Beberapa tahun terakhir ini kita sering mendengar kata hijrah. Tak asing lagi di telinga kita. Semua kalangan sering membicarakannya. Bahkan, ada begitu banyak artis yang mulai berhijrah, menurut mereka. Banyak pula tersiar kabar tentang mualaf, yang kemudian disebut telah berhijrah.
Secara bahasa, hijrah bisa diartikan sebagai perpindahan sesuatu sesuatu yang lain, atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Poinnya, hijrah memang selalu identik dengan perubahan. Tentu, perubahan ini ke arah yang lebih baik.
Menurut Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Bari, hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai, dan mendapatkan kebaikan. Awal tahun hijriah erat kaitannya dengan hijrah yang dilakukan Rasulullah, yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Momen ini menjadi penting dalam lintasan sejarah perjuangan Islam.
Makna hijrah bagi tiap orang yang melakoninya memang sangat besar. Namun kita juga harus berkaca juga, bagaimana refleksi dari hijrah itu sendiri? Apa cukup dengan memeluk Islam saja? Tentu tidak.
Saat ini kita memang sudah memeluk Islam, tapi apakah kita sudah menerapkan semua aturannya dan menjauhi larangannya? Hal inilah yang sejatinya harus lebih kita pikirkan.
Jangankan melaksanakan. Kini bahkan masih banyak ditemui kaum muslim yang belum tahu bagaimana menjalankan aturan Islam. Masih banyak umat muslim yang jauh dari agamanya sendiri.
Padahal, Rasulullah pernah bersabda, yang telah disampaikan pada berabad-abad lalu. Umat Islam pada akhir zaman tak ubahnya seperti buih di lautan. Meski banyak namun tak berarti.
Hal itu terjadi karena mereka telah sangat jauh dari aturan agamanya, mengaku beragama Islam tetapi anti terhadap syariah Islam. Umat Islam saat ini juga lebih memilih berada di zona nyaman ketimbang melakukan pembelaan terhadap hak-hak umat.
Jadi perubahan atau hijrah bukan hanya dilakukan pada tataran individu, tetapi pada tataran masyarakat, yaitu perubahan menuju ketaatan kepada Allah SWT secara total, itulah perubahan yang hakiki.
Hijrah dapat dimaknai sebagai momentum perubahan dan peralihan dari kemaksiatan menuju ketaatan. Sangat jelas, bukan, bahwa hijrah yang dilakukan Rasulullah saw. bukan hanya sekadar berpindah tempat dari Mekah ke Madinah. Tetapi perubahan dari segala aspek kehidupan. Bukan hanya sebagian, tapi secara menyeluruh.
Proses hijrah sangatlah panjang, karena ini proses untuk menghadap Allah, menjadi sebaik-baiknya manusia. Untuk itu, sebelum hijrah, demi melalui proses ini, kita membutuhkan guru yang tepat dan menguasai ilmu tertentu, menjaga pergaulan.
Jangan lupa juga untuk selalu berdiskusi demi memperluas wawasan. Diskusi cerdas ini kami peroleh melalui Program Sekolah Damai yang diadakan Wahid Foundation.