil, termasuk membaca manuskrip-manuskrip kuno yang diantaranya meramalkan kedatangan seorang Nabi baru.

Waraqah yang saat itu sudah berusia lanjut dan matanya telah setengah buta meyakinkan Khadijah bahwa suaminya adalah Nabi yang selama ini sudah dinanti-nanti. Karen Armstrong dalam Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis menyebutkan bahwa Waraqah memberikan semangat yang penting ketika Muhammad mulai menerima wahyu yang dipercaya datang dari Tuhan”.

  1. Raja Najasyi

Meskipun tidak pernah bertemu dengan Nabi secara langsung, melainkan hanya lewat surat menyurat, keberadaan Raja Najasyi ini dalam kesuksesan dakwah Nabi terbilang amat penting. Hingga ketika wafat, Nabi sampai melakukan shalat ghaib, yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh Nabi. Nama lengkapnya ialah Ashamah bin Abjar. Najasyi merupakan nama panggilannya. Ia memimpin kerajaan Habasyah. Ia merupakan seorang pengikut agama Nasrani yang taat.

Baca juga:  Lailatul Qadar dalam Al-Qur'an (1/3)

Saat terjadi penyiksaan oleh kaum kafir Quraisy kepada para pemeluk agama Islam di Mekah, sebanyak 80 orang Muhajirin berangkat menuju ke negeri Habasyah untuk mendapatkan kehidupan yang aman. Adalah Ja’far bin Abu Thalib yang menjadi pimpinan mereka. Di negeri tersebut mereka mendapatkan ketenangan yang diharapkan.

Namun kemudian datanglah dua utusan dari pihak Quraisy ke Habasyah, yakni Amru bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Keduanya membawakan hadiah-hadiah yang sangat berharga sebagai persembahan kepada Raja Najasyi. Mereka berdua kemudian meminta agar menyerahkan 80 orang Muhajirin untuk mereka bawa kembali ke Mekah.

Raja Najasyi menolak permintaan tersebut sebelum bertemu dengan perwakilan kelompok Muhajirin. Maka majulah Ja’far bin Abu Thalib menghadap Raja. Disitu sudah ada kedua utusan Quraisy dan para pendeta negeri Habasyah. Kepada Raja, Ja’far membacakan Surat Maryam ayat 14 yang membuat Raja dan para Rahib menangis tersedu mendengarkan bacaan Ja’far. Beliau menolak memberikan kaum Muhajirin kepada utusan Quraisy dengan dalih terdapat kesamaan antara apa yang dibawa oleh Isa al-Masih dengan apa yang dibacakan oleh Ja’far. Diantara kesamaan tersebut ialah pengakuan Isa sebagai Nabi. Raja Najasyi pun kemudian berpindah memeluk agama Islam.

  1. Adas

Pada saat Nabi melakukan perjalanan ke Thaif untuk melihat kemungkinan hijrah kesana, Nabi mendapatkan penolakan yang luar biasa dari penduduk Thaif. Bersama dengan Zaid bin Haritsah, Nabi diusir dan dilempari batu hingga kaki beliau terluka. Zaid sendiri mengalami banyak luka di tubuhnya karena melindungi Nabi. Saat itu, mereka berdua kemudian beristirahat di kebun kurma milik Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah. Kedua pemilik kebun ini kemudian mengirimkan seorang budak bernama Adas untuk membawakan setangkai kurma kepada mereka. Adas merupakan seorang penganut Nasrani dari Nivineh, negeri tempat Nabi Saleh bin Mata. Setelah melihat Nabi mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” sebelum makan, Adas kemudian tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam.

Baca juga:  Hasan bin Ali Diracuni Istrinya Sendiri

Demikianlah kisah beberapa Nasrani yang memiliki pengaruh cukup penting dalam kehidupan Nabi. Tentu saja, sumbangan terbesar kelak diberikan kepada kaum Nasrani yang bermukim di Madinah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top