Sedang Membaca
Ada Apa di Balik Surat Al-Baqarah?

Ada Apa di Balik Surat Al-Baqarah?

Mengapa Cara Baca Alquran

Di dalam Al-Qur’an, terdapat surah Al-Baqarah yang artinya Sapi Betina. Kenapa dinamakan Al-Baqarah? Karena di dalam surah tersebut Allah SWT mengisahkan peristiwa yang terjadi di jaman Nabi Musa As. dan seorang anak pemilik sapi betina. Sebagian kisah ini tertuang dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 67 sampai 73, dan cerita selengkapnya disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an dan Al-Bidayah wa An-Nihayah. Tapi ingat, kisah dari Ibnu Katsir ini diambil dari kitab Bani Israil, kita boleh menyampaikan riwayat dan menceritakan berita-berita dari Bani Israil, tetapi kita tidak membenarkan dan tidak mendustakannya, netral saja dan ambil hikmahnya.

Pada zaman dahulu di dalam lingkungan Bani Israil, hiduplah seorang saudagar kaya raya dengan harta yang luar biasa melimpahnya. Namun, dia tidak memiliki seorang anak pun untuk mewarisi hartanya tersebut. Alkisah, pada suatu hari dia ditemukan meninggal di jalan depan rumah, sehingga gemparlah seluruh warga desa. Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, siapa gerangan yang membunuhnya. Asumsi-asumsi pun bermunculan. Ada yang bilang bahwa sang kerabat penemu adalah pembunuhnya. Sementara yang lain mengatakan, si pemilik rumah depannya adalah pelakunya. Sepupu dari si saudagar yang dari tadi berada disitu menuduh penduduk desa sebelah yang melakukan. Mereka hendak menyerbu desa sebelah. Tetapi rencana penyerangan itu tercium oleh penduduk desa sebelah, mereka pun sudah bersiap-siap menyongsong kedatangannya. Ketika suasana semakin memanas, datanglah seorang saleh yang cerdas. Dia pun menengahi warga dan meredakan ketegangan. “Mengapa kalian berkelahi? Bukankah di antara kita ada Musa, sang Rasul Allah? Mari kita tanyakan perihal ini kepada beliau”.

Maka mereka pun berbondong-bondong menemui nabi Musa AS. Mendengar persoalan penduduk desa tersebut, nabi Musa segera memanjatkan doa pada Allah. Beliau memohon petunjuk dari Allah agar terbongkar rahasia dibalik kematian si saudagar. Maka Allah pun memerintahkan nabi Musa agar menyuruh umatnya menyembelih seekor sapi. Di dalam Al-Qur’an disebutkan:

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖٓ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تَذْبَحُوْا بَقَرَةًۗ قَالُوْٓا اَتَتَّخِذُنَا هُزُوًاۗ قَالَ اَعُوْذُ بِاللّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah engkau hendak menjadikan kami buah ejekan?”. Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang jahil”. (QS. Al-Baqarah: 67)

Maksudnya, warga mengira kalau Musa AS. menyuruh melakukan hal konyol. Orang sedang ribut masalah pembunuhan, malah disuruh menyembelih sapi betina. Bani Israil enggan mentaati perintah nabi Musa, mereka menolak untuk menyembelih seekor sapi. Ditambah lagi, disana sapi merupakan binatang yang dihormati oleh mereka. Saat itu nabi Musa menanyakan perihal penyembelihan sapi tersebut. Mereka pun terlihat amat sangat malas. Mereka justru malah memberikan pertanyaan yang dapat menunda mereka untuk menyembelih sapi dengan menanyakan ciri-ciri sapi yang akan disembelihnya.

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَّلَا بِكْرٌۗ عَوَانٌۢ بَيْنَ ذٰلِكَۗ فَافْعَلُوْا مَا تُؤْمَرُوْن

Baca juga:  Belajar Skeptis dari Ali Akbar

“Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami tentang (sapi betina) itu”. Dia (Musa) menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. (QS. Al-Baqarah: 68)

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَاۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ

“Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya”. Dia (Musa) menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(nya)”. (QS. Al-Baqarah: 69)

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَۙ اِنَّ الْبَقَرَ تَشٰبَهَ عَلَيْنَاۗ وَاِنَّآ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَمُهْتَدُوْنَ

“Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu. Karena sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 70)

قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُوْلٌ تُثِيْرُ الْاَرْضَ وَلَا تَسْقِى الْحَرْثَۚ مُسَلَّمَةٌ لَّاشِيَةَ فِيْهَاۗ قَالُوا الْـٰٔنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوْهَا وَمَا كَادُوْا يَفْعَلُوْنَࣖ

“Musa menjawab, “Allah berfirman, sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang”. Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya”. Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu”. (QS. Al-Baqarah: 71)

Menyitir dari tafsir Jalalain, dalam sebuah hadits disebutkan seandainya mereka segera menyembelih seekor sapi betina yang ada tanpa banyak bertanya, itu sudah beres dan selesai perkara. Tetapi mereka menyusahkan diri mereka sendiri sehingga dipersulit oleh Allah. Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa sekiranya mereka tidak mengucapkan Insya Allah (jika Allah menghendaki), tidaklah akan dijelaskan kepada mereka untuk selama-lamanya. Semakin banyak bertanya, mereka justru semakin sulit mendapatkan sapi itu. Seandainya mereka menurut saat diperintah pertama, mereka bebas memilih sapi manapun. Namun sifat membangkang justru membuat mereka semakin sulit, rupanya mereka menyadari kebodohan mereka dan akhirnya mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari jenis sapi dengan ciri-ciri yang sudah disebutkan tadi.

Sementara kita tinggalkan dulu kisah warga yang ribut mencari sapi, kita beralih ke kisah si pemilik sapi betina. Di kalangan Bani Israil, terdapat orang yang saleh. Dia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil, dan juga anak sapi betina. Dia membawa anak sapi tersebut ke dalam hutan dan berkata, “Ya Allah, saya menitipkan anak sapi ini kepada-Mu untuk anakku kelak jika dia dewasa”. Selanjutnya, orang shaleh ini pun meninggal dunia, sehingga anak sapi itu masih berada di hutan hingga bertahun-tahun. Anak sapi tersebut selalu berlari setiap kali melihat ada orang datang. Ketika anak orang shaleh tadi telah dewasa, dia menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Di pagi hari dia mencari kayu bakar yang ditaruh di punggungnya, lalu datang ke pasar untuk menjual kayunya sesuai kehendak Allah. Kemudian di menyedekahkan 1/3 uangnya, sedangkan yang digunakan membeli makanan untuk dirinya, dia pakai 1/3 yang lain, dan 1/3 yang terakhir dia berikan kepada ibunya. Sementara dalam kehidupan dia membagi malamnya menjadi tiga, 1/3 bagian untuk melaksanakan shalat, 1/3 untuk tidur dan 1/3 lagi untuk menemani ibunya.

Baca juga:  Menjadi Orang yang Beruntung: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207

Pada suatu hari, sang ibu berkata kepadanya, “Sesungguhnya ayahmu telah mewariskan anak sapi betina untukmu yang dia titipkan kepada Allah SWT di hutan ini, maka berangkatlah! Berdoalah kepada keberkahan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Ishaq agar mengembalikan anak sapi tersebut kepadamu. Ciri-ciri dari sapi itu jika engkau melihatnya, maka kamu seolah merasakan sinar matahari memancar dari kulitnya. Dia diberi nama ‘Al-Mudzahhabah’ karena keindahan dan kejernihannya”.

Kemudian anak tersebut masuk ke dalam hutan, dia melihat si anak sapi sedang merumput. Lantas dia memanggilnya dengan mengatakan, “Saya bermaksud kepadamu dengan menyebut nama Rabb Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Ishaq”. Sapi itu langsung menengok ke arahnya dan berjalan mendekatinya hingga sapi tersebut berdiri di hadapannya. Dia lalu memegang leher dan menuntun sapi itu. Dengan izin Allah SWT, tiba-tiba sapi itu berbicara, “Wahai anak yang berbakti kepada kedua orang tua! Tunggangilah aku, karena hal itu lebih meringankanmu”.

