(L. 27 Februari 1930)
Tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama seperti yang pernah dialami oleh KH. Matran Salman Lc. Pengalaman yang benar-benar tak pernah terlupakan selama hidupnya. Sekalipun ketika itu baru berusia 36 tahun, Orang Barabai ini sudah dipercaya menjadi khatib dan imam pada shalat Idul Fitri yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Rupanya tokoh yang satu ini benar-benar “kada membuang taruh”. Dua tahun setelah peristiwa itu, ia kembali memperoleh kesempatan yang sama untuk menjadi khatib dan imam pada shalat Jum’at di Jeddah, yakni pada tahun 1968.
Matran Salman, di samping ikut kuliah di Al-Azhar University Kairo pada tahun 1966-1968 juga masih sempat memanfaatkan kesempatannya belajar membaca Al Qur’an dengan Syekh Ahmad Syarif seorang pembaca Al Qur’an terkenal di Mesir. Sebelum berangkat menuntut ilmu ke luar negeri, Matran yang memiliki postur tubuh kecil dan gempal ini sudah kuliah di IAIN Antasari Banjarmasin. Begitu juga sempat belajar mengaji “kitab kuning” dan masuk ke Madrasah Muallimin di Barabai. Pada masa kecilnya ia masuk Sekolah HIS Parindra.
Tokoh yang punya hobi olahraga tenis lapangan ini, pernah pula mengajar di tempat ia pernah dididik, yakni Madrasah Muallimin Barabai. Setelah itu pindah ke Banjarmasin dan menjadi guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banjarmasin. Di luar kesibukannya sebagai guru, Matran Salman juga memberi ceramah agama di berbagai instansi pemerintah dan swasta serta secara bergiliran menjadi khatib di beberapa masjid dalam kota Banjarmasin.
Salah satu kegiatan yang tak pernah terlewatkan ialah menjadi Dewan Hakim MTQ. Prestasi yang pernah diraihnya adalah sebagai Qari Terbaik I pada MTQ di Kedutaan RI di Mesir, Kairo. Tidak hanya itu, Matran juga pernah meraih juara 1 pertandingan tenis lapangan di Kedutaan RI di Mesir, Kairo. Motto hidupnya, sederhana, gembira, dan berbakti pada Allah Swt.
Putra pasangan Salman dan Hj. Aluh kelahiran Taal Barabai 27 Februari 1930 ini pada mada perjuangan menegakkan kemerdekaan RI ikut anggota SKI (Serikat Kerakyatan Indonesia) pimpinan M. Yusi. Karya tulis yang berhasil disusunnya adalah tentang ‘Tata Cara Penyelenggaraan Mayat’ dan ‘Ilmu Tajwid’. Rumah tokoh yang punya hobi memancing ini, berada di Pasar Pandu No. 7 RT. 28 Banjarmasin Timur. Ia dikaruniai enam orang anak masing-masing bernama Nasruddin, Ahmad Refani, Ahmad Husaini, Nurdahlina, Ahmad Al Wadji, dan Nurdahmila.
Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.