Kalau ditanya apakah rumit dan njelimet dalam membuat kompetisi menulis? Jawabannya tidak pasti. Karena begitulah kompetisi, apalagi menulis. Tidak seperti kompetisi bikin lomba video tiktok yang joget-joget sembari menambahkan narasi. Menulis membutuhkan usaha yang lebih berani, mulai dari A sampai Z, untuk menghasilkan karya tulis yang bisa dinikmati khalayak. Mengumpulkan referensi, menuliskan ide, mengedit tulisan, hingga menjadi sebuah buku.
Kalau ditanya rumit atau tidak, jawaban kami: ya, beginilah jalan ninjaku. Satu tahun yang lalu kami sudah melaluinya dengan hasil yang Alhamdulillah maksimal. Ada tiga karya terbaik yang sedang menunggu proses terbit. Dag dig dug pastinya. Tak sabar untuk meminang dan memamerkan ke publik, bahwa santri Ma’had Aly bisa nulis buku.
Kita tanamkan rasa optimisme itu dulu kepada para santri bahwa mereka bisa selevel dengan para akademisi-akademisi di luar sana, bahkan bisa melebihi mereka.
Tahun ini, kami mencoba untuk konsisten (istiqomah) supaya ritme ini terjaga setiap tahun. Kebanyakan kalau sudah kompetisi yang pertama, sudah berlalu begitu saja. Kami tidak ingin begitu. Harapannya, mencari esais muda pesantren adalah wadah para santri untuk unjuk gigi, menguji kualitas intelektual para santri.
Tahun 2021 kami ingin melacak kiprah dari jejak para kiai yang sudah berjasa banyak untuk negeri ini. Ingin memberikan apresiasi kepada beliau-beliau semua atas ikhtiar yang sudah dilakukannya dalam merawat cahaya agama Islam melalui jalur pendidikan, maupun lewat ikhtiar-ikhtiar lain seperti mengawal keadilan sosial dalam masyarakat. Bahasa keren sekarang adalah intelektual organik. Ngaji oke, aktivis yes.
Figur dan keteladanan dari para kiai atau ulama nusantara tersebut wajib dilacak, dibukukan, dan disebarkan. Harapan kami, dalam kompetisi Mencari Esais Muda santri Ma’had Aly ini banyak dari para santri yang melakukan riset-riset, minimal, terhadap apa yang sudah dilakukan oleh para kiai atau guru ngajinya sendiri semasa belia. Karena dengan tulisan, kiprah-kiprah para masyayikh akan abadi untuk diperbincangkan dan secara berjama’ah kita ziarahi pemikirannya.
Akhirul kalam, selamat membaca!
Redaksi.