Anak tersebut berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak memerintahku melakukan hal itu. Akan tetapi beliau berkata peganglah lehernya”. Sapi itu kembali berkata, “Demi Rabb Bani Israil, jika engkau menunggangiku, niscaya kamu tidak dapat menguasaiku untuk selamanya. Ayo berangkat! Sungguh, jika engkau memerintahkan gunung melepaskan diri dari pangkalnya dan berjalan bersamamu, niscaya dia melakukannya lantaran baktimu kepada ibumu”. Pemuda tersebut lantas berjalan bersama sapi dan menemui ibunya. Sang ibu berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau orang fakir. Engkau tidak memiliki harta. Engkau kerepotan mencari kayu bakar di siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari. Oleh karena itu pergi dan Juallah sapi ini!”. Si anak bertanya, “Saya jual dengan harga berapa?”. Ibunya menjawab, “Tiga dinar. Engkau jangan menjual tanpa pertimbanganku”. Si anak pun berangkat ke pasar.

Ketika sampai di pasar, Allah SWT mengutus malaikat agar dia melihat makhluk dan kekuasaan-Nya sekaligus untuk menguji pemuda tersebut bagaimana baktinya kepada ibunya. Sungguh Allah SWT telah mengetahui hal tersebut. Sang malaikat bertanya, “Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?”. Dia menjawab, “Tiga dinar. Dengan catatan ibuku meridhainya”. Lantas sang malaikat kembali berkata, “Saya beli enam dinar. Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu”. Pemuda itu pun berkata, “Seandainya engkau memberi emas seberat sapi ini pun, saya tidak akan mengambilnya melainkan dengan ridha ibuku”.

Kemudian dia membawa pulang sapi kepada ibunya dan menceritakan tentang harganya. Sang ibu pun berkata, “Kembalilah! Jual dengan harga enam dinar berdasarkan ridha dariku”. Dia pun berangkat ke pasar dan menemui malaikat. Sang malaikat pun bertanya, “Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?”. Pemuda itu menjawab, “Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan saya meminta persetujuan ibu”. Sang malaikat berkata, “Saya akan memberimu dua belas dinar”. Pemuda itu pun menolak, lalu kembali kepada ibunya dan menceritakan hal tersebut. Ibunya pun berkata, “Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya, “Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?”.

Baca juga:  Tafsir Surat Al-Mumtahanah Ayat 8-9: Memahami Arti Toleransi Umat Beragama

Pemuda itu pun melaksanakan amanat ibunya. Lalu malaikat berkata, “Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, biarkanlah sapi ini. Sungguh nabi Musa bin Imran AS akan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil. Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya. Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini”. Allah SWT memang mentakdirkan orang-orang Bani Israil yang tengah mencari sapi atas perintah Nabi Musa AS. Ciri-ciri yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri sapi pemuda saleh itu. Hal ini merupakan imbalan bagi pemuda tersebut atas baktinya kepada sang ibu, sebagai anugerah dan kasih sayang.

Akhirnya mereka pun membeli sapi tersebut dengan kepingan emas yang memenuhi kulit sapinya. Sapi itu pun didatangkan ke hadapan Nabi Musa AS. untuk disembelih sebagaimana perintah Allah SWT;

وَاِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادّٰرَءْتُمْ فِيْهَاۗ وَاللّٰهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَۚ

“Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan”. (QS. Al-Baqarah: 72)

فَقُلْنَا اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهَاۗ كَذٰلِكَ يُحْيِ اللّٰهُ الْمَوْتٰى وَيُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

“Lalu Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!”. Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti”. (QS. Al-Baqarah: 73)

Setelah mereka menyembelih sapi tersebut, kemudian mereka memukulkan bagian dari sapi kepada jenazah si saudagar kaya itu. Selanjutnya saudagar itu pun bangkit, hidup lagi dengan izin Allah SWT, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah. Lalu dia mengatakan siapa yang telah membunuhnya, kemudian dia jatuh dan mati lagi di tempat. Ternyata pembunuhnya adalah sepupunya sendiri yang tadi berpura-pura ingin mengungkap pembunuhan. Dia berkoar-koar hanyalah alibi agar tidak dituduh oleh warga. Karena terbukti dia adalah pembunuhnya, maka dia dicoret dari daftar ahli waris dari saudagar kaya tersebut.

Demikian sekelumit kisah tentang apa yang terjadi dalam al-qur’an surat al baqarah. Dimana terbongkarnya serta terbalasnya kelicikan, berkah dari Allah SWT untuk sebuah kesetiaan dan bakti seorang anak kepada orang tuanya. Selanjutnya penegasan atas penanda sifat kaum bani Israel (Yahudi) yang terus akan berulang hingga hari ini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top