Silsilah pucuk pimpinan Safawiyah yang dimulai dari suatu gerakan tarekat hingga pada akhirnya menjadi gerakan politik dan kemudian menjadikannya sebuah dinasti adalah sebagai berikut; saat menjadi gerakan tarekat secara berturut-turut tarekat ini dipimpin oleh: Syeikh Safiuddin Ardabili (w. 1334), Sadruddin Musa (w. 1391), Khwaja Ali (w. 1429), Ibrahim, Junaid (w. 1460), Haidar (w. 1488), Ali (w. 1501).
Sementara itu setelah menjadi sebuah dinasti, gerakan ini secara berturut-turut dipimpin oleh: Ismail (1501-1524 M), Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M), Muhammad Khudabanda (1577-1787 M), Abbas I (1588-1628 M), Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husen (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M).
Sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar, Dinasti Safawiyah mencapai puncak kemajuan yang cukup berarti, tidak hanya terbatas dalam bidang politik tetapi kemajuan dalam berbagai bidang. Beberapa kemajuan tersebut antara lain:
Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada masa Dinasti Safawiyah tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Beberapa tokoh ilmuwan yang terkenal antara lain: Bahauddin Syaerazi seorang generalis ilmu pengetahuan, Muhammad Baqir bin Muhammad Damad seorang filsuf ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains, Safawiyah lebih maju dari kerajaan lainnya pada masa yang sama (Amin, 2018).
Bidang Ekonomi
Keberadaan stabilitas politik kerajaan Safawiyah pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian. Terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawiyah. Di samping bidang perdagangan, kerajaan Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam sektor pertanian terutama di daerah Sabit Subur (Fortile Crescent) (Yatim, 2010).
Bidang Arsitektur
Penguasa dinasti Safawiyah telah berhasil menciptakan Isfahan, ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota Isfahan ini berdiri bangunan-bangunan besar dengan arsitektur bernilai tinggi dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun.
Disebutkan dalam kota Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum (Hodgson, 1981).
Dalam bidang kesenian kemajuan tampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada Masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M, dan Masjid Syaikh Lutfillah yang dibangun tahun 1603 M.
Bidang Kesenian
Dinasti Safawiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam bidang seni, antara lain dalam bidang kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis Timur bemama Bizhad ke Tabriz.
Bidang Tarekat
Sebagaimana diketahui bahwa cikal bakal Kerajaan Safawi adalah gerakan sufistik, yaitu gerakan tarekat. Oleh karena itu, kemajuan di bidang terekat pun cukup maju. Bahkan gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berpikir dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang politik dan pemerintahan.
Beberapa peradaban pada masa dinasti Safawiyah telah mengalami beberapa kemajuan. Setelah itu, kerajaan ini mengalami masa-masa kemunduran. Kemajuan yang pemah dicapai membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar di kalangan umat Islam pada masa itu yang disegani oleh kekuatan negara lain, terutama dalam bidang politik dan militer (Amin, 2018).
Sekalipun dinasti Safawiyah tidak setaraf dengan kemajuan yang pemah dicapai Islam pada masa klasik, tetapi kerajaan ini telah memberikan sumbangan kontribusi yang cukup besar dalam bidang peradaban melalui kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur, kesenian, dan tarekat (Amin, 2018).