Syekh Hasan Al-Bashri adalah seorang ulama sufi yang banyak dinukil petuah-petuahnya. Walaupun petuahnya banyak dinukil, Syekh Hasan Al-Bashri masih mengagumi kata-kata bijak orang lain, walaupun orang itu dianggap hina sekalipun.
Syekh Fariduddin Attar dalam karyanya Tadzqiratul Auliya’ (Juz, 1, Hlm. 63-64) mengisahkan kakaguman Syekh Hasan Al-Bashri kepada kata-kata bijak empat orang yang dianggap remeh oleh orang lain.
Kata-kata bijak empat orang itu, sangat menyentuh hati Syekh Hasan Al-Bashri. Adapun kisahnya sebagai betikut: Syekh Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Aku menyukai empat kata-kata yang aku dengar dari empat orang.”
Pertama, aku melihat seorang waria yang dihina oleh orang sekitarnya, lantas ia berkata kepadaku, “Wahai Syekh Hasan Al-Bashri! Jangan memalingkan wajahmu dariku, dan jangan menjauhiku, karena setiap masalah ada di akhir hayat (menjelang kematian) Dan hal itu masih samar bagimu, hanya Allah yang maha mengetahui-Nya.”
Kedua, aku melihat seorang pemabuk yang jatuh ke dalam air yang berlumpur, ia berjalan sempoyongan, dan aku berkata kepadanya, “Kuatkan kakimu, agar kamu tidak terpeleset.” Pemabuk itu berkata, “Wahai Syekh Hasan Al-Bashri! Ketika kamu berdakwah atau mengajak orang lain, jagalah kakimu agar tidak terpeleset. Jika kamu jatuh, kamu tidak akan pernah bangun lagi, dan jika aku jatuh pakaianku menjadi kotor oleh lumpur. Walaupun aku seorang pemabuk, aku bisa mencuci bajuku dengan mudah.”
Ketiga, aku melihat seorang anak kecil membawa lampu yang bercahaya, dan aku berkata kepadanya, dari mana kamu mendapatkan lampu yang bercahaya ini? Maka ia meniupnya, dan mematikannya, dan ia berkata, “Wahai Syekh Hasan Al-Bashri! Kemana ia pergi, agar aku bisa mengatakan dari mana ia berasal.” Isyarat anak kecil itu, dapat diartikan, bahwa manusia dahulunya tidak ada lalu diadakan oleh Alllah SWT.
Keempat, aku melihat wanita cantik, dengan wajah terbuka, ia marah pada suaminya, ia keluar dari rumahnya karena mengeluh tentang suaminya, dan ketika ia dekat denganku, aku berkata, “Wahai fulanah! Tutup wajahmu, kemudian berbicaralah.” Wanita itu berujar, “Wahai Syekh Hasan Al-Bashri! Demi tuhan, aku telah tenggelam dalam cinta seorang makhluk sampai-sampai aku tidak memiliki kesadaran atau perasaan bahwa wajahku terbuka atau tidak? Kamu telah memberitahu keadaanku’ aku mau ke pasar dalam keadaan seperti ini. Kamu berdakwah atau mengajak untuk mencintai Allah kenapa kamu masih melihat wajahku. Kamu tidak menyibukkan diri dengan yang kamu cintai.”
Kisah Syekh Hasan Al-Bashri di atas, memberi arahan kepada kita bahwa siapapun yang berbicara memberikan nasehat kebaikan kepada kita, kita harus menerimanya. Yang terpenting adalah apa yang dikatakan dapat memberikan manfaat dan pembelajaran. Pujangga Arab mengatakan:
خُذِ الحِكْمَةَ وَلَوْ مِنْ دُبُرِ الدَّجَّاجِ
Ambillah hikmah (pelajaran) walaupun hal itu keluar dari pantat ayam.
Wallahu A’lam Bissawab.